784- Ternyata Keprucut berbahasa Indonesia
Selama menjadi TKI di Australia, kadang saya kepingin ketemu orang Indonesia, lalu tukar menukar informasi, mungkin tempat makan murah, atau tempat belanja barang seken. Atau tip-tip lainnya. Di keramaian kota seperti mal-mal, orang Indo bisa dilihat dari cara berjalan yang umumnya melenggang santai sambil menikmati suasana sekitar. Namun untuk memastikannya yang sukar pasalnya para pemegang paspor hijau bertulisan emas ini kerap kali berbicara dalam bahasa moyang, sehingga saya sering ragu untuk menegurnya, jangan-jangan mereka dari Taiwan, Hongkong atau tempat lainnya. Suatu ketika saya melihat rombongan di kota Perth. Sempat saya berjalan di belakangnya. Dari yang Kakek sampai ke cucunya semua
berbahasa Mandarin. Perasaan sih kalau lihat cara jalannya Hongkong masih jauh. Lalu saya ikuti rasa ingin tahu. Kebetulan yang salah satu senior mereka kepingin ke toilet. Kok pas dengan saya yang sudah kebelet juga. Sampai saat di Toilet umum, tiba-tiba sang nenek keluar lagi dan bicara kepada anaknya "WC yang ini gak isa pakeknya..." - nah ketahuan, dia dari Indonesia van Semarang, minimal Lasem ini. Batin saya berkata.
Di Bandarapun serupa, rata-rata para turis asal Indonesia ini kalau yang keturunan. Jarang menggunakan bahasa Indonesia. Merdeka 61 tahun, rasanya rindu mendengar para kaum peranakan ini mbok yao jangan pakai bahasa negeri.
Comments
Mas Mim...
mereka menggunakan bahasa Mandarin kan sama juga dengan si Mbah yang kekeuh berbahasa Jawa kepada semua orang (mau ngerti atau engga) atau si mbakayu van solo yang selalu mangsuli menggunakan kromo inggil padahal sudah jelas jelas kami berbahasa Indonesia dengan logat Jakarta dan ngga ngerti kromo inggil...
:-)
I'm sure mereka menggunakan bhs Mandarin bukan krn mereka anti bahasa Indonesia atau tidak mau berbaur dengan bangsa Indonesia...
:-)
Decima