14980 - Puihhh
Date: Tue Aug 2, 2005 11:52 pm
Berapa kali dalam hidup ini kita keceplus batu saat makan. Rasanya seperti ada mercon banting meledak ditelinga, diikuti dengan rsa ngilu lantaran gigi harus menggerus batu. Apalagi jaman dulu masih makan dengan beras tutu, cum (plus) beras pembagian Pulisi, sudah berbau agak apek, kadang diberi tambahan protein berupa kutu. Biasanya kita cuma bilang "puih" sambil lepeh "batunya plus kutu" lantas meneruskan santapan seakan tiada terjadi sesuatu apa.
Atau paling "Uda tambo ciak jangan pakai batu nasinyo tuh.."
Model beras tutu berkutu mulai usai. Tetapi gangguan lain adalah pemakaian staples yang mengharu biru mulai sebagai penjepit kertas bungkus nasi padang, gado-gado, bakmi atau lain sebangsanya. Dan seperti biasa, kalau ini kejadian keceplus kawat staples, publik dan kita menyalahkan diri sendiri untuk lain kali makan secara hati-hati.
Namun, di benua bawah alias Down Under dibawah John Howard, yang saat ini sedang masuk 4 derajat selsi kalau malam hari dibeberapa tempat. Kasus kecil begini bisa dijadikan topik pembicaraan dan tak jarang pemutusan hubungan kerja.
Pekerja bor biasanya menggunakan lap berupa potongan kain perca dari sisa pabrik kaos, umumnya berwarna putih. Carikan kaos sekitar 10 cm yang ditumpuk dan dijahit sana sini sehingga membentuk lap-lap yang di rig dipakai sebagai lap untuk "draad" pipa bor. Kalau lap ini nampak kotor berlakulah habis pakai sepah-lap dibuang. Sama halnya dengan sarung tangan, sabun mandi yang sekali pakai buang.
Alkisah, sebut saja KIWI, hari itu dia akan mengambil setumpuk lap atau "rags" yang biasanya tersedia dalam karung-karung disudut rig. Saat tangannya merogoh lap tersebut, tiba-tiba ia seperti terkejut dan otomatis mengaktipkan mesin rekaman "fuck" sambil menarik tangannya seperti melihat kobra.
Langsung karung plastik berisi perca ini diisolasi dan dilakukan pencarian kobra dalam ditumpukan karung kaos. Biang kerok akhirnya didapat. Dua jarum pentul terselip diantara kaos sempat mematuk lengan kekar bule ini. Tidak ayal lagi, surat peringatan langsung dilayangkan kepada "vendor" bahwa sudah terjadi etika bisnis yang kurang memperhatikan segi keselamatan kerja. Coba kalau terjadi di Indo, paling pemilik pabrik kaos bilang "pesan kaos diberi bonus jarum pentul, eh malah komplen. Dasar!"
Mimbar
Berapa kali dalam hidup ini kita keceplus batu saat makan. Rasanya seperti ada mercon banting meledak ditelinga, diikuti dengan rsa ngilu lantaran gigi harus menggerus batu. Apalagi jaman dulu masih makan dengan beras tutu, cum (plus) beras pembagian Pulisi, sudah berbau agak apek, kadang diberi tambahan protein berupa kutu. Biasanya kita cuma bilang "puih" sambil lepeh "batunya plus kutu" lantas meneruskan santapan seakan tiada terjadi sesuatu apa.
Atau paling "Uda tambo ciak jangan pakai batu nasinyo tuh.."
Model beras tutu berkutu mulai usai. Tetapi gangguan lain adalah pemakaian staples yang mengharu biru mulai sebagai penjepit kertas bungkus nasi padang, gado-gado, bakmi atau lain sebangsanya. Dan seperti biasa, kalau ini kejadian keceplus kawat staples, publik dan kita menyalahkan diri sendiri untuk lain kali makan secara hati-hati.
Namun, di benua bawah alias Down Under dibawah John Howard, yang saat ini sedang masuk 4 derajat selsi kalau malam hari dibeberapa tempat. Kasus kecil begini bisa dijadikan topik pembicaraan dan tak jarang pemutusan hubungan kerja.
Pekerja bor biasanya menggunakan lap berupa potongan kain perca dari sisa pabrik kaos, umumnya berwarna putih. Carikan kaos sekitar 10 cm yang ditumpuk dan dijahit sana sini sehingga membentuk lap-lap yang di rig dipakai sebagai lap untuk "draad" pipa bor. Kalau lap ini nampak kotor berlakulah habis pakai sepah-lap dibuang. Sama halnya dengan sarung tangan, sabun mandi yang sekali pakai buang.
Alkisah, sebut saja KIWI, hari itu dia akan mengambil setumpuk lap atau "rags" yang biasanya tersedia dalam karung-karung disudut rig. Saat tangannya merogoh lap tersebut, tiba-tiba ia seperti terkejut dan otomatis mengaktipkan mesin rekaman "fuck" sambil menarik tangannya seperti melihat kobra.
Langsung karung plastik berisi perca ini diisolasi dan dilakukan pencarian kobra dalam ditumpukan karung kaos. Biang kerok akhirnya didapat. Dua jarum pentul terselip diantara kaos sempat mematuk lengan kekar bule ini. Tidak ayal lagi, surat peringatan langsung dilayangkan kepada "vendor" bahwa sudah terjadi etika bisnis yang kurang memperhatikan segi keselamatan kerja. Coba kalau terjadi di Indo, paling pemilik pabrik kaos bilang "pesan kaos diberi bonus jarum pentul, eh malah komplen. Dasar!"
Mimbar
Comments