Setan Budeg

Date: Wed Feb 22, 2006 2:22 am

Sebut saja ibu Kris , nyonya ini punya kebiasaan "doa-subuhan" dengan berjalan kaki dari rumahnya menuju tempat lokasi kebaktian agama yang dianutnya. Saya pikir dulu hanya Muslim yang berdoa subuh, magrib dan malam, ternyata merekapun berdoa pada jam yang hampir bersamaan.

Pas bertemu di jalan pada suatu pagi, ia menerima tawaran jasa baik saya untuk menyeberang jalan Latumeten yang kendati masih gelap namun sudah mulai ramai kendaraan lalu lalang, masalahnya bekas bendahara IWAPI-nya Dewi Motik ini kendati masih gagah, namun belakangan saya dengar sering terjatuh tersandung "road-hump" yang melintang dijalanan. Mungkin karena usia dan jalanan yang masih gelap. gara-gara itu pula ia kehilangan beberapa giginya. Maklum usianya sudah 78 tahun ibu 3 anak asal Klaten ini merasa belum perlu bantuan tongkat ataupun suster.

Sambil berjalan sekitar 15 menitan ini kadang dia cerita pengalamannya.

Alkisah, untuk menghemat "nyawa" ia biasanya menyeberangi jalan protokol Latumen dengan berjalan dipinggir jalan Kereta Api. Pasalnya hanya di persimpangan kereta api-lah pengemudi terpaksa harus memperlambat kendaraannya. Dan momen ini tidak disia-siakan oleh pengusaha catering ini untuk menyeberang. Sampai suatu subuh, rangkaian kereta api berada beberapa ratus meter dibelakangnya. Tukang becak dan bajaj yang mangkal di kawasan Grogol menegurnya, "Bu ada kereta, minggir bu ada kereta..." - peluit kereta yang begitu memekakkan telinga sampai puluhan galah jauhnya seperti tak didengarkannya.

Bahkan pemilik Gudeg Bu Kris, ini enteng membalas salam "Iya memang, saya akan ke Gereja...." Dan tetap melangkah di jalan kereta.

Beruntung lengannya segera disambar pengemudi ojek sehingga terhindar dari sambaran badan kereta. Sampai sekarang kalau bercerita soal "near miss accident" ia sering bergidik.

ADA PENUNGGUNYA...
Banyak sudah laporan maut menjemput di jalan Kereta Api, saksi mata menuturkan bahwa calon korban seperti linglung, lalu berjalan dipinggir rel, makin ketengah, makin ketengah tanpa mengindahkan bunyi peluit kereta.

"Saya kok merasa tidak lihat pintu kereta menutup, atau alarm berbunyi semua seperti jalan biasa dan damai.." kata bu Kris.

Pintu Kereta Api di kawasan Grogol, sudah membukukan puluhan nyawa. Dari anak playgroup yang pulang bersama susternya tiba-tiba ngibrit ke jalan kereta, sampai usia lanjut. Dan, layaknya penduduk mereka lebih cenderung menyalahkan keberadaan "setan bolot..."

Mahluk yang entah bagaimana bentuknya ini konon bergentayangan disekitar jalur kereta api. Itulah mitos yang dipercaya oleh sementara orang, termasuk penghuni kawasan Grogol yang kerap dilintasi kereta api. Ia mempunyai job description menghipnotis pemakai jalan yang melakukan treepassing melanggar batas wilayahnya. Barangkali preambule-nya berbunyi : mengingat manusia, sudah diberi jalan aspal, masih mengganggu jalan rel yang bukan wewenangnya. Perlu dilakukan tindakan keras agar ada pembelajaran.

Tapi ada setan bolot jenis lain ternyata gemar merasuki para supir bajaj, mikrolet, angkot, kopaja, ojek, mobil pribadi. Buktinya kalau lonceng tanda kereta akan datang berbunyi, palang kereta sudah turun dengan malasnya, mereka malahan kesetanan menyerobot palang kereta. Korban bukannya tidak berjatuhan, namun siapa perduli.

Mimbar "Panca..."

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

774-Tongseng Serambi (masjid) Sunda Kelapa