Artikel #918 - Apam Bantat dari Peking

Dalam rekaman CCTV yang dipasang di halaman KTV, nampak seorang gadis langsing tinggi sekitar 165 cm rambut kemerahan lurus menutupi leher, bergaun terusan pendek berwarna hitam sedang berdiri didepan pintu masuk KTV bersama penghibur dan pengunjung lainnya.

Lengan kirinya yang putih berjari panjang nampak berhiaskan gelang emas dan sebuah handphone hitam mahal nampak bergayut disana. Tangan kanannya menenteng tas perempuan kecil berwarna hitam.

Gadis yang dikenal sebagai nona Yuan, 29, usia tergolong kadaluwarsa untuk urusan jual beli cinta. Namun karena wajah dan bodi yang permai ia bisa bertahan sebagai hostes plus di Singapura. Nampaknya setelah melayani pelanggan di KTV ia bermaksud ke Night Club Lido Palace tempat yang dikenal banyak cukong berduit tak segan menebar tips besar. Apalagi Nona yang dikenal dengan nama komersial "KR" - selain kemampuan "chatty" yang tinggi, wajahnya imut mirip bintang Gong Lie dimasa remajanya. Ditambah bodi "sekel langsing" berkulit bak lilin tak heran cepat membuat celana kaum Adam tiba-tiba sesak.

Hanya nasib berkata lain, saat menyeberang di jalan Outram, ia sedang berhandphone ria dengan seseorang sehingga tidak menyadari kedatangan sebuah sedan Hyundai Sonata yang meluncur dengan kecepatan tinggi dan agak oleng. Sementara temannya langsung mundur, KR yang perhatiannya tersita handphone tidak menyadari maut sedang mengintainya. Tabrakan tak terelakkan, wajah muluspun tak berkutik bersimbah darah.

Mengetahui korban tak bergerak pengemudi langsung tancap gas meninggalkan TKP. Namun saksi mata, Jackie Hoo, 28, sempat mencatat nomor polisi, dan melaporkan kejadian tersebut. Dalam waktu tiga jam, polantas berhasil melacak pelaku yang nyata-nyata dikuasai alkohol, usia 48 tahun, di kawasan Bukit Merah.

Kejadian duka ini menyebar cepat di kalangan Night Club, apalagi seperti dikatakan, KR adalah hostes favorit disana. Seorang lelaki, Kwok, seorang CEO perusahaan besar yang mengaku tidak mengenal korban, rupanya terketuk hatinya saat mendengarkan penuturan "mamasan" langsung merogoh koceknya sebesar lima ribu dollar (30 juta rupiah) untuk disampaikan kepada familinya di Cina.

Dalam semalam terkumpul uang sebesar 10 ribu dollar (enam puluh juta rupiah) lebih, hasil saweran teman dan pelanggan. Uang inilah yang dipakai sebagai biaya perjalanan ayah (60) dan ibunya (54) yang sehari-hari hanya petani miskin di Cina dan biaya penguburannya.

Bantuan lain datang, Roland Tay, Kepala Bagian Penguburan Singapur, langsung memberikan pelayanan gratis untuk almarhumah. Apalagi di Singapur ia tak mempunyai pacar, suami atau setidaknya keluarga.

Singapura memang salah satu kota impian para pemuda dan pemudi RRC. Mereka datang menggunakan Passport dengan visa kunjungan keluarga yang seharusnya dilarang untuk bekerja. Ciri khasnya para pendatang muda ini sebagai pekerja kasar, pedagang makanan sering ketahuan sama sekali tidak mampu berbahasa Inggris. Tetapi karena dasarnya mereka berbahasa Mandarin maka soal bahasa tidak menjadi persoalan besar.

Bagi wanita yang parasnya lumayan, namun tak kuat iman, maka tak jarang menjadi penjaja "apam bantat".

Para jablai PRC (Cina daratan ini) rata-rata mendapat penghasilan dua puluh ribu dollar per bulan (sekitar Seratus dua puluh juta rupiah lebih). Tak heran serbuan dari daratan Cina bukan cuma bebek Jiangling empat tak. Masih ada bebek Peking dua tak lain yang ber "BBM" bie hoen goreng. Apalagi bebek yang satu ini tak menolak diajak ber "four wheel drive".

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

Menu Makanan Kantin di Rig Terapung