Artikel #911 Mengejar Sultan D24

Durian Sultan - musim buah Juni - Juli

Seorang mahasiswa Universitas Connecticut asal Thailand rupanya kangen akan buah kesohor dari negerinya, durian. Diam-diam ia menyelundupkan buah tersebut kedalam apartemennya.

Saat ia menikmati buah nyam-nyam tersebut pintu apartemen didobrak dan serombongan pemadam kebakaran berusaha mencari "kebocoran gas." Rupanya bau yang menyengat tersebut diterjemahkan oleh tetangga apartemennya sebagai "bau serupa pipa gas yang bocor," sehingga zonder periksa kiri kanan, ia menilpun barisan pemadam kebakaran, sebelum ledakan hebat terjadi.

Rupanya mahasiswa Thai ini masih belum kapok sehingga ketika ia pindah ke apartemen lain dan menyelundupkan durian lagi. Kali yang ketiga, petugas yang mendatanginya sampai hapal dan berang mengatakan "you again.." - paling tidak sebuah pintu tidak dirusak.

Dalam harian Strait Times edisi Rabu 16 Mei 2007, memperlihatkan Pak Lah "panggilan akrab PM Malaysia Abullah Badawi" dengan PM Singapura Lee sedang memilih setumpuk durian Penang yang akan disantap dalam jamuan makan siang setelah melakukan pembicaraan selama dua setengah jam dari satu jam yang direncanakan. Pembicaraan in menyangkut proyek Iskandar di Johor Selatan. Koran setempat memberi judul "Durian Diplomacy."

Sebetulnya saya sudah lama mendeklarasikan "jutek" terhadap pedagang durian kita. Bayangkan skor selalu berakhir 9:1 untuk pedagang. Artinya sembilan butir busuk satu lumayan maksa bilang enak, itupun sudah termasuk bagus, artinya patut menekuk lutut di tanah dan menghaturkan syukur.

Bayangkan mulai dari penjual remang-remang lampu karbit sampai penjual terang-terangan generator listrik, mereka sama-sama lihay menjual durian bantet yang dioplos dengan aroma durian bagus. Atau pisau yang sarungnya sudah berlumuran bubuk gula dan esen durian. Apalagi beberapa TV swasta pernah menguliti habis praktek nakalnya penjual durian. Saya bicara pedagang kawasan Jabodatabek sebab selama ini pedagang durian di Palembang, Jambi, Lampung masih "caputaw" alias lumayan jujur.

Lalu saya beralih hanya beli durian toko, biasanya di Waralaba tertulis MornThong atawa monthong. Sekali dua memang mendapatkan durian manis kendati tanpa aroma yang bikin kepala berputar. Tetapi pendapat inipun gugur. Pihak Waralaba ternyata raja tega menjual durian bantet (mengkal) , masam dan campah (hambar, Palembang). Selain salad yang sudah basi lho.

Khatam deh ditipu oleh durian bin duren. Padahal sudah pakai lambaran ilmu mengendus bau kuda Kubilai Khan berjarak 1000 lie lantas digabung dengan jurus “rog-rog-duren” dan tenaga dalam jurus menangkap getaran lindu skala mikro yang ditransmisikan dari buah durian. Dan yang terakhir menajamkan mata melihat bonggol (tangkai) durian.

Skornya ? benggol (duit) saya habis, durian jempol tak terjangkau. Ibarat kata Kho Ping Ho, diatas langit masih ada langit, kasihan kasihan.

Sekalipun beberapa pakar kuliner mengatakan sebaik-baik durian adalah mendatangi serambi durian di Malaysia. Tapi jangan salah, di Johorbaru, saya memesan es durian (lokal), malahan diberi durian (belanda) yang di tanah air adalah Zuurzaat (sirsat).

Beberapa waktu kami mendatangi kawasan SIM road, daerah Geylang - Singapore. Di salah satu SIM Avenue pilihan adalah lapak Chin Yong Fruit Trader. Boss kedai ini adalah Mr. Lim, yang memiliki kemampuan mengendus durian jempolan plus teknik membuka durian yang sangat cepat sehingga ia memenangkan beberapa penghargaan.

Baru saja kaki memasuki kawasan pasar buah ini, teriakan para pedagang berseragam kaos biru dengan sarung tangan kaos memanggil dengan gaya sok akrab. Gayanya persis kalau kita memasuki taman santapan di Jakarta.

