Meditasi Lilin bikin PeDe

Ambil sebatang lilin, dengan cagaknya. Nyalakan lilin setinggi mata,lalu pelototi dengan rasa. Rasakan kehangatan lilin memasuki sukma. Bilamana lilin ini berkobar kekiri dan kekanan padahal tiada angin yang meniupnya, bisa jadi jiwa anda sedang gundah, emosi anda sedang tidak stabil. Kelak dengan latihan teratur, saat mata anda tidak perih memandang lilin, nyala lilin bisa anda ajak bicara untuk tetap tegak.

Yang ngomong ini bukan sembarangan, Suryani adalah Guru BesarUniversitas Udayana Bali. Usia 14 tahun sudah mulai berlatih meditasi, sekalipun mengaku bukan orang yang dianugerahi kemampuan niskala (taktampak mata) namun berkat kegigihannya berlatih, ia bisa bermeditasi sampai kesurupan.

Lho kok kesurupan?. Apa nggak salah dengar nih?

Sudah banyak anak sekolah kesurupan masal, menari, berceloteh pakai bahasa asing yang sebelumnya mereka tidak pahami, padahal yang banyak cuma gegaokan saja. Apa belum cukup bikin orangyak ubeng....(pusiiing)

Profesor ini punya istilah bahwa kesurupan itu bukan berarti wadag kita diatur secara remote oleh anasir lain. Kesurupan adalah unjuk-kekuatan (tenaga-dalam) kita yang keluar mengendalikan bawah sadar. Affandi kalau sudah melukis, sampai telanjang, lempar cat,coreng moreng sampai pagi. Atau seorang pengarang "kesurupan" mengetik dan mengetik sampai dinihari, tanpa merasa lelah. Suryani pula yangmengatakan bahwa Bung Karno kalau pidato sampai kesurupan. Bisa berjam-jam tanpa merasa lelah, tanpa minum, terlebih lagi bisa berbicara melompat kedepan dari masanya.

Layaknya orang Bali, kata kesurupan bukanlah sesuatu yang menakutkan,apalagi dikaitkan dengan jin. Pesannya, perlakukan kesurupan seperti penyakit menular. Begitu ada yang menunjukkan gejala fenomena tersebut, segera isolasikan si"pasien" sebelum terjadi massal.

*****

Percobaan profesor ini bermula dari satu Topik di tahun 2000-an "bisakah seseorang mempengaruhi fisik, emosi, psikis atau gampangnya proses kognitif orang lain tanpa kata-kata, melainkan dengan "transfer" energi. Jadi tidak pakai sugesti, kultus, atau pasien"boongan" yang datang pura-pura lumpuh, disembur air putih atau air ludah langsung lari bak banteng ketaton.

Kepada koleganya para Guru besar, dari negara realita, seperti GuruBesar Hoyt Edge dari Amerika dan guru besar Bob Morris dari Inggris. Ibu Profesor ini mula-mula mengusulkan meditasi konvensional seperti yang ia biasa lakukan. Murah meriah.

Celakanya usul tersebut ditolak mentah-mentah oleh dua dari gurubesar. Alasannya subyektip. Bisa jadi subyek penelitian cuma berpura-pura menerima transfer energi, padahal cuma sinetron lantaran ketiadaan media pengukurnya...

Maka pada tahun 2000-an Suryani mengenalkan metode pakai media Lilin.

Repotnya baru 1 menit peserta meditasi mengeluh matanya perih, yang lain mual-mual, tidak bisa konsentrasi. Oh ya, peserta dipilih orang yang seumur-umur belum pernah kenalan dengan namanya meditasi, maksudnya diharapkan ada debaran jantung, rasa was-was, takut salah, kepingin mencoba, atau malahan bingung sehingga getarannya bisa mempengaruhi lincahnya nyala lilin. Lalu "diakali" dengan menggeruduksebuah lilin dipelototi oleh 15 orang. Hasilnya responden mengaku bisa mengalami relaksasi.

Setelah 3 bulan berlatih, baru ketahuan "slag"nya meditasi ini. Jadi tidak ada mantera atau jopa-japu telek asu. Semua hanya kemauan. Bermesu diri melihat lilin dan coba berdialog.

Kenapa justru Lilin Kecil turun ke mata lalu ke hati?

