Artikel #906 - Anzac - Peringatan Perang tanpa Pekik Kemenangan



Kita merayakan hari besar biasanya diambil peristiwa yang besar, penuh heroik dan kemenangan. Misalnya hari pahlawan 14 November.

Di Australia, dikenal sebagai Hari Veteran Australia atau ANZAC yang jatuh pada 25 April, namun menurut catatan beberapa pelakunya (yang umumnya sudah meninggal dunia), peringatan tersebut jauh dari sebuah kemenangan gilang gemilang, atau keheroikan seseorang. Sekalipun demikian, uniknya hari Anzac justru dijadikan hari libur dan dimeriahkan oleh parade para aktor perang waktu itu mulai dari PD1, PD2, Borneo, Vietnam, Korea, Afrika, Timor Timur. Ternyata sejarah pertahanan Australia sudah berjalan cukup lama dan diasah oleh medan pertempuran yang beraneka ragam.

Melihat antusias warga atas para veteran perang, saya jadi iri pasalnya boleh jadi tidak semua warga negeri ini tahu bahwa 10 Agustus adalah hari Veteran Indonesia.

Sebut saja Kyle pada bulan juni 1915 usianya baru 17, namun ia mengaku 19 agar bisa diterima sebagai tentara dalam PD1. Divisi pertama dari Australian Imperial Forces (AIF) mendarat di Gallipoli Cove pada 25 April 1915 sebagai pasukan pemukul dalam operasi Dardanella menghantam Turki. Akibat salah perhitungan mereka mendarat di kantong tentara Turki sehingga bagai ular mendekati penggebuk, pasukan ANZAC banyak yang menjadi korban.

Divisi kedua dikirimkan lagi setelah menjalani latihan di Mesir untuk menyesuaikan diri dengan medan Turki. Mereka mendarat di Gallipoli pada 2 September 1915. Keadaan sami mawon, tentara Turki dan Jerman masih terlalu kuat bagi mereka. Saat mereka melakukan evakuasi, misalnya, agar terkesan masih tetap berperang mereka mengakali senjata yang sedemikan rupa sehingga mampu menembak secara otomatis. Padahal sebetulnya tetesan kaleng corned beef yang dilubangi sehingga air yang menetes akan mengurangi berat kaleng yang akhirnya akan menggeser pelatuk senjata agar Jerman menyangka masih ada orang diparit persembunyian.

Usai operasi Dardanella, divisi ini ditugaskan ke Perancis. Disini Kyle mengalami sabung nyawa dalam arti sesungguhnya. Pasalnya tentara sekutu dengan cerdik mengumpankan tentara Australia sebagai pasukan pemukul terdepan, yang tentunya banyak memakan korban.

Ia masih ingat dalam peperangan di Somme. Sebuah rencana penyerangan dadakan dilakukan melalui sebuah jalan dalam peta ternyata tidak ditemukan di lapangan. Akibatnya gerakan pasukan terhenti untuk beberapa minggu.

Namun bukan kekalahan atau kekacauan yang dilihat sebagai pengalaman pahit sebab sejak itu muncullah identitas baru yaitu ANZAC sebagai ganti dari dominasi Kerajaan Inggris Raya. Bahkan tanggal penyerangan 25 April ditetapkan sebagai hari Veteran nasional atau lebih terkenal sebagai ANZAC.

Hari Rabu 25 April 2007, di halaman tengah koran The West Australian memuat satu halaman penuh yang dihitamkan. Lalu ditengah-tengah ada tulisan besar “Satu Menit Saja..” pesannya untuk mengingat selama satu menit bahwa Australia yang berdiri sekarang ini tidak lepas dari pengorbanan Satu Setengah Juta tentara yang dikirim ke 13 perang.

Sebanyak 225 ribu diantaranya terluka, seratus ribu bahkan tidak bisa kembali ke tanah airnya. Dengan pengorbanan tersebut, beruntung kita yang masih bisa membaca pesan ini. Di jalanan banyak dijumpai para senior berjas biru kehitaman, sebagian mengenakan baret hijau, dengan lencana bertaburan didadanya. Inilah hari Veteran Australia.

Parade di lapangan Canberra dilakukan tanpa pameran peluru kendali atau demonstrasi keahlian pasukan tempurnya. Justru yang disaksikan dunia adalah para veteran perang dunia I yang masih tersisa berbaris dengan pataka (lambang pasukannya) masing-masing.

Sebagian divisi tersisa kurang dari sepuluh karena sudah banyak yang meninggal dunia karena usia. Ada divisi yang menamakan “Tikus Tobruk,” yang pernah difilemkan ketika mereka melawan Jerman yang lebih banyak dan kuat.

Kemudian divisi kapal selam yang membawa slogan, “kami datang tanpa diketahui.” Pataka tersebut disulamkan nama kawasan yang pernah dimasuki oleh kapal selam ini termasuk Laut Jawa, Borneo (selalu Kalimantan disebut Borneo).

Beberapa diantaranya memperingati Anzac dengan menapak tilasi bekas perang misal ke Turki, ke Papua Niugini, atau Kalimantan.

Seorang Pejabat Perth, mendatangi Sandakan di Kalimantan sebab ketika masih kecil ia ingat 2700 tawanan perang tewas dalam perang dunia melawan Jepang. Sebuah foto yang sangat mengesankan adalah ketika foto kakeknya bersama seorang dayak yang menyelamatkannya dari usaha dibantai oleh tentara Jepang. Diantara para penapak tilas ke Sandakan, nampak seorang senior wanita, 85 tahun, sekalipun sudah dikursi roda, namun semangatnya masih begitu hebat. Wanita ini menampung para serdadu yang pulang dari medan perang merana lantaran kehilangan harta, anggota badan dan keluarga. Ia tahu persis rasanya orang beruntung selamat dari maut peperangan, tetapi celaka di kehidupan masa-damai.

Mungkin masih ingat cerita Rambo yang mengamuk sejadi-jadinya lantaran sepulangnya dari tugas di Vietnam orang-orang dikotanya mengejek sebagai pahlawan yang membunuhi bangsa Vietnam yang tak berdaya padahal, begitu banyak teman-temannya yang tewas di sana.

Hebatnya, ibu Patterson, sang pelindung veteran perang, tidak pernah merengek donor dari pemerintah, badan agama atau siapapun. Baginya tidak perlu mengedar list untuk mengajak orang berbuat baik. Sanggup kerjakan, kalau tidak mampu, lepaskan mimpi.

Pekerjaan utamanya disiang hari adalah seorang perawat, dan sampingan lainnya adalah menjadi supir truk pengantar roti. Dengan kerja bak rodi itulah ia menghidupi para veteran cacat dan terlantar yang membawa trauma bathin kehilangan teman yang meregang nyawa di medan kombatan (ikutan bahasa petingga GAM). Beban Ibu Patterson berkurang ketika seorang cacat veteran PDI asuhannya meninggal pada 2002. Saat itu ia berusia 80tahun.

Perempuan ini hidup melajang. