Kulit Kodok Untuk Campuran Narkoba
Date: Thu Sep 29, 2005 12:09 pm
Pernah saya menuliskan kabar dari Australia bagaimana seekor buaya laut yang lantaran kelaparan atau bisa jadi katarak jadi salah makan menelan seekor kodok buduk, sampai binatang menakutkan sepanjang 3,5 meter ini tewas akibat racun sang kodok. Lalu dikesempatan lain berita mengenai trend menghisap uap bensin dikalangan junkies Aborigin yang juga berakhir dengan tewasnya beberapa anak-anak dibawah usia 15 tahun. Sampai-sampai menurut “chinese whisper” alias rumor, akan dicari formula bensin yang anti mabuk.
Polisi Australia yang melakukan investigasi lanjut terhadap penyalahgunaan bensin belakangan ini dikejutkan oleh penemuan bahwa para junkies muda sudah melakukan improvisasi dengan menghisap lintingan kulit kodok_buduk yang telah dikeringkan. Ingatan saya kembali ke Yogya dimasa mekarnya penyair burung merak WS Rendra, beberapa pengikutnya menggunakan jamur dari kotoran sapi untuk mencapai titik kulminasi halusinasi. Jamur yang paling bagus waktu itu produksi tahi sapi dari Parang Tritis.
Kodok buduk, memiliki kelenjar racun dibalik kulitnya. Beberapa jenis katak ini dalam keadan terpojok bisa melontarkan ludah penuh racun mematikan atau kalau dipegang tangan telanjang, racun dari sekresinya juga tidak main-main. Para suku anak dalam di Indonesia, bahkan orang Indian menggunakan racun kodok ini yang dioleskan diujung tombak atau anak panah mereka untuk keperluan berburu.
“Tidak ada hubungan antara “serundeng” kodok dengan zat psikotropika, kalau gagal jantung akibat racun, itu sudah pasti,” kata para ahli kesehatan setempat. Seperti sengaja mementahkan teori dari buku tebal pak dokter, belum lama ini polisi menangkap pengemudi truk yang ugal-ugalandan aggressive di jalan raya ternyata ia mengaku baru mengonsumsi alkohol dan rokok ramuan kodok.
Kalau pengakuan supir sableng ini benar, maka ancaman terhadap generasi akan jenis psikotropika makin gencar dan murah. Siapa nyangka kodok yang sangat diemohi petani kecuali sebagai predator serangga, sekarang naik daun delak-delok memanggil hujan halusinasi. Mungkin pemandangan terutama didaerah persawahan dimana bangkai kodok kering terpanggang matahari dan terlindas ban kendaraan bakalan jarang terlihat, keburu disambar para junkies.
15130
Pernah saya menuliskan kabar dari Australia bagaimana seekor buaya laut yang lantaran kelaparan atau bisa jadi katarak jadi salah makan menelan seekor kodok buduk, sampai binatang menakutkan sepanjang 3,5 meter ini tewas akibat racun sang kodok. Lalu dikesempatan lain berita mengenai trend menghisap uap bensin dikalangan junkies Aborigin yang juga berakhir dengan tewasnya beberapa anak-anak dibawah usia 15 tahun. Sampai-sampai menurut “chinese whisper” alias rumor, akan dicari formula bensin yang anti mabuk.
Polisi Australia yang melakukan investigasi lanjut terhadap penyalahgunaan bensin belakangan ini dikejutkan oleh penemuan bahwa para junkies muda sudah melakukan improvisasi dengan menghisap lintingan kulit kodok_buduk yang telah dikeringkan. Ingatan saya kembali ke Yogya dimasa mekarnya penyair burung merak WS Rendra, beberapa pengikutnya menggunakan jamur dari kotoran sapi untuk mencapai titik kulminasi halusinasi. Jamur yang paling bagus waktu itu produksi tahi sapi dari Parang Tritis.
Kodok buduk, memiliki kelenjar racun dibalik kulitnya. Beberapa jenis katak ini dalam keadan terpojok bisa melontarkan ludah penuh racun mematikan atau kalau dipegang tangan telanjang, racun dari sekresinya juga tidak main-main. Para suku anak dalam di Indonesia, bahkan orang Indian menggunakan racun kodok ini yang dioleskan diujung tombak atau anak panah mereka untuk keperluan berburu.
“Tidak ada hubungan antara “serundeng” kodok dengan zat psikotropika, kalau gagal jantung akibat racun, itu sudah pasti,” kata para ahli kesehatan setempat. Seperti sengaja mementahkan teori dari buku tebal pak dokter, belum lama ini polisi menangkap pengemudi truk yang ugal-ugalandan aggressive di jalan raya ternyata ia mengaku baru mengonsumsi alkohol dan rokok ramuan kodok.
Kalau pengakuan supir sableng ini benar, maka ancaman terhadap generasi akan jenis psikotropika makin gencar dan murah. Siapa nyangka kodok yang sangat diemohi petani kecuali sebagai predator serangga, sekarang naik daun delak-delok memanggil hujan halusinasi. Mungkin pemandangan terutama didaerah persawahan dimana bangkai kodok kering terpanggang matahari dan terlindas ban kendaraan bakalan jarang terlihat, keburu disambar para junkies.
15130
Comments