Bapa suda kaya? - sebuah dialog dengan Timor Leste

Terkejut setengah tidak percaya ketika raut muka keras petugas imigrasi Negeri Timor Leste ini menyapa saya dalam bahasa Indonesia saat ia memeriksa ransel yang berisi laptop. Jangan-jangan nanti ujung-ujungnya kena pajak masuk, bisa berabe. Ternyata aku keliru mengartikannya. Dalam buku pelajaran SD, dikatakan bahwa untuk beberapa puak di Indonesia maka kekayaan dilihat dari jumlah babi (celeng) yang dimilikinya. Sehingga tanpa disadari kata "celengan" sudah menjadi bagian dari kehidupan kita, disimpan bawah kolong ranjang sekalipun "masih mengandung babi." Namun memiliki Laptop sudah dipandang sebagai "berada" - berada apaan ?.

Tapi bukan itu yang ingin saya ceritakan. Petugas imigrasi ini kesan pertama saya kurang bersohibat, sekalipun saya mengajaknya tersenyum. Bahkan semula selalu menggunakan bahasa Inggris. Namun dalam pertemuan kedua di bandara Airporto Internacional Presidente Nicolao Lobato, ia mulai nampak relax. Puas melihat laptop, dia memeriksa HP dan kamera digital. Melihat bungkus kamera yang sudah kumal, dia kasih saran "bapa beli yang baru, yang lama kasih anak dirumah..."

Lo kok urusan amat sih. Namun itulah komunikasi. Dan hari itu bangga rasanya bekas tanah jajahan masih mau bicara dalam bahasa negeriku. Dan kebanggaan akan negeri bertambah ketika papan pengumuman ditulis dalam bahasa Inggris, Portugis, Cina, Tagalog dan tak lupa Indonesia. Untuk urusan mengontrol Malaria, misalnya, akan diadakan penyemprotan dari jam lima sore sampai 5:30, dan dianjurkan pakai tisue anti nyamuk yang ternyata mereknya "Sari Puspa" - manalagi kalau bukan buatan Indonesia.

Fri Nov 18, 2005 3:57 am
Mimbar
Dili, Timor Leste

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

774-Tongseng Serambi (masjid) Sunda Kelapa