746-Wet Mess

Beberapa kali berkunjung ke daerah "blusukan" di Australia saya menemukan beberapa istilah asing. Misalnya saat checkin ke sebuah hotel bernama Searipple di Karratha (1500 km Utara Perth, agak kebarat sedikit).

Hotel bermuatan 787 penghuni yang dikelola oleh Grup Fletwood ini cuma memakai nama "SeaRipple Village." Pangsa yang disaring oleh hotel ini adalah para pekerja tambang. Mulai tambang bijih besi, tambang minyak bumi bahkan tambang garam.

Begitu anda masuk kamar yang tersedia adalah single bed, kulkas dan shower room. Dan semua dibangun dari caravan (kamar portable) milik Fletwoot Portable. Maklum kawasan ini sering kena Cyclone sehingga membangun hotel tinggi hanya memakan biaya. Mengingat yang datang ke daerah nan gersang ini umumnya pencari sesuap nasi, bukan turis yang kelebihan duit.

Alasan lain obyek wisata yang disajikan di kawasan Karratha yang sering disebut Pilbara group ini masih terbilang Wild Wild Outback, tentunya hanya turis yang gila akan petualangan yang tertarik mengunjunginya.

Melihat bentang alam yang dataran banjir, karena kalau pasang naik ketinggian permukaan laut naik setinggi 9 meter , batuan padas yang menyoklat kehitaman lantaran lapuk dimakasn udara, persis "taiyeng" dalam bahasa jawa - mungkin inilah awal kata Karratha (kalau yang menemukannya wong Kito.)

Sebetulnya para Aborijin yang memberi nama ini, yang artinya Kota yang bagus, dibuktikan dengan dibangunnya setasion kereta(sapi). Ini kita bicara era goldrush lho.

Sebelum membanting tubuh ke kasur, saya raih buku petunjuk (tepatnya lembaran fotocopy), disitu tertulis Meal Times misalnya Sarapan 04:30 sampai 07:30, makan siang 12:00-13:00, lalu makan malam 17:00-20:00 disini cara pelayanan adalah self service dimana para tamu mengambil makan sendiri. Bahkan mereka mengembalikan piring, gelas dan alat makan lainnya setelah selesai ke meja cuci piring.

Lalu saya baca tambahan keterangan yang mengatakan jadwal untuk ber "Wet Times" - Usut bin selidik ternyata "Wet Time" maksudnya "Bar Time", yang hanya buka pada jam 16:30 sampai jam 22:00. Maklum orang minum bir dan alkohol umumnya sampai tumpah kemana-mana (wet).

Hampir saja saya bawa pakaian kotor ke bar.

Atau, ada ajakan menonton Musium Gaol. Lantaran malas buka kamus,sekalipun tahu bahwa kamus adalah jendela bahasa, tetap saja saya membuka tabir ilmu "wong Jowo" - maksudnya mungkin musium Olah Raga(ingat majalah Goal) - eh jebul, judul saja yang yang mirip, padahal artinya "pakunjaran" - alias penjara.

Belum lagi berita yang mengatakan para "digger" Asutralia akan pulang pada libur Natal.

Lha pertama membaca kata digger, ilustrasi di kepala yang muncul adalah permainan ketangkasan di PC pada era 80-an, menggambarkan kegiatan bawah tanah dimana seorang mahluk mencoba mengambil buah (bonus) sementara dikejar-kejar monster jahat.

Muncullah nama Nobbin dst...

Ternyata ini adalah istilah lain untuk menyebut "serdadu" di Australia. Hampir diterjemahkan sebagai pekerja tambang Je. (Pikir siy, dig=(menggali)) . Tetapi memang jaman perang dunia I dulu para tentara menggali parit-parit perlindungan sehingga muncullah istilah "digger."

Salahnya pakai lambaran ilmu "cara jawane kiy" - kadang cocok,banyakan juga ngaco.
Mimbar Bambang Saputro

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

774-Tongseng Serambi (masjid) Sunda Kelapa