BackPacker - (15031)

Date: Sat Aug 27, 2005 10:13 am

Backpacker adalah istilah untuk turis kelas "murmer" alias "budget accomodated" yang dicirikan dengan menggembol ransel (backpack) yang gemuk. Tapi bagi saya, kepingin juga rasanya menginap barang semalam dua di losmen kelas "backpacker"

Pucuk tiba, ulam dicinta. Kok ndilalah, mau mengajukan jadwal perjalanpun saya gagal total. Sudah matak aji ala mas Yusuf Iskandar dengan alasan "ada persoalan keluarga" kok tidak mempan juga. Maka sebelum kantor mencarikan akomodasi yang "reasonable price" - saya coba berpetualang dengan menginap di hotel kelas backpacker yang biasanya dicirikan dengan kawasan rada kumuh, rada gelap dengan kamar sempit.

Jujur saja saya agak keder, karena terbiasa semua sudah diatur oleh perusahaan. Juga tidak ada tempat bertanya hotel dengan harga "miring"

Untung informasi begini cukup lengkap tersedia disetiap airport. Di salah satu pojok, tersedia beberapa brosur dan tilpun. Jadi anda tidak perlu menilpun nomor secara lengkap cukup tekan nomor "short cut" yang tertera ditilpun. Misalnya Hotal A kodenya 10, ya klik saja nomor 10. Beberapa nomor saya hubungi, sudah fully book.

Akhirnya salah satu penginapan menjawab bisa

"I want bedroom for two night" - jelas kan maksudnya untuk dua malam.

Eh cewek diujung tilpun menjawab, "yes we can give you room for tonight, but for tomorrow its a problem.."

Saya sadar salah antene.

Lafal "two night" dikuping cewek Australian menjadi seakan tonight (ini malam).

"Its confusing eh, kata saya. I want room for this night and tomorrow night"

Baru kami sadar, halangan bahasa bisa diselesaikan, namun halangan spelling, saya masih tertatih. Sekalipun demikian saya masih harus cari penginapan dua malam. Jari-jari mencoba lagi tilpun sana dan sini dan entah mengapa spell two-night dan tonight saya tidak bermasalah lagi.

"80 bucks for single bedroom, 160 bucks for two night"

Lantas saya tanya bagaimana dengan kamar mandi?

"How about bathroom," sambil berdoa agar - bathroom saya tidak terlafalkan bedroom.

"Thats another 20 bucks (140 ribu rupiah) for separate bathroom"

Ilmu ekonomi saya pakai sedikit, 100 dollar alias 800.000 untuk sebuah losmen kelas jalan Jaksa alias kelas Melati sebetulnya sangat mahal. Sebab hotel berbintang mentargetkan sekitar 160 dollar. Tanpa sarapan.

Tapi sudah diniatin mau coba back packer, akhirnya saya meluncur ke suatu tempat terpencil berada dibelakang RAAF Australia (Pangkalan Angkatan Udara Australia). Ada museum B-52, dimana dipajangkan rongsokan pesawat yang dipakai pada serangan 1942-an. Bahkan lokasi saat bom dijatuhkan, diabadikan dengan nama jalan BOM. "Bomber Road"

Bener saja, begitu masuk diatas sudah terpampang kipas angin sebagai dukungan logistik kalau AC kurang dingin. Beberapa penghuni keluar masuk kamar dengan tatto dilengan kiri kanannya. Tapi perduli apa, kalau dia tahu saya orang Indonesia, pasti sudah segan duluan, dikira ahli peracik bom. Paling tidak.

Lalu perut mulai lapar, "any canteen here" - saya sudah terbiasa tidak makan nasi (malahan bobot bisa susut 5 kilogram, padahal ngembat lambchops, t-bone, pupu ayam.) jalan terus.

"Neah (No) but you can take awalk on station there" - maksudnya, disana ada POM Bensin 24 jam yang biasanya take-away food. Tapi ini sudah sore, jadi ada cuma roti dan minuman dingin. Akhirnya penangsel malam itu saya cuma roti tawar, coca cola dan beberapa potong coklat. Terlalu jauh untuk menggunakan Taxi hanya sekedar cari McDee atau Hungry Jack.

Pulang dari warung, mbak Marry David resepsionis tanya, sudah ketemu tempatnya makan?

"Radio" jawab saya. Mungkin ini plesetan allReady yang dibaca radio.

Tidak lama HP berpolyponic, Nona Spencer dari Kantor Perth kaget dan kuatir akan keamanan saya. Tempat itu kadang tidak aman. Saya bilang its okay, lagi-lagi dia menyatakan kekawatiranya dan menegaskan bahwa besok sudah dibookingkan hotel yang representatip.

Saking kecapekan saya langsung pulas. Baru paginya terdengar suara gaduh. Mula-mula orang membersihkan kolam renang. Lalu bunyi mobil dipanaskan mesinnya. Ah itu biasa, namanya pagi hari. Baru saya terperanjat tatkala ada suara "jedat-jedot, angin kejepit" dari para pengguna bathroom bisa menggetarkan gendang telinga saya yang sedang tidur. Diikuti suara erangan yang pasti bukan desahan petugas "party line".

Rupanya sebagian dinding cuma asbes tak heran bisa tembus suara.

Nah katanya mau coba "backpacker" ya suara dari "back" pun harus dinikmati. Rasanya nama hotel ini harus dicoret dari daftar tilpun. Alasan pertama, dukungan logistic kurang. Yang plus cuma musik kamar mandi.

Rawa Bogo, 26 Agustus 2005
Mimbar Saputro

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

Menu Makanan Kantin di Rig Terapung