754- Socceroos
Hari itu seperti biasanya kami melakukan coffee meeting. Jam 06:50pagi saya sudah siap ditempat. Saya satu-satunya Asia yang nyempil diantara para ahli pengeboran dari pelbagai disiplin ilmu seperti penyemenan, ahli pancing, wellhead, casing, directional drilling, solid control, mud engineer, rig manager. Diruang kami ada sebuah timbangan digital, biasanya ledekan bermula dari seseorang yang menimbang badan dan selalu tidak percaya dalam waktu singkat berat badannya naik. "No Coca Cola, 2 hours at gym" - tapi mengapa masih berat? - lalu dibalas temannya, bagaimana dengan es krim?.
Sebelumnya pembicaraan menggeser ke sumur SANTOS di Indonesia yang diexpose di Australia. Sebuah potret udara begitu dramatik menunjukkan bagaimana banjir lumpur panas sehingga nampak sekitar lokasi pengeboran orang disekitarnya bak surfing di laut lumpur.
Saya bilang itu sumur Lapindo Brantas. Mereka bingung. Untung saya tidak bilang PT Medici pemiliknya. Biar bingung lagi. Seperti biasa, komentar mereka "bad drilling practice" - dan ini komentar orang kompeten dalam pengeboran dan penanggulangan bahaya. Apalagi kali ini kami bekerja untuk perusahaan Santos Australia mestinya data mereka cukup akurat.
Jam 7 pemimpin rapat datang, agak deg-degan hari ini berhubung operasipemboran terganggu dengan putusnya pipa bor sehingga harus diambil dari dasar lubang sumur.
Namun tidak dinyana, John kami menyebutnya "company man", malahan bertanya "itu wasit berat sebelah, mungkin dari Perancis ya" - rupanya ia masih penasaran team Osi dijegal dalam perjuangan (menunggu 32tahun) mewakili Asia. Apa hanya untuk menyelamatkan muka Italy sang jago Kapo, maka kita harus dikorbankan? Padahal cuma sandiwara satu babak yang dimainkan oleh pihak Italy dengan pura-pura jatuh.
Kekalahan team Soccerros terhadap Italy tidak mengurangi pujian-pujian publik terhadap anak asuhan Guus Hidink. Kita sudah biasa jadi raksasa di Cricket, Football. Kini tiba saatnya membuktikan raksasa di medan sepak. Begitu kata koran.
Tapi ada juga yang rada "nyengkring" dalam sebuah surat pembaca, "Tim sepakbola kita memang sudah mulai menunjukkan kedigdayaannya di WC, kami bangga" "Namun hendaknya gila bola ini tidak mempengaruhi pandangan hidup orang Australia menjadi brutal yang ditunjukkan para pendukung bola fanatik saling berkelahi"
Untuk menjadi seorang pemain football (bola tangan), seseorang harus berlatih keras, tulang harus liat, muka harus badak sehingga tidak mudah dijatuhkan lawannya. Tapi lihatlah sepakbola (soccer), disenggol sedikit saja para pemain sudah "njempling-njempling" berpura-pura kesakitan agar wasit menjatuhkan hukuman terhadap lawan. Singkatnya ia mengatakan, secara sportifitas Footbal masih lebih dibanggakandaripada Soccer.
Friday, June 30, 2006http://mimbar2006.blogspot.com/
Mimbar Bambang Saputro
Sebelumnya pembicaraan menggeser ke sumur SANTOS di Indonesia yang diexpose di Australia. Sebuah potret udara begitu dramatik menunjukkan bagaimana banjir lumpur panas sehingga nampak sekitar lokasi pengeboran orang disekitarnya bak surfing di laut lumpur.
Saya bilang itu sumur Lapindo Brantas. Mereka bingung. Untung saya tidak bilang PT Medici pemiliknya. Biar bingung lagi. Seperti biasa, komentar mereka "bad drilling practice" - dan ini komentar orang kompeten dalam pengeboran dan penanggulangan bahaya. Apalagi kali ini kami bekerja untuk perusahaan Santos Australia mestinya data mereka cukup akurat.
Jam 7 pemimpin rapat datang, agak deg-degan hari ini berhubung operasipemboran terganggu dengan putusnya pipa bor sehingga harus diambil dari dasar lubang sumur.
Namun tidak dinyana, John kami menyebutnya "company man", malahan bertanya "itu wasit berat sebelah, mungkin dari Perancis ya" - rupanya ia masih penasaran team Osi dijegal dalam perjuangan (menunggu 32tahun) mewakili Asia. Apa hanya untuk menyelamatkan muka Italy sang jago Kapo, maka kita harus dikorbankan? Padahal cuma sandiwara satu babak yang dimainkan oleh pihak Italy dengan pura-pura jatuh.
Kekalahan team Soccerros terhadap Italy tidak mengurangi pujian-pujian publik terhadap anak asuhan Guus Hidink. Kita sudah biasa jadi raksasa di Cricket, Football. Kini tiba saatnya membuktikan raksasa di medan sepak. Begitu kata koran.
Tapi ada juga yang rada "nyengkring" dalam sebuah surat pembaca, "Tim sepakbola kita memang sudah mulai menunjukkan kedigdayaannya di WC, kami bangga" "Namun hendaknya gila bola ini tidak mempengaruhi pandangan hidup orang Australia menjadi brutal yang ditunjukkan para pendukung bola fanatik saling berkelahi"
Untuk menjadi seorang pemain football (bola tangan), seseorang harus berlatih keras, tulang harus liat, muka harus badak sehingga tidak mudah dijatuhkan lawannya. Tapi lihatlah sepakbola (soccer), disenggol sedikit saja para pemain sudah "njempling-njempling" berpura-pura kesakitan agar wasit menjatuhkan hukuman terhadap lawan. Singkatnya ia mengatakan, secara sportifitas Footbal masih lebih dibanggakandaripada Soccer.
Friday, June 30, 2006http://mimbar2006.blogspot.com/
Mimbar Bambang Saputro
Comments