Artikel #888 Ganti Rugi ala Australia

Kidung-kidung kesedihan tentang ganti rugi atau kompensasi korban serangan Lusi (Lumpur Sidoarjo) yang desanya tenggelam oleh lumpur gunungapi terus menerus kita dengarkan dan lihat di media.

Barangkali kita bisa belajar dari petani Australia bagaimana mereka memperoleh ganti rugi dari perusahaan pengeboran gas batubara secara transparan.

Pada tahun 2004, perusahaan Karoon Gas Pty berniat mengebor sebuah sumur taruhan di kawasan Gippsland. Sumur ini dinamakan Megascolides-1.

Nama sumur diambil dari binatang Wormzilla yaitu cacing tanah raksasa yang diberi nama Megascolide australiae.

Bagi saya ini adalah pengalaman pertama mengebor batubara untuk mendapatkan gas metana "Coal Bed Methane" – sebab gas metana di negeri kita masih dimubazirkan dengan dibakar habis ke udara.

Untuk keperluan unit pengeboran "rig" dan pendukungnya dibutuhkan sedikitnya tanah seluas 250 meter persegi. Nama rignya Hunt Energy-2

Persil yang dipilih semula adalah padang rumput dengan sapi Ostrali yang menghasilkan "tontonan" susu sapi yang montok-montok dan bisa diremas-remas setiap harinya. Mangkanya ada yang bilang mengapa sapi sering gila, sebab sudah diremas-remas tiap hari, tetapi tidak dikawini.

Untuk mencegah sapi nyelonong melihat sumur pengeboran maka sekitar rig dipasang pagar kawat berduri dan dan beberapa diantaranya diberi aliran listrik. Kalau anda melihat kawat polos seperti jemuran para binatu tempo dulu. Hati-hati ia bisa menjemur kita sampai kering lantaran sengatan listriknya.
Pemilik tanah pertanian adalah keluarga Notman tiga bersaudara. Ada suara sumbang mengatakan bahwa mereka kawin sedarah guna menjaga kemurnian darah pemerah susu. Orang bule ternyata doyan bikin horor infotainment juga.

Keluarga Notman mendapatkan ganti rugi sebesar A$ 2000 atau setara dengan Rp. 14 juta per bulan. Jumlah terlalu kecil untuk ukuran hidup di Australia. Namun itu baru sebagian.

Misalnya. Akan disimpan dimana puing atau tanah yang didoser. Sebab aturannya kalau proyek selesai, semua lubang bekas galian harus ditimbun dan dikembalikan seperti sebelum ada proyek pengeboran. Dan pak Notman "bersedia" menampung tanah urugan dipekarangannya yang amat luas.

Untuk itu ia masih mendapatkan AUS 25 (Rp. 150.000) per 100 meter perseginya. Tanah urugan ini harus dikembalikan dan lingkungan harus direstorasi seperti sediakala, setelah pengeboran selesai.

Karena Rig Pengeboran selalu diasosiasi dengan kebisingan mengingat kegiatan selama 24 jam berisik, maka pak Notman masih mendapatkan AUS 200 (Rp. 1,4 juta) per hari sebagai kompensasi kebisingan. Ini baru terasa Asoooinya.

Masih ada lagi yang hampir ketinggalan, lantaran Rig masih perlu air tawar guna keperluan pembuatan lumpur, cuci baju, dan cuci peralatan lainnya yang kebetulan sekali danau-danau tempat minum dan mandi para Sapi milik pak Notman bisa diexploitasi airnya, dan untuk ini ia menerima AUS 100 (Rp. 700 ribu) perharinya untuk penjualan air danaunya. Tambah Asooi – Tenaan.

Salinan kontrak penggunaan tanah dipasang didinding ruang makan sehingga setiap orang tahu hak dan kewajiban masing-masing. Dan yang paling penting tidak terjadi jegal menjegal karena satu pihak merasa belum dibayar, pihak lain sudah membayar.

Hanya sayangnya danau ini lama kelamaan menurun level airnya sehingga dikuatirkan mengganggu habitat cacing MegasColides, sehingga jatah air didatangkan dari tangki air tawar dari tempat lain. Kadang air drop-dropan ini tercemar karet, atau benda asing sehingga mengganggu sistem pompa rig. Sehingga perlu waktu untuk mereparasi pompa bor.

Demi alasan keselamatan kerja, maka base camp para pekerja rig letaknya sengaja dibuat berjauhan. Ini berarti harus ada sebidang tanah yang disewa untuk keperluan mendirikan portable camp tersebut. Berarti ada tambahan aliran dana mengalir ke kocek keluarga Notman.

Kalau satu proyek berjalan enam bulan mulai dari persiapan sampai tutup warung (kadang sumur yang menghasilkan ditutup sementara sampai ditemukan sumur lain baru serempak diproduksikan.). Maka matematika menghitung harta orang lain, saya serahkan kepada anda.

Yang jelas bagi pak Notman beternak Tanah Garapan akan lebih menguntungkan daripada sapi perah. Dan (barangkali) sapi pak Notman tidak perlu gila.


Mimbar Bambang Saputro

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

Menu Makanan Kantin di Rig Terapung