Mengenal Tipu-tipu terhadap Toko
Date: Mon Dec 5, 2005 12:59 am
Suatu siang yang terik, saat yang nikmat untuk leyeh-leyeh, mata mulai dibebani kantuk, datang dua perempuan ke toko dengan gaya dandan “mlipit” alias rapi-jali. Kacamata hitam disisipkan ke dadanya lalu tanya Kacang Pilus, oleh asisten toko segera diambilkan dan diletakkan di meja kasir. Sementara proses berjalan rekan si cewek tadi sudah menghilang, dan muncul di sudut toko mengambil susu. Susu diambil, dia ubek cari silet. Dikocok ke kiri, ke kanan, biasanya penjaga mulai lengah. Terbuai dengan wah dagangan laku keras, sampai terjadi apa kata orang departemen safety sebagai “tunnel vision” padahal tangan kiri nggak kedutan (katanya mau dapat rejeki).
Tunnel Vision, adalah gejala terpusat pada sesuatu seperti orang melihat dalam terowongan sehingga tidak mewaspadai keadaan sekelilingnya. Mak jegagik (tiba-tiba), kasir terbengong lantaran Prospek membatalkan sebagian belanjaannya dan hanya beli misalnya kacang garing sebungkus, lalu sekalian minta kembaliannya. Karena mengaku sudah pernah keluarkan uang Seratus Ribu. Sekalipun, mereka sejatinya belum pernah memberi uang sepeserpun.
Drama-pun muncul. Kalau kita keukeuh bilang belum terima uang, Jangan heran kalau kita ngotot mereka akan teriak-teriak, lebih super keukeuh melotot sambil menuding “toko penipu” dsb. Kalau usaha ala buser ini gagal, jangan lupa teman yang satunya sudah lenggang kangkung membawa “tilepan” lain kita saat kita asyik bertengkar.
Bermacam-macam cara orang cari makan dengan memanfaatkan situasi. Memang jeleknya kita jadi curigaan. Jangan heran kalau tiba-tiba calon pembeli bertanya kok sepi pada kemana pegawainya. Jangan-jangan sebetulnya hanya mau mengkonfirmasi, bahwa kita hanya sendiri di toko. Sekalipun bukan jaminan kalau ada petugas lain mereka tidak beraksi. Namanya usaha bow!
Tip lain, dan harus sedikit galak kalau tiba-tiba ada orang sepertinya lengket seperti dodol mendekati Point of Sale kita yang merangkap laci “susukan” – Pemilik toko biasanya punya instink pada niat buruk seseorang, tentunya tidak memberi kesempatan. Namun para asisten, yang sekalipun sudah sampai meniran di-de-brief toh mereka masih sering lupa. Penyakit mengutil plus tipu ini seperti kanker, kadang saat kita waspada mereka hilang tak berbekas, namun saat kita lengah ada kesempatan maka niat buruk kejahatan muncul.
Seperti kata bang Napi kejahatan muncul selain ada niat juga adanya kesempatan.
Suatu siang yang terik, saat yang nikmat untuk leyeh-leyeh, mata mulai dibebani kantuk, datang dua perempuan ke toko dengan gaya dandan “mlipit” alias rapi-jali. Kacamata hitam disisipkan ke dadanya lalu tanya Kacang Pilus, oleh asisten toko segera diambilkan dan diletakkan di meja kasir. Sementara proses berjalan rekan si cewek tadi sudah menghilang, dan muncul di sudut toko mengambil susu. Susu diambil, dia ubek cari silet. Dikocok ke kiri, ke kanan, biasanya penjaga mulai lengah. Terbuai dengan wah dagangan laku keras, sampai terjadi apa kata orang departemen safety sebagai “tunnel vision” padahal tangan kiri nggak kedutan (katanya mau dapat rejeki).
Tunnel Vision, adalah gejala terpusat pada sesuatu seperti orang melihat dalam terowongan sehingga tidak mewaspadai keadaan sekelilingnya. Mak jegagik (tiba-tiba), kasir terbengong lantaran Prospek membatalkan sebagian belanjaannya dan hanya beli misalnya kacang garing sebungkus, lalu sekalian minta kembaliannya. Karena mengaku sudah pernah keluarkan uang Seratus Ribu. Sekalipun, mereka sejatinya belum pernah memberi uang sepeserpun.
Drama-pun muncul. Kalau kita keukeuh bilang belum terima uang, Jangan heran kalau kita ngotot mereka akan teriak-teriak, lebih super keukeuh melotot sambil menuding “toko penipu” dsb. Kalau usaha ala buser ini gagal, jangan lupa teman yang satunya sudah lenggang kangkung membawa “tilepan” lain kita saat kita asyik bertengkar.
Bermacam-macam cara orang cari makan dengan memanfaatkan situasi. Memang jeleknya kita jadi curigaan. Jangan heran kalau tiba-tiba calon pembeli bertanya kok sepi pada kemana pegawainya. Jangan-jangan sebetulnya hanya mau mengkonfirmasi, bahwa kita hanya sendiri di toko. Sekalipun bukan jaminan kalau ada petugas lain mereka tidak beraksi. Namanya usaha bow!
Tip lain, dan harus sedikit galak kalau tiba-tiba ada orang sepertinya lengket seperti dodol mendekati Point of Sale kita yang merangkap laci “susukan” – Pemilik toko biasanya punya instink pada niat buruk seseorang, tentunya tidak memberi kesempatan. Namun para asisten, yang sekalipun sudah sampai meniran di-de-brief toh mereka masih sering lupa. Penyakit mengutil plus tipu ini seperti kanker, kadang saat kita waspada mereka hilang tak berbekas, namun saat kita lengah ada kesempatan maka niat buruk kejahatan muncul.
Seperti kata bang Napi kejahatan muncul selain ada niat juga adanya kesempatan.
Comments