From Rawa Bogo with Nguping

Date: Thu Sep 15, 2005 4:35 pm

"Beh, kitah mau ngawinin anak kitah, sebelon masuk bulan puasak..." kata seorang bapak didampingi seorang temannya. Siapa bilang bangsa kita tidak futuristik. Buktinya bulan puasa masih beberapa minggu, yang dibicarakan adalah antisipasi mudik lebaran, mobil harus didandani, baju baru, dan "kawin sebelon ramadhan". Makna puasanya sendiri sepertinya urusan para Uztad di Radio, Mihrab dan Tipi.

Lawan bicara yang kelihatannya dituakan mengangguk-angguk, sepertinya belum jelas maksudnya, lantas menjawab "Lantas apah mauknya.."

Pembicara pertama menaikkan volume suaranya, hampir menyaingi tukang koran.

"Mau ngawinin anak!...."

Barulah lawan bicara yang nampaknya berpengaruh tadi manggut-manggut seakan mengerti. "Oh ngawinin anak, kapan?"

Adegan ala komedi pak Bolot tadi sempat saya "kuping" saat jalan pagi (5:45), dari kejauhan 10 meter, diantara sejuknya hawa dibawah pepohonan. Lalu saya ingat wajah komedian Bolot yang walaupun monoton memerankan peran budeg, namun kalau dengar masalah honorarium, telinga budegnya sontak normal kembali. Seperti hendak menyindir kita yang sering berpura-pura tuli kalau ada pekerjaan sosial, namun beringas bila mendengar bonus atau caloan.

Sayangnya KenArok tidak sempat membuka kursus aji SaptaRungu yang menurut fiksi Pramudya, mampu mendengar pembicaraan dari jauh, bahkan sempat nguping pertengkaran dari bilik peraduan Akuwu Tumapel dengan istrinya KenDedes, bahwa pasangan tersebut sebetulnya sudah tidak dapat mempertahankan bahtera rumah tangganya. Dan disitu Arok masuk sebagai pihak ketiga, mengguncang rumah tangga, tanpa diendus oleh para tukang beken atau infotainment.

Lalu dalam kesempatan lain dari sebuah rumah terdengar suara nampaknya seorang anak gadis. "Kalau ada dokter, bawa ajah sayah ke dokter, biar pereksa masih perawan apa kagak?"

Rasanya kepala ini ingin diputar balik mengeker siapa yang bicara, namun daripada dibilang tidak sopan, ya mending pura-pura bolot sambil jalan terus menyusuri gang Haji Labuhan. Tapi pernah juga saya kesasar sehingga celingukan cari jalan keluar. Lho ada suara bisik-bisik, "eh jangan-jangan ada maling tuh dibelakang rumah.." - Untung saya cepat-sepat memberi salam kepada sang curigaan. Keburu digebukin baru ditanya kan repot.

Ah, Rawabogo masih menyimpan bergudang-gudang bahan cerita untuk digali sambil jalan pagi.

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

774-Tongseng Serambi (masjid) Sunda Kelapa