Pensiunan

"Sungguh habislah pahala Jumatmu jika engkau bicara dengan temanmu ketika khotib sedang menyampaikan kutbah Jumat."

Pesan atau hadis (sabda Nabi) seperti diriwayatkan oleh Bukhori danMuslim ini biasanya diucapkan oleh khatib, seperti juga pesan kepada anak-anak untuk tertib, tidak berisik, atau saling mendahului mengamini doa. Tapi namanya anak-anak. Sebentar juga sudah saling kejar-kejaran.

Isi pesan ini sangat dipahami oleh umat Islam. Intinya kalau sudah masuk mesjid, apalagi khatib menyampaikan kutbah (pidato) Jumatnya, maka tak elok bola kita malahan berbisik. Sekalipun jangan salah, ada yang baca koran didepannya sambil pura-pura tertunduk, atau mengirim SMS atau yang nekad malahan menilpun kerabat.

Yang unik, tulisan kuning dengan latar belakang hitam ini dipasang paling atas Mihrab masjid, berukuran 4x2 meter, sementara kaligrafi arab dan lainnya yang berjumlah 4 buah seperti kalah wibawa, kalah besar dan kalah posisi.

Begitulah kesan pertama saya memasuki Mesjid Nurul-Iman - Komplek Kodau desa Rawabogo. Mesjid dengan kapasitas 500 orang ini tergolong terawat baik dan bersih. Komplek Kodau umumnya dihuni pensiunan AURI berpangkat Pamen. Tak heran beberapa rumahnya masih menyisakan kemegahan dengan bentuk bertingkat. Namun tak jarang penghuninya sudah beralih tangan lantaran setelah pensiun, dana bulanan dari pensiun tak cukup untuk pemeliharaan rumah megah.

Para jamaah umumnya para Pensiunan AURI, yang secara fisik memang sudah mencapai usia diatas 55 tahun. Saya membayangkan bahwa mesjid dikomplek Mahkamah Agung mungkin akan dihuni orang lebih jompo, lantaran mereka berhak menentukan sendiri kapan mau pensiun. Kalau mau terus kerja sampai ajal menjemput, mereka punya kuasa menentukan sendiri.

Berbeda dengan pensiunan di perusahaan swasta yang berbau Fenomena dan Misteri. Ada yang masih produktip, namun dipaksa untuk pensiun. Sementara yang ongoh-ongoh atau hanya mampu memproduksi "absen meninggalkan satuan karena sakit" - malahan dipertahankan.

Ada jemaah yang masuk sambil memberikan hormat sebelum menyalami rekan yang telah berada di mesjid terlebih dahulu. Beberapa malahan masih menunjukkan cara jalan yang tegak walaupun kulit mulai keriput. Ada yang menyalami seluruh jamaah dari belakang sampai depan, termasuk membangunkan yang sepertinya tafakur namun mendekur.

Menurut jadwal salat dimulai jam 12.00, berarti 40 menit kedepan. Didepan maupun dibelakang mulai terdengar bisik-bisik. Harap dicatat beberapa diantaranya sudah menggunakan alat bantu pendengar. Sehingga bicara mulai dengan desibel bisa terdengar beberapa meter. Kadang terkekeh sambil terbatuk, kadang diingatkan kawannya agar tidak ribut.

Kalau sudah diingatkan yang lebih senior, biasanya mereka persis anakTK, terdiam sebentar sambil menutup mulut, namun hanya untuk beberapa menit kembali berbisik lalu mulai setengah berteriak.

Saya mulai pasang parabola dikepala.

Seorang kakek mengeluarkan pistol kecil keemasan dari saku baju kokonya, "korek gas" rupanya "ini bagus, ada bonusnya," katanya mulai menjajakan dagangannya. Lawan bicara, mengelak halus , "saya tidak bawa uang." Sambil menepuk kantung didadanya, tanda tak bawa uang.

"Uang gampang, masalahnya ini amanah" - pintar juga kakek ini memanfaatkan sentimen keagamaan dengan mengutip kata berbau kitab suci.

Disudut utara, ada yang bicara singkat "tadi saya ke Halim nemui mayor Anu" - Halim adalah pangkalan terbesar TNI AU atau AURI jaman dulunya.

Herannya riuh rendah ini sirna, ketika azan mulai dikumandangkan. Rupanya disiplin militer masih membekas dalam diri mereka.

Jadi kepikiran. Mustinya kalau dibuat peringatan, sebaiknya kalau sudah masuk mesjid, yang tertib dan jangan malahan arisan, barangkali suasananya masjid akan sepi. Tapi harap maklumlah beberapa diantaranya sudah mulai pikun sehingga tanpa sadar bertingkah seperti anak-anak. Dan orang seusia saya jadi merasa muda kembali diantara mereka. Sekalipun jadi pendiam. Barangkali saya akan menjadi jemaah setia mesjid ini. Kecuali ada yang unik ditempat lain.

Friday, May 19, 2006

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

774-Tongseng Serambi (masjid) Sunda Kelapa