Brondong Jagung
Ada yang berubah sebuah pemandangan di kantin rig kami. Bukan lantaran bulan Puasa. Tumpukan popcorn berlabel "rasa butter" buatan "Paman Toby" sudah lenyap di meja. Padahal biasanya setumpuk besar tersedia di sana. Satu bungkus isinya 100 gram. Malam-malam habis kerja sambil menonton TV lalu menggembol sebungkus popcorn yang sudah membengkak sepuluh kali lipat, apalagi ditemani es krim atau menyeruput Coca Cola dingin, weleh syahdotnya. Bahkan biji jagung yang bantet-pun tetap saya kunyah rasanya lebih melawan sekalian uji gigi. Ternyata brondong rasa mentega (butter), sudah mulai ditarik dari peredaran, lantaran beberapa orang melaporkan bahwa bahan buatan diacetyl yang mampu menerbitkan aroma butter, ditengarai penyebab gangguan pernafasan. Daripada urusan dengan pengadilan, maka pihak catering buru-buru menarik produknya. Saya sudah mendekati Ross, sang kapitan katering. Untuk saya saja deh, saya makan sendiri, koleksi pribadi, resiko pribadi . Dia keukeuh bila