Majalah Playboy Indo

Date: Mon Jan 30, 2006 2:32 am

Dulu itu…teman-teman kerap bertanya : “gimana siyyh cara belajar bahasa Inggris, kok sulit betul..” karena pertanyaan ini sepuluh atau duapuluh tahun lalu, saya menyarankan ikut klub Inggris, yang biasanya dibantah “ah malas, ah mahal ah membosankan” – sampai akhirnya saya berikan solusi asal-asalan “baca Playboy”

Keruan yang mereka menyatukan kedua alisnya. Alasan saya “one hand magazine” ini bahasanya tidak kasar. Lantas artikelnya membuat orang kepingin lebih ingin tahu padanan kata yang sukar sampai dibela-belain buka kamus. Kalau WJS Poerwadarmina tidak tembus, cari Hasan Sadly, atau kamus lainnya sampai akhirnya ketemu makna dalam artikelnya. Tanpa disadari kemampuan bahasanya meningkat aktivitas meningkat, dan seperti kata tukang obat, tidak membuat ngantuk…

Ahmad Sujarwo, masih terkekeh-kekeh waktu ketemu saya baru-baru ini lantaran dia ingat 30 tahun saat mahasiswa saya pernah memberinya nasihat keblinger. Bahkan dia mengaku terkencing-kencing lantaran cari kamus arti “one hand magazine” kok tidak ketemu sampai akhirnya saya bisikkan kata. Tapi yang membuat saya tersipu, dia nekad menceritakan pengalamannya bergaul dengan saya didepan anak dan istri. Ya boomerang, katiwasan “jaim” malah dibocorin teman sendiri.

Ah majalah Playboy yang dari pemunculannya beberapa puluh tahun lalu selalu mengundang kontroversi antara di sukai dan dimurkai. Kini saya lihat, generasi muda sudah sangat cerdas dan menguasai bahasa Inggris tanpa ngeres lagi. Email, chatting dengan teman-teman manca negara tentunya membutuhkan pengetahuan bahasa yang tanpa disorong kekanan kekiri, mereka berusaha untuk menguasainya. Belum lagi game-game komputer yang penuh dengan dialog bahasa Inggris. Keponakan saya anak TK Nol besar ketika nonton kartun dengan saya, ternyata dia paham sedikit banyak dialog bahasanya. Semula saya anggap mereka menebak gambar, namun ketika ditest vocabularinya – lho nggak main-main.

Metode yang saya ajukan tiga dekade tentunya sudah kadaluwarsa dan tidak perlu diuji langsung gugur. Tapi ada satu pelajaran masih saya ikuti “pria tanpa deodoran, layaknya hidup di jaman batu…” – nasihat itu masih saya ikuti. Rasanya saya pria kedodoran kalau sehari saja lupa pakai deodoran.

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

774-Tongseng Serambi (masjid) Sunda Kelapa