Kayu Buaya
Suara ketukan berasal dari kedalam hutan PNG terdengar nyaring meningkahi teriakan serangga dan burung dipagi itu. Ketukan ini bukan berasal dari burung pelatuk seperti dalam filem Walt Disney, melainkan dari ayunan parang Tony, seorang penduduk Sepik Timur, Pukapuki (mohon jangan diterjemahkan kebahasa Ambon). Sebagai orang Sepik, Tony sudah barang tentu memiliki dengan rajahan ala "crodocodile initiation" dibelakang tubuhnya. Ia hanya seperti mengupas bagian kulit luar pohon yang ia sebut Kayu Buaya, namun justru dari getah kulit tersebut timbul bau wangi yang semerbak.
Hutan kawasan Sepik dulunya terkenal dengan suku pemburu kepala manusia untuk dikoleksi penghuni rumah Tambaran (rumah hantu). Dan parang yang dahulu untuk memancung kepala penduduk nyasar atau musuh kini sudah berganti darah korban yaitu darah kayu Agar, kayu Buaya, kayu Elang dan untuk tidak membingungkan adalah Kayu Gaharu alias Cendana.
Ada pelbagai jenis gaharu sehingga saya pakai istilah bergonta ganti, namun intinya kayu gaharu.
"Bilamana kayu elang ini terluka, atau infeksi oleh sejenis serangga tertentu, maka mengalirlah getah wangi tadi," yang bicara adalah orang kita Leo Sunari seorang pelatih WWF di kawasan Sepik Timur. Ini adalah reaksi akibat pasokan makanan ke batang macet disuatu tempat. Namun justru kemacetan lalu lintas logistik yang diharapkan oleh manusia pemburu aroma kayu buaya ini.
Akibat kemampuan menimbulkan aromatik yang tahan lama, maka kayu ini menjadi komoditi laris yang terkenal sejak ribuan tahun lalu terutama dikawasan Asia dan Timur Tengah sebagai alat budaya, agama dan pengobatan.
Lantaran PNG diketahui gudang kayu wangi, maka mata dunia terpusat kearah kayu ini istimewanya pada tahun 1997-an. Seperti biasa desakan dollar dan Kina membuat penduduk menjadi "ngawur" bak kesetanan mereka bukan cuma melukai kulit pohon tetapi sekaligus merobohkannya. Belum puas dikampak batangnya, akarnya pun digali karena dianggap pusat wewangian berasal dari akar. Kata Leo Sunari lagi.
Tidak heran WWF langsung turun tangan meremajakan hutan mendidik penduduk agar dapat memanfaatkan hutan aromatik tanpa harus merusak apalagi membunuhnya. Sekaligus mendidik agar penduduk menjual harga Gaharu sesuai pasaran, tidak cuma dikadalin para pembeli dari luar. Tantangan yang paling sukar diatasi ketika perusahaan Logging dan Pertambangan masuk kekawasan ini, mereka tidak akan perduli dengan pohon berharga atau bukan, pendeknya tebang (tanpa) pilih. Selain merusak hutan, juga mendesak habitat burung langka didunia yaitu Cenderawasih.
Menurut survey terakhir, ada 762 jenis burung ditemui di PNG, 38 diantaranya adalah jenis Cendrawasih dari 48 yang terdapat didunia. Selain bulunya yang permai Cendrawasih disukai orang saat mereka melakukan PornoAksi diudara. Konon saat mereka menyanyikan Ayat-Ayat Cinta, akan terhembus semilir wewangian gaharu, wana seakan senyap menatap dua mahluk berputar, menggeletarkan tubuhnya sambil tebar pesona, memancing birahi sang lawan jenis. Hanya suara kicauan cinta sang burung dewata yang terdengar mengalir sekan simfoni hutan. Sorga dan Dunia bak sedang saling membuka tabirnya.
Tak heran bagi seseorang yang sedang kelaparan akibat tersesat berhari-hari di hutan, lalu menyium aroma gaharu, plus pemandangan di udara kadang menimbulkan fantasi seakan melihat Jaka Tarub sedang bercinta dengan Nawangwulan dari angkasa.
Mimbar Saputro
Thursday, April 13, 2006
Hutan kawasan Sepik dulunya terkenal dengan suku pemburu kepala manusia untuk dikoleksi penghuni rumah Tambaran (rumah hantu). Dan parang yang dahulu untuk memancung kepala penduduk nyasar atau musuh kini sudah berganti darah korban yaitu darah kayu Agar, kayu Buaya, kayu Elang dan untuk tidak membingungkan adalah Kayu Gaharu alias Cendana.
Ada pelbagai jenis gaharu sehingga saya pakai istilah bergonta ganti, namun intinya kayu gaharu.
"Bilamana kayu elang ini terluka, atau infeksi oleh sejenis serangga tertentu, maka mengalirlah getah wangi tadi," yang bicara adalah orang kita Leo Sunari seorang pelatih WWF di kawasan Sepik Timur. Ini adalah reaksi akibat pasokan makanan ke batang macet disuatu tempat. Namun justru kemacetan lalu lintas logistik yang diharapkan oleh manusia pemburu aroma kayu buaya ini.
Akibat kemampuan menimbulkan aromatik yang tahan lama, maka kayu ini menjadi komoditi laris yang terkenal sejak ribuan tahun lalu terutama dikawasan Asia dan Timur Tengah sebagai alat budaya, agama dan pengobatan.
Lantaran PNG diketahui gudang kayu wangi, maka mata dunia terpusat kearah kayu ini istimewanya pada tahun 1997-an. Seperti biasa desakan dollar dan Kina membuat penduduk menjadi "ngawur" bak kesetanan mereka bukan cuma melukai kulit pohon tetapi sekaligus merobohkannya. Belum puas dikampak batangnya, akarnya pun digali karena dianggap pusat wewangian berasal dari akar. Kata Leo Sunari lagi.
Tidak heran WWF langsung turun tangan meremajakan hutan mendidik penduduk agar dapat memanfaatkan hutan aromatik tanpa harus merusak apalagi membunuhnya. Sekaligus mendidik agar penduduk menjual harga Gaharu sesuai pasaran, tidak cuma dikadalin para pembeli dari luar. Tantangan yang paling sukar diatasi ketika perusahaan Logging dan Pertambangan masuk kekawasan ini, mereka tidak akan perduli dengan pohon berharga atau bukan, pendeknya tebang (tanpa) pilih. Selain merusak hutan, juga mendesak habitat burung langka didunia yaitu Cenderawasih.
Menurut survey terakhir, ada 762 jenis burung ditemui di PNG, 38 diantaranya adalah jenis Cendrawasih dari 48 yang terdapat didunia. Selain bulunya yang permai Cendrawasih disukai orang saat mereka melakukan PornoAksi diudara. Konon saat mereka menyanyikan Ayat-Ayat Cinta, akan terhembus semilir wewangian gaharu, wana seakan senyap menatap dua mahluk berputar, menggeletarkan tubuhnya sambil tebar pesona, memancing birahi sang lawan jenis. Hanya suara kicauan cinta sang burung dewata yang terdengar mengalir sekan simfoni hutan. Sorga dan Dunia bak sedang saling membuka tabirnya.
Tak heran bagi seseorang yang sedang kelaparan akibat tersesat berhari-hari di hutan, lalu menyium aroma gaharu, plus pemandangan di udara kadang menimbulkan fantasi seakan melihat Jaka Tarub sedang bercinta dengan Nawangwulan dari angkasa.
Mimbar Saputro
Thursday, April 13, 2006
Comments