Kapalan jadi orang Kapal

Date: Tue Feb 7, 2006 3:30 am

Seumur-umur kapalan jadi "orang kapal" pengeboran, saya masih harus mengakui "lelet mikir" dalam urusan arah atawa mata angin. Bagaimana tidak, sudah katam urusan makan, tidur, termasuk MCK masih juga mengalami sindroma "kehilangan kiblat."

Maklum dikapal tidak ada istilah hadap kanan, belok kiri jalan terus, apalagi ngetan maupun ngulon karena kalau mau bilang kanan, kanan dari mana. Sampai sekarang kalau ada yang bilang otak kiri manusia adalah untuk kreasi, imaginasi, fantasi, saya seperti tidak punya otak. Lha kiri itu kirinya sipemilik kepala atau kirinya dari arah si penjual kelapa degan.

Maka betapa "yak ubeng" (Palembang untuk pusing 7 keliling) ketika dalam satu sampai banyak latihan kebakaran di kapal ada komando melalui corong "kebakaran terjadi di Port-Side" - bagian BOMBAT menuju TKP dari arah AFT deck, sementara pihak yang tidak berkepentingan dievakuasi ke Starboard." Belum lagi ilustrasi musik evakuasi kebakaran selalu lonceng dengan frekuensi "gak enak dikuping" diselai oleh alarm bak kucing betina mancing kawin.

Ini bukan urusan main-main, sebab dalam hitungan detik anda sudah harus bangun dari tempat tidur, berpakaian lengkap dengan alat safety, mengenakan jaket pelampung lalu "ngemel" menuju tempat yang sudah ditentukan. Tidak ada kata terlambat. Mengikuti kata Neno Warisman bahwa beribadah kepada harus berdarah-darah (?), maka saya plesetkan menjadi Latihan Evakuasi itu harus berdarah-darah.

Kapal pengeboran yang saya lihat, panjangnya ada 110 meter, lebar kurang lebih sama, tinggi dasar kapal sampai menara juga 100 meteran. Terapung pada delapan ponton. Jelas boadzila,lantaran raksasanya. Kalau cuma baru seminggu tersesat 7 kali, masih sah selamatan bubur jenang merah putih. Alias masih syukron..

Maka saya herman-terherman mendengar kapal laksamana Ceng Ho yang ukurannya 400 meter lebih bisa mendarat di pesisir Semarang, meninggalkan banyak sauh, satu konon di Ancol, satu lagi di Semarang. Lantas kalau itu benar, pasti pantai Semarang itu sangat teramat dalam perairannya. Dulu.

Dalam filem Titanic, ada adegan yang dijagokan produsernya pemain utama cewek mbaplang mengumbar bagian ketiak diterpa angin dari depan, maka arah yang dituju oleh cewek tadi disebut FORWARD. Lantas bagian kemudi karena berada dibrutu kapal maka seperti bahasa Inggris AFT(er) you alias saya berada di brutu you. Karena filem Titanic itu pula beberapa jurumudi memamalikan orang berdiri di haluan kapal, bukan kuatir penumpangnya kecemplung, tapi menghindari dari apes buruk melibas kapal dan penghuninya.

PORT side adalah lambung kiri kapal, sebab dari dulu kapal pinisi kalau bersandar selalu menempelkan perut bagian kiri ke pelabuhan sehingga muncul kata "Port" side. Sisanya adalah bagian kanan kapal yaitu STARBOARD side. Ini masih misteri bagi saya bagaimana kata Star bisa muncul. Ada yang menyebut bahwa jaman dulu kapal-kapal ini memiliki semacam dayung disisi kapal untuk "STIR" dan entah kenapa menjadi STAR. Dulu kapal cuma batang kayu di bacoki sampai jadi kanu, lalu orangnya masuk kanu dan mendayung serta menyetir arah perahu.

Dengan anggapan bahwa orang rata-rata bertangan kanan, maka bagian sisi perahu (board) dipakai untuk "stuur", lama-lama menjadi "sterbord" - istilah Inggris lama, dan diambil menjadi StarBoard.

Mudah-mudahan anda suatu saat kalau berkunjung ke kapal menjadi sedikit paham arah AFT, FORWARD, PORTSIDE dan STARBOARD.... Kalau masih juga "yak ubeng" - berarti Welcome Aboard.

Mimbar Saputro 6 Jan 06
Kapalan di kapal.

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

Menu Makanan Kantin di Rig Terapung