Melihat tumpukan durian berjajar dengan pilahan yang hampir sama besar hati mulai keder. Seperti tahu gelagat, penjual yang konon orang Medan ini langsung menembak dalam bahasa Melayu "jangan takut, masuk tidak bayar.."

Masing-masing durian diberi cat bulat berwarna untuk membedakan masing-masing harga.

Kasirnya seorang cewek berpostur pragawati dengan celana pendek putih setipis kulit ari durian pula. Bajunya tipis lengan pendek berwarna abu-abu kehitaman. Rambutnya dipotong model gadis cantik, tetapi kejam dalam serial Dragon Ball, lurus berponi dengan bagian belakang dipotong bersusun dan bercat agak pirang. Didepannya tergantung sebuah ember plastik sepuluh literan berwarna merah.
Kalau melihat fungsinya untuk menyimpan uang receh logam. Uniknya embernya digantung pada "seutas" besi slop. Jelas bukan untuk dinaik turunkan seperti layaknya pedagang durian lain yang menggunakan karet gelang untuk menaik turunkan ember mereka. Durian kelas terbaik harganya dihitung termasuk kulitnya sebesar $15 . Paling pol sebuah durian memiliki bobot tiga kilogram.

Kode durian ini adalah D24 untuk jenis durian Sultan. Saya mengendus duri-duri buah ini seakan masih ragu , inikah durian yang kesohor itu?. Untuk meyakinkan penonton, tangkai durian yang masih panjang dan segar di pajang pula.

Begitu harga putus, buah langsung dibuka dan dimasukkan kedalam keranjang plastik dan diletakkan di atas meja. Sebaiknya cuci tangan terlebih dahulu sebab memang keran air segar tersedia dekat kita. Dengan warna kuning keemasan, daging montok menggiurkan seperti dilapisi kulit ari setipis sutra. Saat tangan menggamit dagingnya, belaian pertama pada kulit kuning ini seperti magnit yang melekat. Molekul durian saling berinteraksi seperti ingin berebut bersama kedalam genggaman saya.

Manakala durian yang berdaging kenyal, laten seperti dodol (durian) mulai menyentuh rongga mulut. Ledakan quantum dalam mulut terjadi. Saya seperti mendapatkan multiple durengasmic disiang bolong, disaksikan banyak orang. Apalagi biji betonnya begitu kerdil dan keriput sebab seluruh pengabdiannya diserahkan untuk menghasilkan daging yang tebal.

Sebetulnya sebuah durian Sultan terlalu banyak untuk disantap sendirian. Untuk itu pedagang menyediakan durian "MuangThai" jenis lain dengan harga yang bervariasi. Jenis durian lain yang di jajakan di kawasan SIM Avenue (Geylang) adalah D101, D18, D2 dengan harga bervariasi 1 butir (plus kulit) $5, 3 butir $10 atau 3 butir $20. Bahkan oleh penjual yang buka selama 24 jam ini tersedia pula durian kupasan dalam styroform.

Menurut cerita, menutup upacara mengudap durian sebaiknya dengan meminum air dari wadah kulitnya atau menyantap buah manggis. Namanya pasar buah, seperti sudah siap menangguk rejeki, buah Manggispun nampak berjejer disana.

Setumpuk "langsap" menarik perhatian saya sebab ketika dicoba rasanya manis sedikit masam mirip duku. Tetapi dagingnya bisa renyah dimulut seperti apel. Langsap saja kok beda dalam hati saya bertanya kenapa.

Baru saja kaki beranjak meninggalkan lapak buah manggis dan langsap. Tiba-tiba kakek penjual langsap berteriak keras "maling" - sempat hati terkesiap dan menoleh, ternyata sedang menepuk uangnya ke dagangannya. Mungkin maksudnya seperti di tanah air "laris manis," cuma lantaran saya tidak paham Mandarin kesannya seperti orang kecopetan.

Lho kok tidak lama teriakan kakek di sambut pula oleh awak durian, "yeaaah" - kalau ini mirip pedagang dipasar Kramat Jati yang menyoraki seseorang jatuh terpeleset karena licinnya pasar.

