Bagasi Telat di Australia, Peristiwa ruar biasa!!!
Date: Wed Nov 16, 2005 6:57 am
Pelayanan bagasi perusahaan penerbangan di Australia memang tak diragukan keefektipannya. Begitu penumpang lepas dari pemeriksaan imigasi maka, bagasi sudah nangkring di ban berjalan. Sementara petugas berompi sambil menuntun anjing bersabuk "Custom" yang konon mampu pengendus Bom, narkotik atau barang terlarang lainnya nampak sibuk mengendus bawaan penumpang.
Sang pawang mengatakan "good boy" kalau asuhannya bersikap tenang dan waspada. Namun sekali waktu tas saya diterjang oleh anjing ini lantaran ia tertarik pada bau disebuah keranjang sampah, dan sang pawang cukup menarik kekang asuhannya sambil mengatakan "be gentle boy" -
Di Indo, anjing yang nampak cerdas mencari korban pembunuhan, konon bukan milik Brigade Satwa, melainkan para Cukong kelebihan uang, yang daripada anjing terlatihnya menganggur, lalu jadi bodoh, maka dipinjamkan ke Brigade satwa untuk di karyakan.
Disuatu siang yang cerah, saya pernah menunggu bagasi sampai 30 menit sehingga bertanya-tanya apakah yang sedang terjadi, pemogokan kaum buruh? atau alasan lain.
Ternyata "biang reseh" adalah laporan cuaca bahwa badai "petir" sedang mendatangi wilayah Darwin. Padahal dengan mata telanjang, udara terlihat cerah, kilatpun tak nampak apalagi bunyi petir. Tapi inilah Australia, dengan alasan "keselamatan kerja" banyak pesawat ditunda keberangkatannya, bahkan pesawat yang sudah mendaratpun, harus menyetop kegiatan menurunkan bagasi maupun penumpang.
Bagi kita yang terbiasa di Depok misalnya, kebijakan ini nampak ajaib. Lirik saja di Citayam, mau ada gelap-ngampar membelah langit dengan suara mengiris gendang telinga, toh orang tidak perlu menghentikan aktivitas sehari-hari. Yang main bola, ya hayuh nendang terus, yang tani tetap cangkul-cangkul yang dalam. Padahal, Depok kondang sebagai daerah yang kerapkali dikunjungi petir terbanyak di dunia dan sayangnya belum dijadikan sesuatu yang menjual.
Manalagi sih di dunia yang punya stok petir sebanyak di Citayam. Misalnya dengan menayangkan pohon kelapa (saya) yang hangus diiris petir tempo hari. Atau tambahan bumbu "supranatural" ala Citayam bahwa pohon kelapa yang disambar geledeg, biasanya karena disitu ada kelapa sejenis "batu-akik" yang mempunyai daya linuwih.
Dalam cerita Nagasasra dan Sabukinten, masa kecil sang tokoh Rangga Tohjaya digambarkan mempunyai teman bermain yang gerakannya lebih cepat dari Kilat, kelak teman bermain ini dijuluki Ki Ageng Sela yang mampu "mengunci" serangan gelap-ngampar sampai keok.
Mungkin cerita rekaan SH Mintardja ini yang mempengaruhi kita, dengan tetap ber-hape sekalipun kilat sambar pohon kenari, atau meneruskan tontonan bersampul agamis, tapi isinya maaf nggak janji. Kita baru mandeg tatkala listrik padam akibat petir. Ndak ada listrik, apalagi yang bisa dikerjakan kecuali merenung menikmati nyanyian hujan.
Rawabogo
Kalau ada petir listrik padam.
Kalau hari cerah tukang listrik datang, katanya ngecek apakah saya curi aliran. Buju buneng.
Pelayanan bagasi perusahaan penerbangan di Australia memang tak diragukan keefektipannya. Begitu penumpang lepas dari pemeriksaan imigasi maka, bagasi sudah nangkring di ban berjalan. Sementara petugas berompi sambil menuntun anjing bersabuk "Custom" yang konon mampu pengendus Bom, narkotik atau barang terlarang lainnya nampak sibuk mengendus bawaan penumpang.
Sang pawang mengatakan "good boy" kalau asuhannya bersikap tenang dan waspada. Namun sekali waktu tas saya diterjang oleh anjing ini lantaran ia tertarik pada bau disebuah keranjang sampah, dan sang pawang cukup menarik kekang asuhannya sambil mengatakan "be gentle boy" -
Di Indo, anjing yang nampak cerdas mencari korban pembunuhan, konon bukan milik Brigade Satwa, melainkan para Cukong kelebihan uang, yang daripada anjing terlatihnya menganggur, lalu jadi bodoh, maka dipinjamkan ke Brigade satwa untuk di karyakan.
Disuatu siang yang cerah, saya pernah menunggu bagasi sampai 30 menit sehingga bertanya-tanya apakah yang sedang terjadi, pemogokan kaum buruh? atau alasan lain.
Ternyata "biang reseh" adalah laporan cuaca bahwa badai "petir" sedang mendatangi wilayah Darwin. Padahal dengan mata telanjang, udara terlihat cerah, kilatpun tak nampak apalagi bunyi petir. Tapi inilah Australia, dengan alasan "keselamatan kerja" banyak pesawat ditunda keberangkatannya, bahkan pesawat yang sudah mendaratpun, harus menyetop kegiatan menurunkan bagasi maupun penumpang.
Bagi kita yang terbiasa di Depok misalnya, kebijakan ini nampak ajaib. Lirik saja di Citayam, mau ada gelap-ngampar membelah langit dengan suara mengiris gendang telinga, toh orang tidak perlu menghentikan aktivitas sehari-hari. Yang main bola, ya hayuh nendang terus, yang tani tetap cangkul-cangkul yang dalam. Padahal, Depok kondang sebagai daerah yang kerapkali dikunjungi petir terbanyak di dunia dan sayangnya belum dijadikan sesuatu yang menjual.
Manalagi sih di dunia yang punya stok petir sebanyak di Citayam. Misalnya dengan menayangkan pohon kelapa (saya) yang hangus diiris petir tempo hari. Atau tambahan bumbu "supranatural" ala Citayam bahwa pohon kelapa yang disambar geledeg, biasanya karena disitu ada kelapa sejenis "batu-akik" yang mempunyai daya linuwih.
Dalam cerita Nagasasra dan Sabukinten, masa kecil sang tokoh Rangga Tohjaya digambarkan mempunyai teman bermain yang gerakannya lebih cepat dari Kilat, kelak teman bermain ini dijuluki Ki Ageng Sela yang mampu "mengunci" serangan gelap-ngampar sampai keok.
Mungkin cerita rekaan SH Mintardja ini yang mempengaruhi kita, dengan tetap ber-hape sekalipun kilat sambar pohon kenari, atau meneruskan tontonan bersampul agamis, tapi isinya maaf nggak janji. Kita baru mandeg tatkala listrik padam akibat petir. Ndak ada listrik, apalagi yang bisa dikerjakan kecuali merenung menikmati nyanyian hujan.
Rawabogo
Kalau ada petir listrik padam.
Kalau hari cerah tukang listrik datang, katanya ngecek apakah saya curi aliran. Buju buneng.
Comments