Perempuan dan buku harian

Perempuan dan Museum
Kamis, 13-09-2007 18:50:39 oleh: Mimbar Saputro Kanal: Gaya Hidup

Perempuan Perancis ini tergolong bandel. Diam-diam ia merayap menyelinap kedalam kapal Uranie. Padahal tujuan kapal berangkat pada 17 September 1817 adalah dalam rangka melakukan ekspedisi ke negara di belahan bumi lain yang penuh resiko. Seperti penyakit menular, diterkam badai atau dibantai perampok. Toh semua itu tidak menggoyahkan tekad Rose.

Rupanya untuk merealisasikan nafsu berpetualangannya Rose menjalin kisah asmara dengan seorang ekspeditor bernama Louis-Claude de Freycinet agar dapat menyelinap sebagai penumpang gelap.

Ekspedisinya sendiri berhasil gemilang. Namun yang membuat Pemerintah Perancis menggeretakkan gerahamnya lantaran diantara laporan tersebut terselip lukisan tenda yang didirikan oleh ekspedisi Teluk Hiu Australia dengan Rose didampingi seorang anak lelaki Mauritania, duduk didepan tenda. Sepertinya Rose menemani sang opsir (mungkin suaminya) yang sedang asik mengolah peta.

Merasa dikelabuhi dengan adanya penumpang gelap, pemerintah Perancis mengeluarkan lukisan resmi misi ekspedisi Uranie di Teluk Hiu bedanya dalam lukisan ini Rose dan anak Mauritania sudah disetip. Tinggal seorang perwira Perancis asik dengan peta dan penemuannya.

Untung saja selain bandel, Rose memiliki kebiasaan menulis buku harian. Ia bertutur perjalannya dari Geographe sampai Australia. Juga perjalanan melalui Papua Nugini sampai Hawaii.

Disini ia menceritakan bagaimana kebakaran terjadi pada kapal yang sehari terjadi sampai 20 kali. Lalu untuk mengatasi kejemuan berlayar ia bermain gitar, menyulam, dan belajar bahasa Inggris. Untuk tidak mencoreng muka pemerintahnya, tulisan Rose diterbitkan setelah ia meninggal dunia pada 1832.

Atau masih ingin membaca buku harian Mary Watson.

Pada usia 21 Mary menikah dengan nelayan Queensland Australia bernama Robert di pulau Cicak. Bulan September rupanya laut kurang bersahabat. Ikan sukar dijaring sehingga Robert terpaksa berlayar jauh meninggalkan istri dan seorang anak bayinya pada September 1881.
Begitu suaminya pergi, kediaman Mary diserang oleh kaum Aborijin yang berang lantaran mereka dianggap menghina tempat suci mereka dengan mendirikan bangunan di tempat yang keramat. Dalam serangan ini pembantunya Ah Leong tewas dihujani tombak.

Dua hari setelah kejadian, penduduk asli kembali menyerang rumah Mary. Dalam buku hariannya Mary menulis. Penduduk aseli menombak Ah Sam. Satu dikanannya dan tiga tombak dibagian kirinya. Buku harian ditulis pada 1 Oktober 1881 ini ditemukan di reruntuhan rumahnya yang ditinggal mengungsi secara mendadak.

Dengan seorang bayi yang lemah dan Ah Sam yang terluka parah mereka melarikan diri menggunakan perahu. Semua serba terburu-buru, apalagi salah satu pembantu (nama tidak disebutkan) yang ditugaskan mengambil air ternyata tidak pernah muncul. Dugaan kuat pembantunya ikut disergap para Aborijin.

Hari ke empat setelah terombang ambing dalam ketidak pastian dan kehausan sejauh 60 kilometer, mereka sampai di sebuah pulau tak berpenghuni. Ternyata airpun tidak ditemukan di pulau ini. Lalu ia menulis "Ferier (nama panggilan anaknya) saya benamkan kedalam laut - sekadar mendinginkan suhu badannya lantaran haus sudah sangat menyiksa. Akupun demikian. "

Sehari kemudian ia menulis lagi, Ah Sam sudah tewas karena luka dan penderitaannya. Ia masih menulis "tiada air, bakal mati kehausan.."

Empat bulan kemudian, sebuah kapal layar melihat mereka. Ah Sam mati dalam kantong tidur, Mary dan bayinya mati bersebelahan. Buku hariannya disimpan dalam sebuah kotak kayu tak jauh dari mayatnya. Saat ditemukan separuh badan perahu terisi oleh air hujan. Sesuatu yang datang setelah mereka tak membutuhkannya.

Kedua buku harian ini bisa diintip pada museum di Perth.

sumber gambar:http://jacbayle.club.fr/livres/Femmes/Rose.html

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

Menu Makanan Kantin di Rig Terapung