778 - Wong Palembang Punya Gaya

Adik saya mengikuti suaminya bertugas di Palembang. Dasarnya dia salah satu dari adik-adik saya yang memiliki selera humor tinggi. Orang Palembang memiliki selera humor yang berbeda dengan gaya Jawa yang gemar plesetan. Humor mereka cenderung "umuk" - yaitu suka pamer.

Alkisah seorang anggota, sebut saja "Cek Mat", minta ijin untuk keapotik karena badannya meriang (demam), namun beberapa hari kemudian ia minta ijin lagi untuk ke apotik. Tentu saja komandannya keheranan, apakah obat yang ditebus di apotik kemarin tidak ces pleng?

"Salah Dan (komandan), yang kuserahkan ke apotik ternyata "bon pindang Serani, Dan"

Anda akan bertanya, mana mungkin bon restoran bisa keliru dengan resep dokter. Kalau anda perhatikan restoran Padang, biasanya mereka membuat bon dari kertas buram dipotong memanjang dan yang dilipat pakai karet. Makin panjang menu yang kita pilih, makin panjang daftar bon kita apalagi gaya menulis petugas rekening yang mirip tulisan dokter alias cakar ayam. Oleh orang Palembang, kesamaanini bisa dijadikan humor dalam kehidupannya.

Cek Mat kita sebetulnya menertawakan kekeliruannya sekaligus menyombong bahwa ia sudah makan "Pindang Serani" - ini masakan "pol-polan" di Palembang, sekaligus meledek pemilik restoran yang selalu menagih makanan dengan tulisan dan perincian yang kurang jelas.

Atau sekali tempo Cek Mat diajak makan oleh komandannya. Sambil menyuap makanan kedalam mulutnya enteng ia berkomentar "Lemak (enak) nian makan tanpa beban" - ini hanya kata lain"gratis" tanpa mem"beban"i koceknya.

CekMat juga yang kalau ditanya jabatannya apa di kesatuan akan menjawab tegas KABAG merangkap KASI, orang akan segera menerjemahkan akronim Kepala Bagian merangkap Kepala Seksi. Tapi jangan salah, yang ia maksud adalah Katik Bagian merangkap Katik Kursi (katik=tidakpunya). Alias tidak punya posisi penting.

Ketika CekMat kelihatan kesulitan membaca karena usianya, maka ia dinasehatkan temannya untuk menggunakan kacamata. Enteng dia menjawab, kalau soal kacamata saya punya dua (ini mengindikasikan bahwa ia orang berpunya), cuma yang satu rusak, yang satu ketinggalan. Cekmat sadar ia tidak pujnya kacamata, tetapi tetap mampu berdiplomasi.

Ketika akhirnya ia mampu naik pesawat terbang yang menjual tiket murah, di tengah perjalanan pesawat memasuki daerah turbulensi, pramugari mengangkat tilpun untuk mengumumkan keadaan cuaca dan pesan mengencangkan ikat pinggang. Namun sistem PA pesawat rupanya terganggu sehingga suara pramugari terputus-putus. maka nyeletuklah Cekmat, "yuk, di sms bae, suaronya idak jelas" alias "mbak suaranya tidak jelas, bisa di SMS nggak?"

Akhirnya pesawat mendarat di Jakarta, ia meraih koran yang semula dibagikan pramugari. Teman sebelahnya tanya "buat apa, bukankah sudah dibaca habis?" - CekMat enteng menjawab, nanti orang tidak percaya aku naik pesawat. Koran ini buktinya.

Tanyakan kepada CekMat ada berapa tingkatan dalam Jendral (Brigjen, Mayjen, Letjen dan Jendral penuh), dia akan menambahkan Total Jendral dan Jendral Kuda (nama anggur botolan terkenal di Palembang.)



Mimbar Bambang Saputro

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

774-Tongseng Serambi (masjid) Sunda Kelapa