756-Plengkung juga ada di Perth
Kadang saat di Palembang, saya tergopoh gopoh mengajak supir keKertapati, dimana dengan harapan bisa mengingat masa kecil bermain disungai Musi dengan ikan berenang dibawah lenganku. Pendeknya mau mengingat keadaan "sengsara membawa samsara (parfum wangi)."
Lho kok daerah tersebut sudah berganti perumahan. Wah "tiwas-dandan"kata Waljinah dalam lagu Tanjung Perak ciptaan Gesang. Saya ngotot, dari Kertapati, 7Ulu kami meluncur ke komplek Pertamina Baguskuning tempat saya kecil juga, sekalian mau lihat rumah Marissa Haque sampai tuntas tas tas (terus apa maksudnya dan tidak nyambung). Eh kok rumah panggung yang mau saya lihat juga sudah di "demolished" - Baru ketika ke Asrama Brimob Bukit Besar, sekalipun agak bingung karena sudah berubah. Saya masih melihat sepenggal rumah (dinas) yang pernah kami tempati.
*****
Maka ketika di Perth saya membaca jalan Barrack, maka sepanjang jalan itu juga saya susuri tanpa tembakau mencoba mencari dimana lokasi asrama para "digger" alias tentara Australia - yang sangat khusus kalau mendatangi kerusuhan di TimTim. Terbayang bentuk bangunan memanjang dengan atap melengkung terbuat dari seng tebal ala barakyang pernah saya saksikan di Biak.
Sekali lagi saya menelan pil pahit kekecewaan sebab barak tersebut hanya tersisa plengkung (archway) yang terdiri dari tumpukan bata tanpa diplester. Lho kok persis gebyak dekorasi kethoprak SanaBudhaya, dari luar nampak Kraton, dibelakangnya "amben."
Sehingga tidak ada legenda membuat benteng campuran semennya pake telur (maksudnya yang pekerja bangunan tersebut lelaki bertelur semua)
SISA LASKAR BAYARAN
Plengkung setinggi 16,5m ini hanyalah sisa dari sebuah tangsi militer tentara Inggris. Nyaris dihancurkan pada 1966 demi pembuatan jalan raya. Untungnya para penghuni tangsi dan masyarakat sadar benda sejarah menghalangi perusakan "manusia bodoh" tersebut sehingga kita bisa menyaksikan bagaimana kemegahan bangunan tersebut.
Terbayang kalau apel pagi diiringi suara terompet dan tambur ditabuh perlahan "dram dram dram." - lalu sang komandan duduk diatas pelana kuda yang baik jalannya dengan pedang panjang di pinggang kirinya.
Dalam lembaran kerajaan memang tertulis bahwa barak militer sebaiknya berada dipusat kota, agar bilamana terjadi kerusuhan mereka cepat melakukan "steling" - Hal ini terjadi misalnya barak militer di Grogolyang menjadi Roxy Mas, sekalipun janjinya akan dibuat rumah sakit. Atau perumahan para petinggi militer di jalan Siliwangi.
Australia yang sekarang ini, dulunya adalah tempat pembuangan para napi (convict) klasifikasi residivis kambuhan. Kedatangan para anak rantai ini dikawal oleh bekas tentara bayaran Inggris yang umumnya veteran perang Krim atau penakluk tanah jajahan di India. Mengingat para penjahat mejalani hukuman seumur hidup, maka seumur-umur para pengawalnya berada mengawasi mereka sehingga saat pensiunpun mereka memilih tinggal di Australia menjadi petani karena diberi pensiun berupa tanah yang luas. Lalu tahun 1863, ditandai dengan penghunusan pedang maka dimulailah pekerjaan pembangunan Barrack atau tangsi untuk para pengawal ini tinggal bersama keluarganya. Di atas tanah seluas 6.48 hektar.
Dua juta bata, 17000 drum kapur, 6 ton paku, 27000 kaki kayu mahoni, 500 kilogram bulu sapi belum termasuk kaca dihabiskan untuk pembangunan ini. Untuk keindahan kota dipasang sebuah jam gandul yang bisa dilihat dari kejauhan. Kapasitas tangsi mula-mula untuk 50 keluarga. Masing-masing memperoleh dua kamar berukuran 3.88m x 3.66m. Dan dua puluh kamar untuk bujangan16,66mx7,77m). Sementara lihatlah para ibu, Sersan Mayorku mendapat jatah 3 kamar besar. Pilihan pas untuk dijadikan menantu.
Drama terjadi pada Desember 1887, mungkin para ibu asik "didih" cari kutu dengan istri tetangga, lupa air sedang dijerang. Jago merah mengamuk menghancurkan barak dan jam megah yang dipasang diplengkung diambil untuk direparasi namun entah mengapa malahan diubah menjadi sebentuk jendela. Sampai tahun 1904, barak ini masih dihuni. Kemudian diambil alihPerusahaan Air Minum. Sebelum akhirnya ditinggalkan karena sudah tua. Alasan lain, para digger bayaran sudah sebagian pensiun dan meninggal dunia, sementara tugas pengawalan penjahat diserahkan kepada kepolisian yang reguler. Mereka sudah tidak melihat keberadaan para askar tak berguna ini. Maka ketika pembangunan jalan raya St Mitchell dan pelebaran StGeorges Terrace berjalan. Apalagi karena akan dibangun gedung DPR. Pada 1966 tangsi ini dihancurkan. Untunglah bagian Plengkung atau gerbang masuknya bisa diselamatkan.
Sekarang jalan Barrack dikenal sebagai komplek pertokoan dan Mall diPerth. Cerita anak Tangsi yang konon "ndugal" gemar berkelahi (kecuali saya).. terhapus sudah.
