Bandara Jackson Airport - Port Moresby

PNG atau Papua Niugini bisa ditempuh dengan dua cara. Menurut orang Jayapura mereka harus keluar masuk hutan untuk menerobos perbatasan Irian Jaya dengan Papua Timur yaitu kota Vanimo. Dari Vanimo menggunakan pesawat AirNiugini ke Port Moresby yang berada di bagian ekorburung dari sebuah pulau bernama Papua. Sementara saya mengakses PNG dari Singapore. Bagi orang PNG, konotasi Irian Jaya adalah milik Indonesia. Jadi mereka bingung ketika diberitahu pergantian nama dari Irian Barat menjadi Papua Barat.

Jarak tempuh dari Singapore ke Port Morresby (POM)adalah enam setengah jam. Kalau pesawat berangkat jam21:00 dari Singapore maka setiba di sana jam 04:00 pagi, namun waktu disesuaikan dengan waktu POM, jadilah jam 6 pagi.

Begitu mendarat di lapangan terbang bernama JacksonAirport Port Moresby maka susah kita mengatakan bahwa negeri ini di kepala negarai oleh Ratu InggrisElizabeth ke-II. Pelayanan Imigrasi berjalan bak keongtutut. Sebentar-sebentar mereka harus berkonsultasi dengan pengawasnya yang umumnya orang Australia.

Tidak ada toko atau lain-lain sebagaimana layaknya dilapangan udara standar International. Anda seperti memasuki lapangan terbang Beranti di Lampung. Bedanya, tidak terlihat para penumpang yang menyisipkan uang seperti yang sering kita lihat di Indonesia.

Kalau anda tidak memiliki Visa, kita bisa bayar VisaOn Arrival di loket paling kiri sebesar 500 Kina atau 2 jutaan. Lucunya, satu-satunya penukaran uang ada dibelakang pintu pemeriksaan imigrasi. Saya tidak bisa membayangkan jika ada orang kedapatan tidak memilikiVisa lalu mau bayar apakah mereka harus melewati imigrasi untuk kembali membayar fiskal.

Saat pindah ke terminal Domestik, sekalipun sudah diberitahu berkali-kali bahwa begitu keluar terminal International langsung ambil trotoir ke kanan sejauh 200 meter. Namun tak urung saya masih "keder" -maklum sudah lima belas tahun tidak kemari. Cilakanya petugas yang saya tanyai dimana pesawat Air Niuginiyang mengambil trayek ke MORO, umumnya hanya mengangkat bahu. Atau menyarankan bertanya pada bagian informasi. Disini statusnya pejabat angkat bahu.

Diterminal penerbangan domestik sekalipun banyak warga PNG yang akan bepergian. Cara berpakaian mereka masih sederhana, umumnya masih bersendal jepit, celana pendek dan berhem atau kaos lengan pendek. Namun tidak terdengar suara berisik. Mereka hidmad antri, tidak pernah menyela antrian. Kalau ternyata antrian masih lama karena loket belum dibuka, dengan sabar mereka duduk bersila membuat lingkaran, lalu membuka bekalnya dan menikmati antrian sambil makan.

Keheranan saya timbul saat beberapa pesawat diberangkatkan, antrian tadi tidak ikut berangkat. Ternyata mereka masih menganut pola hidup-guyub mengantar kerabatnya. Dan Airport yang berpendingin udara merupakan alternatip untuk cuci mata.

Kalaupun ada gangguan, adalah bau khas keringat mereka. Kadang kamar sudah dibersihkan atau belum cukup dideteksi dari luar kamar, kalau tercium aroma khas, berarti seorang warga PNG pernah memasuki kamar saya. Kalau kepala mereka terasa gatal, biasanya mereka ambil ujung sisir atau pen ataupun pensil. Dan barang itulah yang dipakai untuk menggaruk kulit kepala. Maklum dengan rambut keriting gimbal, bakalan susah merambah kulit kepala. Jadi ada fungsi lain daripada pen selain untuk menulis.

Saturday, April 08, 2006

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

Menu Makanan Kantin di Rig Terapung