Cara M. Navis menidurkan Artikelnya

2/16/2006

Jagoan menulis yang satu ini, juga berani menerobos agama dengan persepsinya sendiri. "Robohnya Surau Kami" yang ditulis 1955 membawa dirinya dijuluki Si Pelanggar Batas Wilayah Tabu. Tahun 1955, saat saya masih berusia 2 tahun, dia sudah menceritakan Haji Saleh "ping -kopang-kaping" alias belasan kali pergi haji, yang merasa persiapannya ke Surga sudah cukup, kok buntutnya didudukkan di Neraka dan dia menggugat.

"Saya tak pernah merasa tua untuk menulis," kata almarhum yang baru stop orek-orek hanya dua bulan menjelang ajal (82 tahun). Salah satu metode menulisnya adalah membuat judul, corat-coret sebentar, kalau moody-nya bagus, ia teruskan menulis. Kalau sedang "cuaca buruk" - maka coretannya didokumentasi atau istilahnya "ditidurkan" bisa seminggu, sebulan sampai setahun lebih. Ada waktunya serpihan kertas dalam map ini dibelai-belai fikirannya jadi fresh,dan naskah bisa berkembang menjadi tulisan.

Nah, yang kepingin menulis tiba-tiba terserang "aag" - auk ah gelap, ada baiknya mencoba teknik Navis.

Coret-coret-coret, simpan.
Ketik-ketik-ketik, save.

Siapa tahu kemudian menjadi "mak-brudul..." mengalir jauh sampai ke ujung layar pembaca.

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

774-Tongseng Serambi (masjid) Sunda Kelapa