Tuesday, July 04, 2006
http://mimbar2006.blogspot.com/
Mimbar Bambang Saputro
Lho kok daerah tersebut sudah berganti perumahan. Wah "tiwas-dandan"kata Waljinah dalam lagu Tanjung Perak ciptaan Gesang. Saya ngotot, dari Kertapati, 7Ulu kami meluncur ke komplek Pertamina Baguskuning tempat saya kecil juga, sekalian mau lihat rumah Marissa Haque sampai tuntas tas tas (terus apa maksudnya dan tidak nyambung). Eh kok rumah panggung yang mau saya lihat juga sudah di "demolished" - Baru ketika ke Asrama Brimob Bukit Besar, sekalipun agak bingung karena sudah berubah. Saya masih melihat sepenggal rumah (dinas) yang pernah kami tempati.
*****
Maka ketika di Perth saya membaca jalan Barrack, maka sepanjang jalan itu juga saya susuri tanpa tembakau mencoba mencari dimana lokasi asrama para "digger" alias tentara Australia - yang sangat khusus kalau mendatangi kerusuhan di TimTim. Terbayang bentuk bangunan memanjang dengan atap melengkung terbuat dari seng tebal ala barakyang pernah saya saksikan di Biak.
Sekali lagi saya menelan pil pahit kekecewaan sebab barak tersebut hanya tersisa plengkung (archway) yang terdiri dari tumpukan bata tanpa diplester. Lho kok persis gebyak dekorasi kethoprak SanaBudhaya, dari luar nampak Kraton, dibelakangnya "amben."
Sehingga tidak ada legenda membuat benteng campuran semennya pake telur (maksudnya yang pekerja bangunan tersebut lelaki bertelur semua)
SISA LASKAR BAYARAN
Plengkung setinggi 16,5m ini hanyalah sisa dari sebuah tangsi militer tentara Inggris. Nyaris dihancurkan pada 1966 demi pembuatan jalan raya. Untungnya para penghuni tangsi dan masyarakat sadar benda sejarah menghalangi perusakan "manusia bodoh" tersebut sehingga kita bisa menyaksikan bagaimana kemegahan bangunan tersebut.
Terbayang kalau apel pagi diiringi suara terompet dan tambur ditabuh perlahan "dram dram dram." - lalu sang komandan duduk diatas pelana kuda yang baik jalannya dengan pedang panjang di pinggang kirinya.
Dalam lembaran kerajaan memang tertulis bahwa barak militer sebaiknya berada dipusat kota, agar bilamana terjadi kerusuhan mereka cepat melakukan "steling" - Hal ini terjadi misalnya barak militer di Grogolyang menjadi Roxy Mas, sekalipun janjinya akan dibuat rumah sakit. Atau perumahan para petinggi militer di jalan Siliwangi.
Australia yang sekarang ini, dulunya adalah tempat pembuangan para napi (convict) klasifikasi residivis kambuhan. Kedatangan para anak rantai ini dikawal oleh bekas tentara bayaran Inggris yang umumnya veteran perang Krim atau penakluk tanah jajahan di India. Mengingat para penjahat mejalani hukuman seumur hidup, maka seumur-umur para pengawalnya berada mengawasi mereka sehingga saat pensiunpun mereka memilih tinggal di Australia menjadi petani karena diberi pensiun berupa tanah yang luas. Lalu tahun 1863, ditandai dengan penghunusan pedang maka dimulailah pekerjaan pembangunan Barrack atau tangsi untuk para pengawal ini tinggal bersama keluarganya. Di atas tanah seluas 6.48 hektar.
Dua juta bata, 17000 drum kapur, 6 ton paku, 27000 kaki kayu mahoni, 500 kilogram bulu sapi belum termasuk kaca dihabiskan untuk pembangunan ini. Untuk keindahan kota dipasang sebuah jam gandul yang bisa dilihat dari kejauhan. Kapasitas tangsi mula-mula untuk 50 keluarga. Masing-masing memperoleh dua kamar berukuran 3.88m x 3.66m. Dan dua puluh kamar untuk bujangan16,66mx7,77m). Sementara lihatlah para ibu, Sersan Mayorku mendapat jatah 3 kamar besar. Pilihan pas untuk dijadikan menantu.
Drama terjadi pada Desember 1887, mungkin para ibu asik "didih" cari kutu dengan istri tetangga, lupa air sedang dijerang. Jago merah mengamuk menghancurkan barak dan jam megah yang dipasang diplengkung diambil untuk direparasi namun entah mengapa malahan diubah menjadi sebentuk jendela. Sampai tahun 1904, barak ini masih dihuni. Kemudian diambil alihPerusahaan Air Minum. Sebelum akhirnya ditinggalkan karena sudah tua. Alasan lain, para digger bayaran sudah sebagian pensiun dan meninggal dunia, sementara tugas pengawalan penjahat diserahkan kepada kepolisian yang reguler. Mereka sudah tidak melihat keberadaan para askar tak berguna ini. Maka ketika pembangunan jalan raya St Mitchell dan pelebaran StGeorges Terrace berjalan. Apalagi karena akan dibangun gedung DPR. Pada 1966 tangsi ini dihancurkan. Untunglah bagian Plengkung atau gerbang masuknya bisa diselamatkan.
Sekarang jalan Barrack dikenal sebagai komplek pertokoan dan Mall diPerth. Cerita anak Tangsi yang konon "ndugal" gemar berkelahi (kecuali saya).. terhapus sudah.
Tuesday, July 04, 2006
http://mimbar2006.blogspot.com/
Mimbar Bambang Saputro
Comments