Tips sebelum membeli durian:

  1. Pastikan anda membaca harganya sebab penjual rata-rata beranggapan penjual adalah orang yang mengerti soal durian yang 5 (lima) dollar dan durian yang $140 (seratus empat puluh) - lebih baik dianggap atau berpura-pura "bloon" dari pada anda melongo di tarik uang hampir satu juta rupiah untuk dua butir durian. Bagaimanapun rata-rata mereka orang Medan yang tidak perlu saya ceritakan reputasinya di Indonesia.
  2. Stop penjual yang cenderung "sibuk" dan pura-pura mengerti bahwa anda sudah setuju harga dan jumlah. Bilang saja apakah anda akan kasih gratis extra buah. Biasanya penjual akan berhenti membuka durian.
  3. Penjual cenderung memaksa anda membeli lebih. Kalau anda butuh dua dan membiarkan dia memaksa anda, bisa bisa enam durian sudah terbuka (dan harus dibayar).
  4. Minuman yang tersdia di kulkas mereka biasanya sudah berlipat ganda harganya. Maklum setelah makan durian anda akan kehausan. Kalau bisa membawa aqua dari rumah atau hotel, mengapa tidak.

Mengenal jenis Durian

  • Agar tidak merasa di bohongi maka di sentra durian orang menjual durian D24 atau Sultan. Berdaging tebal, creamy dan sedikit pahit karena alkoholnya. Bila sedang musim durian harganya Sin $8-20 sekilo utuh dengan kulit. Bila tidak musim (off-peak) sekitar $10-$20 per kilogram.
  • Merah. Dengan warna merahnya, sedikit "benyek" sehingga bisa diambil dengan sendok. Harganya saat musim (peak-season) adalah $10-20 (tiga butir utuh dengan kulit). Bila tidak musim Sin $8 per kilogram.
  • Hei Zhen Zhu (Black Pearl). Warnanya kadang sedikit abu-abu dan buahnya kecil. Sedang musim dijual $10 per kilogram termasuk kulit. Bila tidak musim, durian ini tidak dijual.
  • Mao Shan Wang (Cat Mountain King). Selain dagingnya tebal, ia seperti memiliki lem membuat bibir bisa lekat. Warnanya keemasan dan tekstur daging sangat mulus. Musim buah $12-15 per kilogram termasuk kulit. Tidak musim $25-30 per kilogram termasuk kulit.
  • Hong Xia (Red Prawn). Harganya 1 butir $10, 3 butir untuk $20, tidak musim $8 per kilogram termasuk kulit.
  • D2. Paling laris manis pada tahun 1980-an. Varian ini datahg dari Johor bentukny apanjang dan tidak beraturan. Warnanya kuning gading, manis, basah dan creamy. Harganya musim $10 per butir bila tidak musim $8-12 per kilogram termasuk kulit.
Sementara orang tidak mempersoalkan jenis durien mana yang dimakan yang penting enak. Itu sah-sah saja. Yang repot kalau kita tidak mengetahui klasifikasi (dan harga), maka jangan kaget kalau tagihannya membengkak sebab seperti kata pedagang, ingin durian gurih, harus membayar lebih.

Selamat berburu durian.

Comments

Anonymous said…
Duh Pak Mimbar mendeskripsikan makan duren sampe segitunya... bikin aku kangen duren juga.

Aku ikut kalo ada acara makdur bersama.

Setahuku sih durian lokal (parung, rancamaya,pandeglang, palembang, dll) musimnya sekitar Desember - Februari... masih lama dung nunggunya..
Anonymous said…
Itulah hebatnya pak Mimbar. Kalau lihat judulnya, siapa yang nyangka bakalan berurusan sama duren.

Yang di Singapore itu, saya pernah menikmati bersama beberapa teman sekitar 5 tahun yang lalu, rasanya, kelembutannya, aroma dan kepadatannya, benar2 maknyos, lizat..t!

Yang di Muangthai, juga yang di Malay sana, konon katanya bibit awalnya di ambil dari Indonesia (benar ga pak Mimbar?) lalu diriset dan di silang serta dikembangkan secara profesional disana, jadilah salah satunya seperti
Sultan D 24.

Seandainya tidak berawal dari Indonesiapun, kenapa dua negara (khususnya Thai)itu bisa begitu sukses membudidayakan segala macam sayur/buah2an hei.i.ba.at?

Padahal khan tanah kita toh tidak kalah suburnya dengan mereka, mereka bisa, kenapa kita tidak ya??

Ini bukan canda, tapi benar2 tanya kenapa?
Anonymous said…
pak mimbar memang paling jago bikin deskripsi menggiurkan. saya sampai menelan air liur baca artikel ini, terutama di bagian "MULTIPLE DURENGASMIC". hahhahaa... =))

kapan makan dureng bareng? siapa tau bisa ngerasain multiple durengasmic massal... hehee.

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

Menu Makanan Kantin di Rig Terapung