Bola Citayam Bola Australia - 14998

Date: Wed Aug 10, 2005 11:56 pm

Orang rig dimana-mana sama saja. Ketika ada pertandingan besar seperti bola atau tinju, pasar taruhan bukan main maksyuknya. Ada saja cara melanggar fatwa MUI ataupun Ulil yang kali ini bisa sepaham yaitu jangan berjudi. Payahnya para petaruh menggunakan kata-kata "sanepo" seperti "bukan judi, sekedar pembawa semangat." Sama halnya para supir-supir yang memakai Inex dengan bahasa sederhana "Pil Gumbira."

Di Australia, permainan Football Amerika yang bolanya boleh dipegang dan dibawa lari, lalu saling seruduk adu kekuatan badan, boleh dibilang sangat populer. Orang rig menceritakan bagaimana bola tinggal di"eleg" saja, bisa muntah lagi ketangan lawan. Tinggal saya yang paling banter jadi pelengkap pendlahopan alias melongo. Ndak mudeng dengan aturan maupun nama pemainnya. Adegan yang saya sukai justru penjaga garisnya. Gaya teaterikal mereka mengisyaratkan bola masuk, bola keluar, atau ada pelanggaran justru pantomim yang menyegarkan.

Taruhan di rig biasanya berjudul Footy Tipping. Taruhannya paling kecil 5 dollar sampai sesukanya. Mereka hanya menebak group mana yang menjadi pemenang sepak bola semi tabrak-tabrakan badan ini.

Semua dibayar kontan, sehingga saya tertarik akan bahasa Belahan Bawah ini mengutarakan jangan berhutang "It is against company policy to accept credit" - panjang bener, tetapi intinya ya harus cash, agar dikemudian hari tidak terjadi silang sengketa. Misalnya ngeles, atawa ngemplang.

Soal bola membola. Sekalipun lain cara mainnya, saya lantas ingat tanah tumpah darah gurameh di Citayam. Dalam pertandingan bola ala RT maupun sekedar batas tanah garapan, selalu dimeriahkan dengan komentator pengeras suara yang diambil dari masjid "jadi balikin sebelon azan megrib datang" - Yang sering bikin nyesek, sebagian tanah garapan saya "dipinjam" untuk lapangan bola. Jadi kalau ada bola melambung jauh dan jatuh diluar lapangan, gantian pohon singkong, sayuran saya yang jatuh rubuh terinjak-injak kaki. Cuma bisa nyesek dan usap dada.

Kalau mendengar komentator menyebut nama pemain dengan nomor punggung. Maka rata-rata nama mereka berbau kota seperti Alex, Obenk, Odon, Andre dsb. yang aselinya adalah Rois, Durachman, dan Ucup (Yusup).

Cuma giliran orang Bali selalu dipanggil Wayan, sekalipun aselinya Made atau Putu. Nggak heran kalau di kesebelasan Bola di Bali cuma terdiri 5 orang, Wayan, Ketut, Made, Nengah, Putu di Citayam cuma Wayan saja yang main bola.

Selidik punya selidik. Mereka menyangka Wayan itu pengganti sapaan Mas, Kakak atau Bang. Atau di pasar Seng- Saudi, perempuan Indo dipanggil Siti Rahmah. Yang mengherankan bahasa mereka ketika memberikan komentar, 100% bersih dari pengaruh kedaerahan ala Citayam. Rupanya berbahasa Indonesia yang baik dan benar sudah dipraktekkan sehari itu di lapangan hijau.

Dan untuk memenangkan taruhan "sekedar penyemangat", tidak jarang "dukun bertindak.."

"Saya pernah pakai jasa dkun pak, kesebelasan yang saya pegang menang.." - kata Obenk penikmat taruhan.

"Lantas dukunnya kamu bayar berapa?," tanay saya neges.

"Ya kagak, cuma saya utangin aja. Kenapa ya dukun kagak tauk, mau saya tipu?," katanya nyengenges.

Pak Dukun seharusnya pakai pasang pengumuman "Hari ini harus kontan, besok boleh hutang.." atau kalau mau keren ya "Its against company policy to accept Credit".

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

Menu Makanan Kantin di Rig Terapung