Posts

Showing posts from August, 2006

788-Layangan

Jendral Han Sin dari Dinasti Han memang jago strategi perang. Tak heran ketika anak cucu keturunannya berhasil menerapkan strategi dalam alam lain yaitu niaga, maka segenap benteng pertahanan lawan dagang biasanya disergap secara cepat dan lambat lalu dikuasainya. Sampai-sampai keluar daratan Cina. Alkisah 200 tahun sebelum Masehi, Jendral ini mengalami kesulitan menyerang musuhnya. Lalu ia berfikir untuk membuat terowongan memasuki benteng pertahanan musuh, dan menyergap saat musuh lengah. Untuk tujuan ini, mereka berpura-pura menerbangkan layang-layang sampai menyuruk ke daerah musuh yang sebetulnya mengukur panjang terowongan yang harus ia buat, sekaligus azimuth dan inklinasinya. Kelihatannya sejarah layang-layang bermula dari kepiawaian sang jendral. Maka betapa saya tidak merasa jadi Jendral ketika ketika berhasil meraut buluh sebatang, dipotong sama panjang, ditimbang lantas kujadikan rangka layang-layang. Maka langkah bahagianya ketika layangan mampu melesat ke udara dengan ke

787 - Jangan ambil sepatuku

Nasehat kebanyakan orang (amit-amit) kalau sampai apes ditodong dijalan oleh kawanan penjahat apalagi bersenjata, maka sebaiknya serahkan semua barang, seperti cincin, jam, asal jangan sampai terluka. Namun ada rada "nyentrik" jam mahal, uang, berlian, kalung boleh diambil tapi, "please" jangan ambil Sepatuku. Sepatu apaan sampai segitu serunya? Sepatu "perempuan" buatan tangan Blahnik. Nama lengkapnya Manolo Blahnik. Keistimewaannya sepatu ini buatan tangan. Dan Blahnik adalah empu sepatu jaman sekarang. Bak seorang empu yang beproses dalam membuat keris yang digdaya, begitulah empu Blahnik, pria kelahiran Santa Cruz 1942 ini mengejawantahkan keciamikannya membuat sepatu yang umumnya bertumit tinggi, lancip, dengan ujung runcing sehingga kalau dipakai perempuan berkaki cangcorang, berbetis padi IR, membuat pemakainya menjadi seksi. Konon Blahnik yang membuat sendiri sepatunya tanpa bantuan siapapun. Dan karyanya selalu monumental. Tidak heran dari Lady Da

786 - Antara Intuisi dan institusi

Sebetulnya hati kecil Joel,68, warga New York, mengajaknya untuk memotret menara kembar WTC di komplek Manhattan, Amerika Serikat sebagai bahan buku maupun pamerannya. Ia memang sering mengadakan pameran foto dengan obyek perkotaan. Tapi apanya yang menarik dari bangunan beku yang dikritik sebagai pengejawantahan Arogansi Gigantisme. Lagian diabadikan sekarang atau besok apa bedanya, toh menara berlantai 110 dengan kapasitas 50000 orang ini ini besok masih ada berdiri tegak disana?. Alasan lain cukup dengan melongok dari studionya di 19th street ia sudah bisa menyaksikan sosok menara kembar yang dibangun 1966 dan diresmikan 1973. Namun Joel juga ingat teori menulis maupun memotret, bahwa selalu ada "mahluk kecil" yang mencoba menghalangi niat jurnalis kita dengan suara sumbang "foto norak mau dikemanain, diluar sana masih banyak yang lebih hebat daripada kamu.." Untungnya suara kecil hari bisa itu dikalahkan. Diangkatnya kamera dan ceklik, lalu ia mengisi logbook WT

785 -Insiden Potomac, 175 tahun lalu

Kejadiannya Februari 1831. Lepas dari pelabuhan Salem, setelah mengarungi badai ke selatan dunia melewati ganasnya "Laut Selatan" yang oleh pelaut sekarang disebut Samudra Pacific, terombang ambing diantara ketinggian gelombang, maka sampailah kapal dagang mereka ke " Sumatra Dwipa ." Kapten Charles Endicott memerintahkan anakbuahnya untuk berlabuh di Perdi- Kuala Batu yang ditulis dalam logbook sebagai QuAllah Battoo-" Kuala Bette ". Hare geneh, tidak plesiran didarat pasti rugi. Maka ketika seorang kapiten dan empat anak buahnya penasaran membuktikan kabar bahwa para wanitanya dikenal memiliki ilmu bathin mampu memblokir "bunga Mawarnya" mengatup "mulut rapat", sampai kebisaan merabat torpedo. Rupa-rupanya kepergian mereka dengan pakaian rapi, sekujur badan disemprot pompa tangan dokelonyo" tanpa disadari sepasang mata tajam mengikuti gerak Kapten seperti tak berkedip. Raga nama tokoh kita kali ini, lalu mengatur siasat. Saat kap

