773- Merapi-Marijan_RosoRoso

Kegemparan masyarakat akan ulah Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, ternyata masih kalah seru bila dibandingkan cerita seputar mbah Marijan, yang dikenal sebagai juru kunci Gunung Merapi. Embah Marijan menolak perintah evakuasi pemerintahan "kasat mata" lantaran belum mendapat "bisikan" atau wangsit dari kerajaan "tak kasat mata" yaitu Eyang Merapi yang di jurukunci-i olehnya. Malahan lelaki yang umurnya renta namun masih "roso" ini melakukan devacuasi ke Merapi, sendirian.

Perusahaan minuman suplemen yang jeli melirik kenekatan sekaligus kedigdayaan seorang Marijan, lalu menjadikannya bintang iklan. Herannya, suaranya nge-groove sekali dibanding selebritis pendampingnya.

Menurut mbah Marijan wangsit atau pemberitahuan akan meletusnya Merapi bisa diketahui dari dialog dalam mimpi atau perwujudan orang tua renta. Toh dialog lintas alam ini bukan legitimasi Raden NgabehiSurakSuhargo, begitu nama gelar yang diberikan Kraton Yogyakarta (tahun 1983), namun kerap menghampiri para warga desa yang "bersih dan lapang" hatinya.

Kecuali wangsit secara "mute" ternyata ada yang bisa didownload secara audio-visual , warga dapat menyermati kedatangan babi hutan yang mendengus-dengus atau lolongan harimau di malam hari menambah kesepian malam itu

Mbah Marijan (81) masih ingat 1970-an ketika ia mendapat bisikan gaib bahwa Eyang Merapi akan berjalan-jalan sekitar desa. Penduduk diimbau tetap tenang, dan jangan keluar rumah.

Seminggu kemudian Merapi pecah betulan dan laharnya menggenangi sungai dan sawah penduduk. Anehnya tidak ada korban jiwa. Kerugian sawah, ternak dan kebun justru disyukuri dengan ikhlas sebab "sekedar dipinjam buat keriaan pihak Keraton," balasannya pasti akan berlipat ganda.

"Eyang Merapi adalah junjungan kami, tidak perlu takut asal memenuhi larangannya.."

Pada 1960-an seorang penduduk bermimpi akan ada lawe abang (benang merah) sepanjang sungai. Ternyata itu adalah isyarat ghaib akan kedatangan lahar menyala sepanjang sungai, tutur Harsowiyono salah seorang penduduk yang pernah di "kawruhi" dalam mimpinya.

Ketika para ahli sibuk mencari penjelasan mengapa desa Kinoharjotempat mbah Marijan menetap tidak terkena lahar, dengan enteng ia menjawab. Manusiapun kalau kencing tidak akan mengencingi kakinya sendiri.

Gunung Merapi, 2911m, selain dilukiskan sebagai sebagai perlambang alat keperkasaan pria "lingga", melainkan dipandang para spiritualis sebagai kerajaan para spirit yang jumlahnya ada sembilan mahluk, tentu dengan tugasnya masing-masing. Sementara pasangannya adalah Lautselatan yang dilukiskan sebagai "Yoni" - kalau dua ini bersatu, muncullah konsep "sangkan paraning dumadi.." (suara kecrek dibunyikan..).

Adapun Kabinet Lelembut "bersatu" ini terdiri dari:

Eyang Rama dan Eyang Permadi. Dua kakak beradik lelembut ini bertugas sebagai Presiden merangkap Komando tertinggi dari danyang gunung alias Eyang Merapi. Ini dunia lelembut, jadi dua karakter ini tetap dianggap satu menjadi embah Merapi.
Nyai Gadung Melati. Sesuai namanya warna "Gadung Melati"alias warna hijau pupus, itulah warna kesayangan nyai Gadung Melati yang bertugas memelihara lingkungan sekitar Merapi. Tak salah bila pendaki gunung berpantang memakai baju berwarna hijau pupus.
Kiyai Kartadimejo. Tepatnya dia disebut pembawa "sms" dari eyang Merapi kepada warga manusia. Lelembut ini sangat akrab dengan warga Merapi sebab tugasnya mengabarkan segala update dalam kerajaan Merapi. Juga menjaga keselamatan ternak warga desa.
Kiai Petruk. Kalau Kartadimejo menjabat sebagai menteri penerangan, maka Kiyai Petruk sangat diharapkan kedatangannya saat-saat kritis, karena sifatnya yang "tumbak cucukan" alias sering melapor hal yang detail sekalipun. Melalui mimpi-mimpi ia akan menjelaskan bagaimana caranya menyelamatkan diri, saat Merapi membuang kotorannya.
Kiyai Antaboga. Tugasnya paling berat menjaga agar gunung Merapi tidak melorot keperut bumi saat terjadi ledakan.
Kiyai Megantara. Pimpinan danyang yang menjaga keseimbangan cuaca, kadang menampakkan diri sebagai seorang yang berkendaraan kuda. Itu sebabnya dalam upacara Labuhan Keraton Yogya, diselipkan seperangkat pakaian kuda bernama KiyaiCekatak.
Kiyai WolaWali. Pucuk pimpinan satuan pengamanan di teras Merapi. Dengan divisi-divisinya ia akan mengamati ulang warga atau pendaki gunung yang dianggap melanggar aturan pakai dikawasannya.
Kiyai Sapuangin. Seperti namanya bertugas mengatur kecepatan angin.
Kiyai Sapujagad. Kunci penentu meletus tidaknya merapi. Ia memiliki anak buah seperti Kiyai Krincing Wesi dan Branjang Kawat. Setiap tahun labuhan Keraton Yogyakarta ditujukan kepada Kiyai Sapujagad beserta onderbouwnya.

Rasanya tidak ada kerajaan lelembut yang memiliki "Bagan Organisasi"sedemikian lengkap seperti kerajaan Merapi. Tak heran banyak pantangan harus ditaati oleh para pendaki gunung seperti pikiran harus bersih, jangan berkata kotor, jangan membentak-bentak penduduk desa, jangan memegang kepala orang lain sekalipun kepala anak kecil. Jangan memotong pohon, bahkan mencabut rumputpun harus dihindari. Kalau diperjalanan anda melihat binatang aneh atau "penampakan" lucu, jangan berteriak dan jangan memberi komentar. Juga seandainya tiba-tiba anda melihat petir, batu menggelinding, jangan berteriak apalagi pakai nggedruk-nggedruk histeris sebab itu pertanda Eyang Merapi belum mengetahui kedatangan anda.

Mantra yang dianjurkan diucapkan berulang-ulang adalah "Kula Nuwun Eyang Merapi, Kula Ingkang Sowan Nyuwun Pepadang. Silakno rambutmu.."

Peringatan terakhir, kalau sudah sampai di sekitar puncak (?), lepas sepatu dan lakukan "laku ndodok" alias jalan jongkok sebab kawasan ini dipercaya pintu masuk halaman. Ini kalau sampeyan percaya, tidak pun tidak dilarang.

Mimbar Bambang Saputro
Thursday, July 27, 2006http://mimbar2006.blogspot.com/

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

STOP!