Buku Keladi Tikus yang gagal terbit

Saat saya berada di tanah air pada pertengahan Desember 2005, saya dihubungi oleh seorang redaksi penerbit buku Agro (Pertanian) yang tulisan-tulisannya selalu laris manis dipasaran. Ia bermaksud menjadikan saya sebagai narasumbernya dalam proyek penulisan buku mengenai Keladi Tikus (KT). Judulnya waktu itu Menggerus Kanker Dengan Keladi Tikus.

Para penulis buku memang jago dalam mencari judul. Mereka menggelitik sifat ingin serba instant kita dengan judul yang menohok. Sebaliknya bagi saya membuat buku adalah pertanggungan jawab kepada masyarakat luas. Saya tidak berani menjanjikan hal diluar sepengetahuan saya. Lalu aku jelaskan bahwa aku cuma penyalur, ilmunya dari Prof Theo di Penang, yang bikin orang lain, apoteker yang meracik obat orang lain sayangnya si peracik "sering sakit gigi" - ketus, dan paternalis. Lebih eksentrik lagi, memilih-milih pasien.

Namun Tanggo, sebut saja demikian, nama redaksi tersebut tetap mendesak saya. Bermula dari nara sumber dalam sebulan saya naik pangkat penulis II. Kalau terbit judulnya mirip acara TV sepertiMr A, Feat(uring) Mimbar Saputro. Naskah saya edit disela-sela kesibukan saya memonitoring sumur di Australia.

Ketika naskah sudah selesai Tanggo menghilang. Tidak pernah menghubungi saya. Saya pikir ia sudah melupakan naskah tersebut. Namun Februari 2006, penggantinya sebut saja Tatik memperkenalkan diri, suaranya di ujung tilpun terkesan lembut, merak hati nampaknya. Hanya kesan tersebut berubah begitu ia memberi perintah. Sepak terjangnya seakan menganulir komitmet semula antara saya dengan Mr. Tanggo.

Pendek kata naskah hampir berubah dirombak olehnya.

Salah satu permintaannya Pemotretan harus di studio mereka, termasuk tanaman keladi basah, keringan keladi, bubuk keladi tikus harus lengkap. Lalu datang lagi instruksi kedua, artikel harus menyertakan paling tidak 10 Jurnal Kedokteran yang mendukung Keladi Tikus. Kalau ada pasien sembuh harus ada buktinya secara kedokteran. Misalnya hasil rontgen sebelum dan sesudah, lalu hasil PA sebelum dan sesudah treatment.

Menyusul pertanyaan menusuk rusuk pertahanan misalnya bagaimana kita yakin KT adalah sang penyembuh. Bisa jadi pasien mengonsumsi obat lain selain Keladi Tikus? Sakit kepala saja minum Aspirin, nyeduh Jahe anget, Kerokan, Pijat, nyeruput supayam hangat. Orang terkena kanker tidak mungkin hanya percaya satu obat, mereka akan melakukan kombinasi. Demikian jawab saya.

Permintaan lain "bapak harus menulis mengapa bisa timbul kanker, mengapa sel bisa tumbuh tak terkendali, mengapa ada radikal bebas, mengapa ada kanker usus, kanker prostat."

Lini pertahanan saya kedodoran. Dari dulu saya bilang :"Jujur dan Tulus." Aku adalah manusia biasa, Bukan Cinderela yang kalau jam 12 malam, bisa berputar 180 derajat mengubah tak mungkin menjadi kenyataan. Kalau saya PeDe menulis seperti yang diinginkan, maka kekuatiran saya adalah Naskah KT menjadi KTT alias Karangan Tak Tahu Malu.

Sepanjang pengetahuan saya kesembuhan berasal dari testimonial pasien. Kadang datang pembeli (bukan pasien) lantaran dalam salah satu kesaksian kesembuhan, mereka mengaku minum KT. Kadang dengan cara getok tular.

Kanker itu seperti diabetes, hari ini lolos, kalau "ndak jaga badan" maka gerilyawannya nggruduk penderita. Atau beberapa rumah sakit Kanker Swasta mengirimkan pasiennya untuk mengonsumsi KT disamping tindakan kemoterapi dan obatan modern lainnya. Tentu saja kami tidak berhak memberi tahu nama-nama dokter tersebut.

