Menghancurkan Jembatan

Seorang teman mengeluh, saat perusahaannya kena krisis moneter 1997-an, semua limbung, karyawan sebagian dirumahkan sementara yang lain tetap bekerja namun dengan gaji dipotong sampai sepertiganya. Teman tadi bekerja extra keras, mencari pelanggan baru agar keuangan perusahaan membaik. "

"Aku bekerja seperti direktur, dengan fasilitas kondektur," maksudnya saat sang Direktur kehabisan akal akibat lindu moneter, teman tadi malahan melakukan manuver yang seharusnya dilakukan seorang pimpinan perusahaan demi menyelamatkan perusahaannya. Usahanya berhasil. Saat keadaan kembali normal, teman tadi perlahan-lahan disingkirkan sebab sudah dianggap sebagai pesaing berat pimpinannya. Bahkan ketika sampai ia dirawat dirumah sakit, para pimpinan terlalu sibuk dengan urusan keluarga sehingga tidak sempat menengoknya.

"Coba kalau dulu saya pindah ke perusahaan lain, barangkali keadaan tidak menjadi runyam begini," katanya sambil menghembuskan asap rokok.

Teman saya tidak sendirian. Masalahnya selama ini kita hanya dijejali pemikiran "work hard," sementara urusan "penghasilan" diserahkan kepada niat baik sang pimpinan untuk memikirkannya.

Saat awal mendirikan kongsi dagang, kita dan partner, melibatkan keluarga seperti sudah dilahirkan untuk "satu rasa satu kata" - makan sepiring berdua. Namun saat perusahaan maju, timbul pecah kongsi kadang berakhir menjadi musuh bebuyutan, yang terlintas hanyalah kita pernah menolongnya, dan kini hanya kebencian yang terbersit.

Seorang pejabat Kepolisian dengan seorang Menteri negara semula teman duduk mengopi bersama, namun setelah keduanya mejabat pimpinan negara, perseteruan mulai bisa dirasakan masyarakat.

Lalu saya ingat sebuah buku mengenai falsafah perang dari Bing Fa salah satunya adalah "Pakai Jembatan untuk menyeberang, lalu hancurkan," persoalannya bagaimana kalau ingin menyeberang balik?. Justru falsafah tersebut mengatakan, kalau sudah sampai keseberang jangan pernah memalingkan muka melihat ke belakang.

Raja Yue mempunyai dua pembantu sebagai tim sukses menguasai kerajaan Wu. Namun dimasa damai, kedua pembantu tadi dianggap beban. Lalu seorang dikirim ke pengasingan, yang lain dibunuh oleh kaki tangannya yang lain.

Setelah Liu Bang menyatukan Cina, ketiga tim suksesnya diminta pensiun secara halus. Satu menerima tawaran yang lainnya menolak. Lalu Liu Bang memerintahkan salah satu dipenjara dan temannya dicincang. Semua disingkirkan karena kelak menjadi kompetitor Liu. Sering kita mendengar isu miring bahwa pekerja galian yang membangun terowongan rahasia untuk melarikan diri para raja, dibunuh setelah proyek selesai.

Dibutuhkan pengamatan yang cermat sebelum kita merasa mantheng anteng disebuah perusahaan dengan berangkat jam 8 pagi pulang kantor jam 5 sore, berpeluh dan berdesakan dijalan raya pulang kerumah sudah seperti roket kehabisan bahan bakar. Namun ketika umur merangkak naik, tiba-tiba perusahaan meminta kita untuk pensiun dini. Sementara kesempatan kerja ditempat lain mulai menutup rapat-rapat.

Nasehat ke 28 dari Sun Tzu kalau dipersingkat adalah baik-baik membaca angin dan pergi sebelum pesta usai.


Mimbar Bambang Saputro
mimbar [dot] saputro [at] gmail [dot]com
+62 811806549 - TEXT PLEASE

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

774-Tongseng Serambi (masjid) Sunda Kelapa