Daging Buaya dan Kanguru mewarnai Hari Nasional Australia

Date: Tue Jan 31, 2006 7:22 am

Sekitar 200-an tahun lalu, tepatnya 26 Januari 1788 dalam expedisinya Kapitan Arthur Phillips dari Inggris berhasil menjejakkan kakinya disebuah daratan yang dilaporkannya masih berpenghuni sangat primitif, pemakan kadal, tidak minum teh dipagi hari, masih menyembah arwah nenek moyang.

Arthur lalu menulis surat kepada pemerintah Inggris bahwa bangsa tak beradab dan tak beragama ini perlu di bawa ke jalan yang benar. Tak perlu repot-repot, cukup dijadikan kolonial dibawah Inggris Raya. Perkara nanti bangsa ini dikemudian hari diudak-udak, diburu, lalu karena dasarnya aborojin adalah pencinta damai, maka itu urusan dikemudian hari, setidaknya bisa ditutupi dengan dalih diluar BKO.

Maka tidak heran kadang para “aborijin” ini kerapkali diprovokasi sampai timbul amarah (kata para ahli kata yang betul marah bukan amarah sebab artinya tidak marah) sehingga ada alasan untuk menyerang habis-habisan guna mendemokrasikan negeri tersebut. Inilah ujud pengejawantahan demokrasi tapi tidak boleh melihat orang lain beda pendapat.

Sebagai hadiah atas jasanya mematok tanah Aborigin, Arthur dijadikan “gupernur” daerah Australia bagian selatan yang kelak bernama New South Wales. Daripada binun-binun (tanpa g), cari hari kemerdekaan, maka tanggal 26 Januari ditetapkan sebagai “Foundation day”.

Banyak Aborigin merasa geram lantaran itu peringatan mereka dijajah. Sama halnya kalau kita dengar sebagian bangsa merayakan ke sekian ratus tahun peringatan VOC. Hanya sekarang jumlah yang geram makin sedikit sehingga tidak meletus kepermukaan. Apalagi pemerintah Australia rada memanjakan etnis berkulit gelap, berambut keriting ini, dikasih papan dikasih pangan, hobi minuman keras, diimbali dengan pemberian uang untuk jatah minum, rokoknya pokoknya asal happi-hepi, maka pemerintah tak perlu worry. Rupanya mereka melihat negara tetangganya yang sering membiarkan penduduknya kelaparan eh kurang gizi sampai-sampai pada exodus ke Darwin. Tiduran dilapangan sambil memasang spanduk “Kami mencari Assylum (suaka) dari Papua (Irja) lantaran Indonesia menelantarkan kami… kami kan sebetulnya bangsa Asia Pasifik juga…”

Kita tinggalkan urusan cari suaka yang memang cara gampang mendapatkan visa kerja gratis di negeri orang.

Mendengar kata pesta Hari Australia, maka terbayang kalkun, udang galah dan penganan lezat lainnya. Maka saya mendapatan kesempatan kedua melihat pesta Australian Day. Tentunya tidak seperti perayaan dinegeri kita yang penuh variasi dari balap karung, pasang dasi, tarik tambang, makan kerupuk dst. Pihak catering kami sudah memasak besar katanya. Lalu ruang makan dihiasi bendera ukuran besar yang selalu pinggirannya diberi lubang kancing tenda sehingga memudahkan untuk dipasang atau ditempel dimana saja. Ini sedikit berbeda dengan bendera kita yang sebesar apapun hanya diberi seutas kain sehingga terkadang putus ditiup angin.

Saat makan tiba.

Saya melirik ada lho disudut kanan ada ada daging kesukaan Asterisk yang harus dilahap sebelum bekerja mengangkat batu Menhir agar raganya jadi sakti mandrawata bin mandraguna. Saya ngendo (belok) untuk menyendok daging di baki logam yang lain, ternyata daging si Akang Guru. Warnanya persis daging rusa dengan serat yang terbilang kasar. Cara jalan mahluk ini mengingatkan saya akan filem mayat hidup berjubah hitam ala komedi horror Hongkong.

Lalu saya pindah ke baki nomor tiga. We lhadalah lepas dari kangguru kesabet buntut buaya. Binatang melata disini naik daun (meja) lantaran mengakomodasi kesukaan warga Aborigin membakar kadal.

Kemana nih larinya ayam, atau beef hari ini ?

Akhirnya saya berbelok ketempat salad, mengganyang asparagus, irisan bit, selada dan ikan tuna. Sambil ngayemi-ayemi hati. Sudah berumur harus makan banyak sayur dong. Jangan daging melulu. Tapi hati yang sebelah bilang “sial bener” pesta kok makan gado-gado Australia…. Ya kagak afdhol.

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

Menu Makanan Kantin di Rig Terapung