Diejek Ayam Tak Mampu Berkokok, Istri ditebas

Selayaknya mesin empat tak, And sudah menggeber kompresi yang dimilikinya agar didapatkan daya yang maksimal. Apalagi kegiatan pasutri (pasangan suami istri) ini sah adanya, maka seperti kata orang istrimu adalah kebunmu, boleh kau semaikan bibit terbaik, bisa dicangkul dari depan, dan tidak ada larangan menyalib dari belakang. Apalagi Kar, isterinya, baru berusia 35 tahun. Umur yang sedang matang-matangnya dalam olah asmara. Saat arus bawah masih gampang tersulut. Maka ajakan memilin asmara memang dinantikannya.

Tapi pikiran dengan fisik sering kurang sinkron. Onderdil tuanya (51) sering kewalahan untuk distart "dingin," padahal sudah diengkol habis-habisan oleh Kar, namun era pandangan hidup sudah beralih ke perjuangan hidup sebuah mesin setengah umur. Celakanya lagi, kalaupun mesin sanggup mengudara. Sering kali mati di atas. Lagi-lagi And harus mendarat darurat penuh malu dan frustrasi. Sakit rasanya. Padahal mulai dari Ginseng, Telor Bebek, makanan berlada sudah dikonsumsinya, kecuali Cialis dan Viagra sebab yang belakangan ini selain impor juga harganya cukup memukau.

Yang paling mudah naik pitam tentu saja Kar, dan ejekan sering terlontar dari mulutnya, "sampeyan itu bagaimana kakang kok malahan mengecat di ranjang cuma oles kekiri-oles kekanan." Pas waktunya tendangan penalti dua belas pas malahan mengkeret."

Di ejek demikian, sebagai suami, terang saja Andi sering merasa sakit hati. Apalagi belakangan ini ia menyandang Raden Panji Klantung, maka seperti melengkapi sebutan "tidak kuasa memberi nafkah materil dan onderdil.." - Ayam jantan saja masing mengimingi pasangannya dengan menyisakan butiran nasi atau beras di tanah, sebelum akhirnya main "tandem-tandeman" - ini kok kalah sama ayam. Oalah...

Tangan yang diam, maka sebetulnya bengkelnya setan. Kata sebuah pepatah. Maka diam-diam para setan mulai meracuninya, "eh mengapa belakangan ini istrimu seperti lengket dengan Tom yang memang lebih muda darimu?."

Jangan-jangan sedang mengagendakan hak Interpelasi non Iran. "Teklek kecemplung kalen," - ibarat bakiak kecebut got, daripada cari yang baru lebih baik "balen" balik berbaikan (rujuk).

Tom adalah suami pertama sebelum ia jatuh ke tangan Andi. Dalam istilah ilmu pemasaran, sudah langganan lama. Semua onderdil sudah pernah dijelajahi dari utara, selatan, timur, barat, atas maupun belakang. Orang bilang "slag"nya sudah kena.

Untuk mengkonformasi bisikan tetangga bahwa sang Istri sering berboncengan di Kawasan Penjaringan Jakarta Utara, maka And mengajak Kar untuk pindah kontrakan, yang langsung ditolak olehnya dengan alasan, duitnya dari mana? - tetapi setan sudah mulai mengompori "itu
alasan bisa-bisanya dempet-renteng dengan Tom."

Jangan lupa, Tom pernah sesorah Kartu Perdana terang lebih Jozz ketimbang kartu isi ulang yang pangkatnya sekali langsung dibuang. Suami pertama biasanya lebih mengezankan(z).

Hebatnya, semangkin ia cemburu, semangkin membara kelelakiannya And. Apa ini yang disebut Nafsu Besar Tenaga Kurang?

Hatta suatu malam sebelum peristiwa nahas terjadi, dengan semi senjata terkokang ia mendekati isterinya. Bagi Kar, prinsipnya kamu menjual kami membeli. Adik bergoyang patah atau ngebor, tinggal pilih. Kalau kata ITC, pedagang dan pembeli sama-sama untung.

Saat final menjelang tiba untuk menentukan siapa yang kebobolan, mendadak sebuah mantera salah "timing " sempat terlontar diluar koordinasi KorLap "ikutilah ilmu padi, makin nafsu makin merunduk" terang saja And kembali loyo buyung. Inilah yang membuat Kar yang sedang mengharapkan terombang ambing ke langit ke tujuh mendadak "kagol" alias terputus keinginannya.

Sambil mengempit daster yang tergeletak, badan suaminya didorong sampai hampir menggelinding dari ranjang. Disertai sumpah serapah "jangan mengaku Imam, kalau tidak bisa membangunkan "amin".

Kali ini setan berhasil menebar racun. Sudah lama menganggur, loyo dompet loyo buyung, ditambah bisikan infotainment radio dengkul tetangga bahwa istrinya sudah menginjak batas abu-abu, maka tumpahlah kemarahannya.

Sebuah golok tersisip didinding rumahpun berbicara, mulanya sekedar menggertak, namun melihat istrinya makin histeris sambil menantang "pateni aku, pateni aku, aku sudah muak dengan duniamu..." - maka setan mendorong golok kearah tangan dan membentur tubuh Kar. Cress, mengantar jeritan terakhir Kar, ibu dua anak Ag dan Vi ke alam baka. Seperti yang diberitakan di harian Warta Kota.

Mimbar Bambang Saputro
mimbar [dot] saputro [at] gmail [dot]com
+62 811806549 - TEXT PLEASE

Comments

Anonymous said…
buset jee...denenge nggonku melu katut..penjaringan jakarta utara...salam kenal pak mimbar..
Hello mas KhamShe. Sorry lho menyebut penjaringan Utara. Salam kenal kumbali ya..

Mimbar

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

Menu Makanan Kantin di Rig Terapung