784- Ternyata Keprucut berbahasa Indonesia

Selama menjadi TKI di Australia, kadang saya kepingin ketemu orang Indonesia, lalu tukar menukar informasi, mungkin tempat makan murah, atau tempat belanja barang seken. Atau tip-tip lainnya. Di keramaian kota seperti mal-mal, orang Indo bisa dilihat dari cara berjalan yang umumnya melenggang santai sambil menikmati suasana sekitar. Namun untuk memastikannya yang sukar pasalnya para pemegang paspor hijau bertulisan emas ini kerap kali berbicara dalam bahasa moyang, sehingga saya sering ragu untuk menegurnya, jangan-jangan mereka dari Taiwan, Hongkong atau tempat lainnya. Suatu ketika saya melihat rombongan di kota Perth. Sempat saya berjalan di belakangnya. Dari yang Kakek sampai ke cucunya semua berbahasa Mandarin. Perasaan sih kalau lihat cara jalannya Hongkong masih jauh. Lalu saya ikuti rasa ingin tahu. Kebetulan yang salah satu senior mereka kepingin ke toilet. Kok pas dengan saya yang sudah kebelet juga. Sampai saat di Toilet umum, tiba-tiba sang nenek keluar lagi dan

783 - Kepikiran Lebanon

Ini perang baru, ini baru perang. Seperti slogan minuman memabukkan. Dunia memang mabuk perang. Mewujudkan kecintaan kepada Tuhan (dan agamanya), dengan pergi perang, melukai, membunuh, kalau perlu bersama dirinya. Korbannya adalah para pendamba damai. Dulu perang adalah seperti dunia anak-anak adu gambar "Amerika lawan Jerman, menang mana?" - Gambar yang dibuat dari karton tebal ditumpuk lalu disebarkan melayang, yang tertelungkup dianggap kalah dan pemenang berhak mengambil sesuai dengan taruhan yang disetujui bersama. Yang berbakat licik melapisi belakang gambar dengan sabun sehingga gambar miliknya menang terus. Ada tank Jerman terjungkal lawan pistol Serdadu Amerika. Musuhnya jelas, seragamnya kentara. Seperti juga permainan gambar wayang, antara pihak Astina dengan Pandawa karakternya jelas. Perang sekarang, memasuki era baru, polanya baru yang belum ada di buku sejarah. Pasalnya Hisbulah menyekap tentara Israel, sambil meroketi Israel, Israel terprovokasi lantaran bebe

782-Ketika tangan kiri mengintip perbuatan kanan

Image
Semenjak tinggal di kawasan Pondok Gede - Bekasi, kami harus bersyukur melihat betapa warga sekitar kita sebetulnya masih tertatih memenuhi hajat hidupnya. Ada anak yang menangis dipulangkan dari sekolah gara-gara tak mampu beli seragam sehingga guru kuatir dia akan berfikiran bidah tak sesuai norma. Karena kalau saya sebut namanya dia akan malu, maka keluarga Kwek Kwek saya ambil contoh pertama. Ayah dengan tiga anak ini sehari hari berjualan penganan murah meriah yang diantar setiap dinihari dengan sepeda. Maka bisa dibayangkan bagaimana ia menghidupi keluarganya. Memasakpun mereka masih mencari ranting kayu yang saya yakin lama kelamaan akan semangkin langka. Atau ibu Bejo yang istri seorang (kapiten betulan) yang sudah pensiunan mencoba menambal kebutuhan rumah tangga dengan kadang memasakkan untuk para kuli bangunan demi mempertebal kebutuhan asap dapur. Dari beberapa episode diatas, maka kitchen cabinet rasan-rasan kepingin menularkan kepandaian memasak minimal membuat penganan,

781- Dari Koantas ke Qantas

Kebiasaan di tanah air kalau hendak bepergian paling tidak 2 jam sebelumnya sudah harus di bandara. Pertama mengatisipasi kemacetan dijalan raya, apalagi kalau tersiar kabar ada "delmon" alias demonstrasi, kedua antisipasi mbludaknya penumpang, serta kemungkinan pindah pintu gerbang dan yang paling penting karena pelayanan publik kita terbiasa lelet. Kebiasaan ini terbawa bawa sekalipun situasi Australia tentunya berbeda. Tapi pernah sekali darah-putih "naik ke kepala" - lantaran teman bepergian baru bangun pada jam 12 siang, mandi, memasak "sarapan", baru bersiap membereskan barang-barangnya padahal pesawat boarding pada jam dua petang. Akhirnya daripada sport jantung, saya "nggeblas" saja meninggalkannya. Eh kok ya ternyata dia betul. Tidak berapa lama teman tadi muncul"eglek-eglek" masih sempat "nyengenges" sambil bibirnya menyedoti jus buah dalam cangkir kertas dan baca novel. Ampuuun. Pengalaman menjadi TKI non-termi