Menjadi Penulis ala Shipping News

Date: Fri Feb 24, 2006 1:30 pm

2/24/2006
Penutup DVD ini nampak masih baru, padahal filem The Shipping News diproduksi sekitar 2002-an. Di perpustakaan, filem beginian jarang di jamah. Kalau filem bernapas 3X, lha sampai baret sana sini lantaran seringnya diputar.

Filemnya sendiri bercerita tentang semi-reinkarnasi yang nggak jelas kemana maunya. Alkisah seorang Quoyle yang dari narasinya mengatakan "aku anak lahir pada bumi dan waktu yang salah" - contoh seorang yang tidak percaya diri, dan dalam filem malahan fatalis. Ayahnya mengajarkan berenang, caranya ia memeragakan bagaimana orang berenang, lalu "mak byur" anaknya dilempar kekolam sampai tenggelam, sampai sekarat, sampai tiba-tiba insting hidupnya muncul dan ia berhasil muncul ke permukaan. Tapi sejak itu, melihat air adalah dunia kematian yang menyesakkan....

Beranjak dewasa, ia menolong seorang cewek yang sedang "dizolimi" oleh pasangannya. Cewek yang ternyata sudah hamdan ini kepincut dengannya. Mereka kawin, memperoleh seorang anak cewek. Tetapi dasar cewek sudah kadung terbiasa sensasi liar oleh pasangan terdahulu ia kangen akan perlakuan kasar. Si alim Quoyle ditinggalkan dengan seorang anak perempuannya. Gebleknya lagi sejak itu ia selalu seperti dihantui bekas istrinya. Lihat perempuan mana saja yang tervisualisasikan wajah binal istrinya yang tetap ia cintai.

Semenjak ditinggal istrinya dan ditinggal mati kecelakaan mobil.
Quoyle seperti tak napsu hidup. Akhirnya ia melamar menjadi jurnalis.

Ibunya bilang "kamu tak bisa bikin rumah dengan gaji wartawanmu.."

Tugas pertamanya mengcover kecelakaan lalu lintas, ala PosKota kita, harus ada foto daging tersayat dan membusuk, belatung bergerak-gerak kalau perlu. Lalu dia melihat ketempat kejadian, seorang wanita tewas. Boro-boro motret dia malahan mbloker-wuek-wuek. Pasalnya ia ingat istrinya mati bersama selingkuhannya dalam kecelakan mobil akibat mabuk.

Ketika laporannya diserahkan sang pimpinan, Quoyle menuai kritikan pedas dari seniornya, ini bahasa anak SMA, ada predikat, subyek. Hey lihat, ada Shakespeare abad sekarang.....

Jurnalis melabrak batasan itu, teriak sang senior.

Tulisannya dinyatakan gagal. Padahal dia mengikuti teori guru pelajaran mengarang disekolahnya. Quoyle mengiyakan kritikan berbau pembunuhan karakter "memang aku tak berbakat menulis. Ini pekerjaan serius.." katanya berulang kali. Lalu layar menampakkan bocah kecil hampir tenggelam dalam air. Dunia yang sesak dan dingin.

Salah satu Pemred mengajaknya ke pantai. Filem ini memang dipenuhi pemandangan alam Newfoundland yang ciamik. Kau suka memancing? tanya pemred. Menulis adalah seperti memancing, kadang kita tidak tahu ikan yang akan didapat. Melihat awan hitam menggumpal.Si Pemred tanya, istilahnya Writing Assignment. Apa judul panorama yang kamu lihat?

Quoyle melihat "Awan menebal, pertanda badai akan turun..."

Pemred bilang, saya akan menulis "Desa Newfoundland terancam badai halilintar ..." alasannya lebih catching, lebih menarik perhatian pembaca, sebab ada kata yang mengganggu instink manusia "ancaman, badai dst.."

Lantas silugu Quoyle bertanya lagi "kalau ternyata badai tidak jadi datang..." maklum namanya alam kadang meleset diramal. "Tidak jadi mengapa, yang penting penduduk sudah siap menghadapinya, kalau tidak jadi malahan bersyukur...."

Lalu mengalirlah dialog seperti mengganti kata "ketakutan" dengan kalimat lebih deskriptip. misalnya Bibirnya bergetar, mukanya memutih, bulu romanya berdiri.

Sekali tempo sang Senior resehnya menugaskan untuk meliput kedatangan Kapal Dagang besar, yang daya angkutnya luar biasa. Sampai di pantai ia malah tertarik pada sebuah Yacht. Kepada pemiliknya ia tanya, kok ada Yacht segede ini. Belakangan ia baru tahu, kapal tersebut adalah bekas Adolf Hitler, interior dalamnya emas murni. Pemiliknya seorang perempuan mabokan dengan gendakannya seorang lelaki nampak di bawah pengaruh kekuasaan cewek. Maka betapa marahnya sang senior reseh ketika, bukan Kapal Dagang yang ia liput tetapi masalah Kapal Sang Fuhrer. OOT deh kamu, kata senior.

Quoyle terancam dipensiunkan (bahasa dipecat dengan sedikit hormat).

Namun sang pemred malahan memperlihatkan dukungannya sebab dari semula "menulis ibarat memancing, Ikan jenis apa yang akan kita dapat kita tidak pernah tahu..."

Lagian penduduk desa tersebut hanya nelayan kecil. Diajak bicara "tak napak tanah" mana mereka perduli. Buat tulisan yang membumi...

Tulisan yang semula sebagai tulisan tambal. Akhirnya diangkat menjadi headline berita korannya. Tidak ada orang berbakat menulis, yang ada kemauan.

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

Menu Makanan Kantin di Rig Terapung