Puntadewa

Kata ibunda pada usia 4 tahun saya sudah dimasukkan sekolah TK sebab memang belum ada playgrup. Kata bunda pula, saya sudah mulai mengunyah setiap koran, seperti Sulindo (Suluh Indonesia), membaca cerita bergambar serial Rip Kirby dan Desmond yang berbahasa Inggris dan tentu membaca bagian terjemahannya.

Maka tatkala entah darimana kitab komik RA Kosasih berjudul Mahabrata mulai diperkenalkan, hati saya bukan main girangnya. Pesan ibu, cerita ini menggambarkan seorang Ksatria selalu menolong orang yang kesusahan. Siapa menanam ia yang menuai. Setiap manusia tak lepas dari karma perbuatannya. RA Kosasih menggiring opini saya bahwa Pandawa berlima yaitu Yudistira, Bima, Arjuna, kemba Nakula dan Sadewa adalah kelompok putih sementara Doryudana dan adik-adiknya adalah pihak pengacau. Yudistira sebagai kaka tertua digambarkan jujur, tak pernah berkelahi.

Lalu bagaimana hati tidak tercekat, menangis saat itu ketika membaca serial Mahabrata saat Yudistira atau Puntadewa atau Samiadji, berhasil selamat menaiki gunung Mahameru, sementara keempat saudaranya tewas karena kedinginan (dan karma dosa) maka raja yang anak tertua, santun dalam bicara, terkesan ragu-ragu dalam bertindak sehingga kehidupan sehari-harinya didukung oleh adik-adiknya yang berfungsi sebagai Menteri inilah ini satu-satunya yang berhasil menapak di gerbang surga.

Episode yang tidak disangka-sangka adalah ketika Yudistira ditahan oleh penjaga gerbangSurga dengan perintah keras. "Stop disitu, kamu boleh masuk surga, namun anjing kurus budukan kotor, bau akan mengotori kesucian surga.."

Maka bimbanglah Yudistira. Bagaimana mungkin sebuah wilayah baru, yang diperjuangkan oleh miliar manusia, kadang rela dibela dengan bertahtahkan bubuk dinamit dirompinya, agar menjadi penghuninya yang konon "tiada dusta, tiada khianat," ternyata bukan jaminan seratus persen. Para dewa masih mencoba bernego dengan kata merayu :" Kamu boleh, tetapi anjing tidak.."

Padahal layaknya tokoh manusia semi merayap dalam episode "Lord of the King eh Ring" smeagol sang penggemar ikan lele (mentah), menjadi penunjuk jalan bilamana pangeran Proodo tersesat sekalipun akhirnya harus dihabisi dengan dilempar ke tepi jurang.

Kali ini Yudistira bertaruh. Apalah artinya masuk surga, bila saya harus mengurbankan nyawa "saudara" sekalipun mahluk ini berbeda cara berjalan, berbunyi kalau makan.

Bocah 4,5 tahun terlalu sederhana menangkap arti cerita komik RA Kosasih, lalu mencoba bertanya kepada Bunda, mengapa Dewa kahayangan terkesan mencla-mencle. Tetapi ibu tak kalah gesit, itu ujian. Apakah seorang Yudistira adalah ksatria yang memang jujur dan tanpa pamrih. Sementara bocah kecil berpendapat, ah nggak masuk nalar dewa memiliki sense humor yang sangat menyerempet bahaya?

Cerita turun temurun, mulut kemulut yang bernama Mahabarata ternyata masih bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Puntadewa bin Samiaji aka Yudistira digambarkan mahluk suci, sementara anjing buduk sekalipun pernah menolong dan menyelamatkan nyawanya, tidak perlu masuk Nirwana dibiarkan saja mati kelaparan dihalaman surga.

Dalam kisah RA Kosasih, memang akhirnya sang anjing buduk berubah menjadi Dewa YamaDharma sang ayah yang selama ini menuntun dan memberikan bocoran jalan rahasia agar sang anak berhasil masuk ke gerbang tertinggi.

Comments

Anonymous said…
Om, ralat,

Lord of The Ring, bukan Lord of the King.

:D

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

Menu Makanan Kantin di Rig Terapung