Lagipula Keladi Tikus hanya untuk kanker, saya rabun kalau dibilang bisa sembuhkan roepa-roepa penyakit sebagaimana Darah Tinggi, Darah Kotor, Diabetes, Impotensi, bahkan kalau dikonsumsi perempuan hamdan alamat "kluron" atau gugur bunga. Tidak ada obat dewa mampu meluluh lantakkan 1001 macam penyakit.

Soal penelitian kedokteran, saya bilang anda pasti banyak membaca buku asing. Kalau bicara kambing, jangan harapkan auman harimau yang keluar. Kalau alternatip dicoba ke pendekatan tabib modern (dokter),ibarat Mak Erot bicara soal memperpanjang pernis dengan bantuan urut dan jampi dengan dokter Boyke yang bertolak dari prinsip bahwa penis tidak dapat diperbesar. Mak Erot lantaran tak pandai berdebat seperti seperti kalah dan salah dan pembohong. Namun kalah bicara tak berarti mengurangi jumlah pelanggan dan umumnya malu mengakui keampuhannya.

Jaya Suprana dari jamu Jago mengeluarkan produk "Upik Buyung" yang disohorkan menyerdaskan otak anak-anak kita. Para apotekernya sendiri pesismis jamu "aeng-aeng" begini akan diterima masyarakat sehingga diproduksi dalam jumlah sedikit. Ternyata produk ini kelak menyelamatkan Jago dari merumahkan karyawannya karena omzet penjualnya ruar biasa..

Redaksi tidak setuju... "Ada keraguan dalam tulisan bapak".- Saya meneng (diam) dan mathuk (setuju). Bukankah sejak semula saya hanya koeli minyak. Lalu baris email selanjutnya: "Kami tunda rencana penulisan."

*****
Belajar falsafah dari Jendral Muhdi bekas Kopasus yang geram betul lantaran dia ditekan utuk mengaku membunuhi lawan-lawan Suharto. Orang Jawa, menurut Muhdi kalau ditekan akan menjalankan 3 M. Meneng, Mandeg kalau dua langkah masih belum selesai M ke tiga adalah Mengamuk...

Lalu saya bilang, selama ini saya jadi pihak menerima terima perintah, manis-manis, inggih-inggih. Kalau buku terbit saya dapat apa sih? lah wong kontrak saja tidak ada...

"Tapi bapak dapat populer, promosi keladi tikus..." katanya di ujung tilpun.

Ini dia, saya penikmat Anti Marketing. KT tidak perlu promosi, jangan terlalu banyak berkoar. Malahan mengundang para "imitator" baru.

Rupanya bu Tatik tidak berkenan dengan jawaban saya. Akhirnya jatuhlah talak. Mereka bilang melihat respons saya terhadap mereka, penulisan akan diserahkan kepada pihak lain. Cerdiknya setelah semua bahan terkumpul siap saji.

*****
Keladi Tikus sudah dipromosikan lama tiga-empat tahun lalu. Saya pun tahunya dari milis. Sementara terjadi pro kontra di sebuah milis. Saya menyambar kesempatan tersebut.

Pertama pohon saya bagikan gratis, tapi lama-lama kami kewalahan dengan peminat gratisan. Lalu saya kasih beban ongkos kirim, peminat mulai berkurang.

Lantaran pohon dan umbinya kurang praktis dikirim secara AKAP -antar kota antar propinsi , disamping keluhan gatal sekitar mulut saat mengonsumsi. Tanaman ini diganti dengan bubukannya agar lebih praktis.

Harga KT relatif stabil dari 2000-2006 masih segitu-gitu saja yaitu dua ribu rupiah per kapsul, satu botol terdiri 50 butir. Produsennya sendiri sudah menaikkan ongkos kirim, harga jamu, tetapi kami usahakan tidak terpengaruh BBM. Lucunya setelah jamu beberapa lama di tangan pasien, kadang kami menerima tilpun bahwa penyakitnya sudah sembuh, mereka ingin sisa obat yang belum dikonsumsi dikembalikan?

Belakangan kami agak sedikit ragu untuk meneruskan bisnis ini melihat banyaknya kejadian seperti rumah sakit merawat pasien tak mampu, diberi keringanan, giliran terjadi kematian, keluarga langsung menuntut miliardan rupiah.

Jamu adalah obat alternatif. Prosesnya teradap tubuh membutuhkan waktu lama. Perlu ketekunan. Dan sayangnya soal yang satu ini kita memiliki kesabaran yang tipis.

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

774-Tongseng Serambi (masjid) Sunda Kelapa