Karung Guni (13689)

Hal menarik Singapore adalah blok-blok di apartemen tidak pernah nampak pos Security atau Satpam. Juga tidak dipagari setinggi "langit," tidak perlu diteror tulisan "Harap Lapor Sekuriti."

Minggu lalu di sebuah bank merah putih saya menekan tombol lift yang ternyata tidak berfungsi. Seorang polisi yang berdiri disebelah lift baru memberi tahu setelah ditanya. Bagaimana kalau sekiranya saya pasang bom. Lha jarak 30cm saja bisa lolos dari pengawasannya.

Di daerah Bouna Vista atau Kampung Belanda, dari beberapa blok yang ada, cuma ada satu kantor polisi "nyempil" dengan tulisan NPC (Neighborhood Police Community), semacam PolSek yang ada jam kerja dari jam 10 pagi sampai jam 11 malam. Di luar itu kantor ditutup. Lagian kantor polisi disini tidak seramai dan berdarah-darah sebagaimana layaknya kantor polisi di sini.Hal lain adalah tiadanya pengasong majalah, atau makanan yang mangkal maupun keluar masuk apartemen. Semua kegiatan dilayani oleh semacam koperasi "Fair Price" dengan harga yang agak miring. Dan koperasi ini tidak pernah terdengar rugi.

Lama-lama membosankan, semua serba teratur. Sampai pada suatu pagi, terdengar suara sandal diseret sambil teriak "karung guni, karung guni, karang guni, ladio, TV, zhap ji ki..."
Zhap Ji Ki adalah bahasa mandarin (barangkali dari koran atau majalah). Lalu ditingkahi oleh suara terompet mirip mobil jaman Al Capone. Kadang mas Karung Guni ini berteriak dalam bahasa Mandarin.

Orang ini adalah pedagang loak. Dulu katanya mereka cuma berani teriak dari bawah (tentu suaranya harus cukup keras agar bisa menembus sampai lantai 21), sehingga perlu dibantu dengan terompet pencet "tet tot tet tot". Lalu perlahan peraturan mengendor sehingga para Karung-Guniawan dibenarkan merambat dari lantai 1 sampai 21.

Disebut karung guni sebab dulunya koran dan majalah bekas dimasukkan karung, lalu digendong kesana kemari. Namun belakangan mereka menggunakan semacam trolley.
Koran dan majalah biasanya di daur ulang. Tetapi beberapa barang-barang akan dipul dan dijual ke negara tetangganya. Termasuk Indonesia.

Nampaknya perdagangan baju bekas memiliki pasar gemuk. Terbukti ratusan "turis-nyeleneh" dari Indonesia, Bangladesh, Sri Lanka, Nigeria, China yang tujuannya datang untuk belanja baju bekas, komputer bekas dan dijual di negaranya.

Seorang ibu sebut saja Soniah, 37 tahun mengaku dua minggu sekali datang via Batam dan membelanjakan sebesar $ 500, dari keuntungan membeli baju ROMA alias Rombengan Malaysia (dan Singapura) ia bisa membeli sebidang tanah dan membuka toko kelontong di Batam.

Dengan nilai yang menggiurkan, maka tak heran kalau penyelundupan baju bekas ke Indonesia semakin marak. Bulan ini saja (Maret 2007), Aparat bea cukai wilayah Makassar, Sulsel, menggagalkan penyelundupan ribuan karung pakaian impor bekas asal Tawau. Malaysia. Kapal motor Harapan Maju yang bermuatan sekitar empat ribu karung berisi berbagai jenis tekstil impor bekas tersebut, ditangkap patroli bea cukai di perairan selat Makassar. Rencananya, pakaian impor bekas tersebut akan dibawa ke Parepare, Sulsel. Penangkapan penyelundup pakaian impor bekas yang diperkirakan bernilai milyaran rupiah kali ini merupakan yang terbesar tahun 2007.

Karung guni... karang guni...

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

774-Tongseng Serambi (masjid) Sunda Kelapa