Artikel #914 Dengan Lift Kok Coba-Coba


Salah satu apartemen di kawasan "Kampung Belanda" Singapura menjadi pilihan para pelajar dari Indonesia. Satu blok apartemen ada yang sampai 20 lantai terdiri dari 17 kamar. Masing-masing dilayani empat buah lift.

Lift ini buatan Otis ini relatif kecil, 1,5 x 1,5 meter. Cukup untuk sekitar 6-7 penumpang. Suatu ketika ada sekitar serombongan pelajar atau mahasiswa berjumlah 8 orang yang memaksa masuk sekaligus ke dalam lift yang berakibat alarm "kelebihan beban" berbunyi. Dan ini menyebabkan pintu lift tetap terbuka.

Dasar anak-anak kreatif yang memang dari sononya terbiasa melanggar aturan baku. Atau sebagai bentuk perlawanan terhadap kemapanan, termasuk dalam menggunakan lift. Seseorang keluar, lalu saat alarm "bungkam" ia melompat masuk beberapa saat sebelum pintu lift tertutup. Biasanya cara ini berhasil sehingga sering dipraktekkan di mana-mana.

Hanya saja hari itu, lagi datang apesnya. Lantaran lift dipaksa angkat beban di luar kemampuan maka pada saat lift berusaha mencapai lantai ke 20 mendadak lift "melorot" dan mogok pada lantai 19 dengan 20. Sebut saja lantai 19 1/2.

Menyadari bahwa mereka bukan keturunan penyihir dalam fiksi Harry Potter, maka senyum kemenangan berubah menjadi ketakutan. Bayangkan tergantung di lantai 19-1/2. Bisa sesak napas kekurangan oksigen dan yang jelas ketakutan sementara menunggu bantuan tiba.

Hal serupa banyak sekali dijumpai di perkantoran seperti Jakarta, apalagi saat jam sibuk. Mungkin peristiwa ini menjadikan pembelajaran kita.

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

774-Tongseng Serambi (masjid) Sunda Kelapa