Kenyataan bahwa anggota tubuh yang paling "jendela" jiwa adalah mata. Anda bisa lihat seseorang senyum namun tarikan matanya memperlihatkan ia membenci anda. Atau mulutnya seperti judes tetapi matanya berkata lain.

"Untuk bisa berlatih menggunakan mata, cara yang paling mudah adalah lilin. Lilin bisa memonitor apa yang terjadi pada diri kita. Setiap orang punya energi dan itu akan mempengaruhi sekitar. Sekarang, bisatidak kita mengontrol nyala lilin. Kalau bisa mengontrol nyala lilin tetap tegak dan menyala, Anda akan sanggup mengontrol apa yang ada diluar," ujarnya.

Lilin, kata Suryani, bisa dijadikan sarana latihan seperti lawan bicara. Benda itu akan menjadi ukuran ketenangan dan konsentrasi seseorang. Dengan mengusahakan nyala lilin tetap diam, berarti orang itu sudah sanggup memunculkan kekuatan dirinya. Diakui, lilin memang banyak digunakan orang untuk berdoa, upacara, atau sembahyang. Tetapi meditasi lilin hal yang berbeda.

"Saya gunakan lilin sebagai media untuk mengontrol diri dan menggunakan mata. Meditasi ini bukan menjadikan lilin sebagai objek, tetapi mampukah mata kita ini dimanfaatkan. Saya ingin melatih orang melihat lilin, tapi bukan mata ini yang melihat lilin, namun rasa yang melihat lilin.
Jadi esensinya bagaimana membangkitkan kemampuanspiritual seseorang," tuturnya.

Suryani menambahkan, banyak orang berlatih dengan lilin, tetapi dia tidak memanfaatkan kemampuan dirinya membaca pikiran. Jadi sebaiknya jangan berpikiran lilin sebagai objek, tetapi lilin sebagai alat bantu untuk menggunakan mata. Dari mata itu, seseorang bisa menyentuh hati yang paling dalam dari lawan bicara.

"Dengan mengontrol nyala lilin tegak, kita tidak perlu lagi mencari orang lain untuk menilai Anda. Oleh karena itu, selain melatih penggunaan mata, saya ingin melatih orang untuk belajar dari pengalaman. Dari apa yang dilihat, Anda akan tahu apa yang harus dilakukan. Mungkin Anda sering tidak percaya diri lalu bertanya kepada orang," tambahnya.

Ukuran Berhasil

Suryani mengaku kerap mendapat banyak pertanyaan, kapan saatnya dianggap sudah menguasai meditasi lilin. Pertanyaan itu tidak bisa dijawabnya, karena memang tidak pernah ada jawaban pasti. Bahkan ia tanpa ragu memastikan orang tidak akan pernah benar-benar berhasil menguasainya. Paling tidak, ukuran sederhana yang bisa dipakai adalah membuat nyala lilin tegak.

"Kalau mengikuti dunia spiritual, kita tidak akan pernah berhasil dan selesai," katanya sambil tersenyum.

Bonusnya. Seorang yang tadinya menunduk kalau bicara, kini nampak garang, ada yang mengaku lebih mudah merasakan emosi orang lain. Pokoknya banyak deh, efek samping (bagus) dari latihan ini.

Kalau mau lebih lanjut lagi, anda bisa menyoba mengobati orang dengan pandangan mata. Manzsthab Man!

Jadi tunggu saja Roadshow profesor Suryani ini ke kota anda. Atau dapatkan bukunya "Meditasi Lilin keluaran Yayasan Obor"

Sunday, May 21, 2006
http://mimbar2006.blogspot.com

Comments

Anonymous said…
Gini lho mas... meditasi lilinnya 15 menit saja, maximum! Lilinnya jangan yang GD-GD... yang lilin HUT aja yang keciiiiilll-kecil!

Trus dipelototin pake jampi2 "matilu - matilu - matilu......." di-ulang2.
Taruhan! Mas Mimbar pasti bisa matiin lilin tsb dalam waktu kurang dari 15 menit deh!
Anonymous said…
sebagai media untuk meditasi tidak terbatas hanya lilin saja, dimana kita berusaha membuat lilin tegak, tetapi bisa juga digunakan gambar porno. Ukuran berhasilnya mudah, jika anda bisa tegak maka anda sudah berhasil.

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

Menu Makanan Kantin di Rig Terapung