CDMA van RawaBogo

Date: Wed Sep 7, 2005 8:54 am

Berbeda dengan rumah di Grogol yang sudah difasilitasi tegangan PLN yang, water leiding, telefone yang mooi, maka RawaBogo justru menghadiahkan tantangan seratus delapan puluh derajat (kurang dikit).

Tidak ada listrik stabil apalagi menjelang megrib, sehingga rentang waktu menceklek sebuah neon 40 watt sampai menyala saya masih sempet rengeng-rengeng satu bait lagu PeterPan. Itupun dengan alunan voltage yang mengayun-ayun.

Pengadaan ledeng sepertinya menunggu perayaan Isra Miraj 10 sampai 20 kali. Terpaksa keperluan sehari-hari dipasok dari sumur pantek yang memang masih jernih, bebas bau, bebas kaporit, namun belum tentu bebas disentri.

Yang paling "terasa bener" adalah ketiadaan tilpun tembaga. Sepertinya para aparat sudah mendapat porsi latihan berat dan berdarah, sehingga usaha berlangganan tilpun tradisional akan disambut koor, "tidak ada colokan extra untuk tilpun rumah. Mending pakai Flexi. Langsung kring." Dalam hati saya berfikir, lalu apakah bujet miliar rupiah untuk pembangunan infrastruktur selama ini akan distop sampai disini demi pengembangan tilpun wireless si anak emas? - Mengapa tidak dua-duanya berjalan seiringan.

Mula-mula saya pakai CDMA Nokia 6015. Dapat signal satu thil. Kalau mau tilpun saya harus keluar pagar, cari tempat yang tinggi dan berkaok-kaok. Waktu CDMA disambung ke Laptop. Driver tidak mampu memperkenalkannya.

Akhirnya saya minta bantuan Roxy Mas sampai akhirnya saya dipilihkan pesawat Flexi-Home, buatan Korea "HanTel" yang sudah dilengkapi Kabel Data untuk koneksi ke komputer. Setelah menyambung ke nomor "#777" dan password "xxxxx" maka lengkaplah sudah persiapan berselancar. Itu "strateginya". Namun saat pesawat dipasang, kabel data dari HANTEL mencari colokan di bokong Laptop yang jaman sekarang sudah berevolusi dari Serial Port ke USB. Astaga, terpaksa cari adaptor yang membalik USB jadi Serial Port. Driver dipasang, maka siap aku klik ke internet. Tapi lagi-lagi keluar 250.000 untuk membeli USC-Serial Converter.

Seperti dikatakan, setelah mengatur seeetraaateeegiiii. Pesawat Hantel berbunyi beep. Telunjuk dan jari tengah dikepangkan. We lhadhalah kojur aku, cuma dapat sinyal dua thil. Internet kadang terputus.

Balik lagi ke Roxy Mas, ada solusi, pasang antena tambahan, kalau BTS jarak 20km, sinyal bisa full. Dijamin. Kita sudah jual banyak. Itu gaya sipenjual. Biar dapat seken opinion, saya lari ke CDMA CENTER, saya tanya customer services, apa iya Antenne bisa menolong mendongkrak signal yang loyo. Si CS melihat saya, matanya mengatakan "EGP" - bener saja bahunya terangkat, dan dia cuma menjawab dengan wajah sedingin serigala Siberia. Dia menyebut nama sebuah toko di Roxy Mas.

Sebetulnya toko yang ditunjuk itu adalah pedagang yang baru saya datangi. Antene aku pasang, betul sinyal penerimaan bisa naik ke 4. Memang tidak setrengginas broadband Speedy (333 kbps)seperti yang saya pakai di Grogol, itung-tung tiada rotan, CDMA pun jadi dengan 115 KBPS.

Kalau saja saya tidak jungkir balik ke Roxy yang sekarang didepannya ada pembangunan overfly sehingga ultra macet. Maka saya pikir memiliki CDMA adalah semudah iklannya. Tapi positipnya hari liburku saya isi dengan belajar sesuatu yang diluar dugaan.

--
Best regards,

Mimbar VanDen Rawabogo
Jalan Pendidikan No 73
Kampoeng Rawa Bogo RT 003 RW 01
Sub-District JatiMekar
District JatiAsih
BEKASI 17422

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

Menu Makanan Kantin di Rig Terapung