873 - IQ150, SPP 8 Juta/bulan baru bisa masuk SMA?
Katakan anak ada saat ini sedang duduk dibangku SLTP, lalu memiliki IQ 150 (sangat cerdas), lalu memiliki segudang prestasi seperti menang di Olimpiade Fisika dengan menggondol medali emas, selama semester 1-5 di SLTP nilai matematika, Bahasa Inggris, Fisika harus rata-rata 9 (sembilan), semua belum cukup. Setelah lulus test skolastik dan wawancara, Anda masih harus mampu membayar uang sekolah Rp 8 juta perbulan untuk sekolah setarap SLTA.
Ini sekolah Hopo Tumon, judulnya. Atau istilah TV Orang Tua mendadak Sekok (shock!)
Harusnya, kalau punya anak dengan IQ 150 (Super Cerdas), dengan nilai "bagi manusia bodoh seperti saya sampai ambeyen tidak bakal bisa memenuhi syarat maha berat di atas" apalagi dengan segudang prestasi sekolah. Justru negara dan sekolah harusnya buru-buru meraup habis mereka dengan memberikan bantuan berupa beasiswa agar mereka bisa segera mentas karena tenaganya amat dibutuhkan. Bukannya dijadikan "sasaran tembak" dunia bisnis.
Maka berdosalah orang tua, negara yang menyia-nyiakan bakat seperti itu. Maaf sedikit berani me-dosa-kan orang. Bayangkan merogoh kocek 8 juta per bulan. Belum jaminan kalau sudah lulus SMA Hopo Tumon ini, lalu kuliah di Universitas Hopo Tumon yang pastinya lebih muahal lagi, bakalan mendapat gaji 8 juta per bulan? - Sarjana baru lulus, bisa berpenghasilan 5 juta per bulan saja sudah bagus. Ini kita bicara gaji diatas kertas, bukan yang di bawah meja tentunya.
Jangan-jangan begitu lulus segera "tancap gas" mengejar penghasilan dibawah meja agar biaya
sekolah menjadi impas. Contoh soal sudah banyak.
Kalau sudah begini runyamnya biaya sekolah di SMA yang katanya berniat menelorkan calon penerima Nobel, maka jangan heran para siswa berbakat akan mengalir deras ke negara seperti
Mereka dengan suka cita menerima anak-anak cerdas dari negeri kita, Disana dengan mudah sekolah bergengsi macam National University atau Nan Yang malahan memberikan beasiswa dan tentunya uang saku. Lulusannya bakalan bekerja di
Kalau sudah begini, aku urut dada. Duh.
Mimbar Bambang Saputro
Comments