Artikel #909 Demo para supir Angkot Bekasi menuntut perbaikan jalan

Bagus! Bravo!

Itulah reaksi saya ketika membaca di Harian Warta Kota bahwa pada Rabu 2 Mei 2007, ratusan sopir angkutan umum Koperasi Angkutan Bekasi Koasi melakukan mogok beroperasi.

Ini adalah demo murni "akar rumput," mereka hanya mendesak pihak Walikota Bekasi untuk memperbaiki jalan Pekayon - Pondog Gede yang telah rusak parah sejak tiga tahun lalu. Pasalnya jalan yang rusak tersebut selain menurunkan pemasukan juga menaikkan angka kerusakan mobil. Sebagai contoh, kampas kopling mobil yang biasanya berusia sebulan, sekarang baru lima belas hari beroperasi sudah harus diganti, ujar J Manurung salah satu pentolan demo.

"Bukan cuma kampas kopling, peralatan lain seperti ball joint, per, sokbreker, serta ban menjadi lebih boros."

Jika keadaan terus menerus begini, maka penghasilan para supir hanya habis untuk mengganti onderdil. Belum lagi oknum perhubungan dan lainnya yang sekarang sudah semakin kreatip memungut retribusi bukan cuma di terminal melainkan melebar di jalan-jalan. Ironisnya mereka mengatas namakan retribusi untuk "pembangunan daerah." Kadang mereka sudah hilang urat kesadarannya ketika mengutip uang didepan jalan berlubang segede gajah bengkak dengan dalih sama "pembangunan daerah."

Beberapa hari sebelumnya sekelompok mahasiswa melakukan aksi dengan menanam pisang di tengah jalan yang sudah terkelupas batu dasarnya, lalu menebar bibit ikan lele sebagai sindiran tajam pemerintah kota yang tidak becus mengurus kepentingan publik.

Kita bisa meresmikan pesawat Boeing terbaru, membangun mal-mal hebat, pertarungan penyediaan jaringan seluler yang dahsyat. Namun sekedar hajat hidup orang banyak seperti jalan yang memadai, pemerintah tidak mampu.

Dulu orang melakukan "penyunatan" uang proyek, namun setidaknya masih ada ujut bangunanyang dibawahinya. Namun sekarang, sedikitpun tidak nampak.

Comments

Anonymous said…
Jumat, 04-05-2007 19:22:12 oleh: nurbasuki

Beberapa waktu sebelum demo angkot tsb. berlangsung, saya melewati jalan raya Pekayon, dari Jatiasih menuju Bekasi / Kalimalang, hanya untuk beli makanan kura2 piaraan anak. Belakangan ini sebenarnya sudah berupaya menghindari jalan rusak tersebut, namun kali itu tidak ada alternatip lain (semua jalan menuju ke kalimalang sama saja). Hasilnya adalah ban depan kiri sobek dan sudah tidak bisa ditambal lagi, padahal kondisi ban masih 85%. Yah.. terpaksa beli ban baru...560 ribu...ngenessssss....padahal bulan lalu baru bayar Pajak Kendaraan Bermotor, masuk kas pemda Bekasi tentunya... Bbrp waktu sebelumnya telah menulis unek2 ttg kondisi jalan tsb pada salah satu milis lingkungan, bbrp member mengutarakan hal yang sama, dengan harapan ada pihak berwenang atau anggota dewan (daerah) yang memperhatikan. Tapi ya .. seperti biasa... bak helaian kapas tertiup angin...... Eh... kemarin temen2 pengemudi yang "meresponse" ya saya ikut pak Mimbar, "Bravo" lah....
Kesimpulannya adalah siapa sebenarnya yang telah menyampaikan aspirasi / teriakan hati nurani saya ke pihak2 berwenang? Anggota Dewan atau Sopir Angkot?
Dalam kasus kemarin saya merasa terwakili oleh kawan2 Pengemudi Koasi K02, K40 dll...
Jadi Pemilu 2009.... tepatnya milih siapa??????????
Adakah temen2 pengemudi tadi yang akan menjadi anggota Dewan????
Sekali lagi ikut terima kasih kepada temen2 pengemudi K02 khususnya (karena saya nggak sempat ikut demo), walaupun utk sementara kemarin anak saya pulang sekolah terpaksa naik Ojek....................

Salam....
Anonymous said…
Wah, saya justru pingin demo supaya pemerintah daerah menertibkan sopir-sopir angkot yang suka ngetem seenaknya dan bikin macet di daerah Tambun, Bekasi. Hehehe....
Anonymous said…
halah..ini juga para sopir brengsek yang suka memperlakukan penumpang seenaknya. emang mereka makan dari siapa? dari warisan moyangnya?
aku gak suka demo atau apapun aksi massa dari kelompok yang harusnya menyediakan layanan masyarakat tapi malah menjadikan masyarakat jadi korban.

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

774-Tongseng Serambi (masjid) Sunda Kelapa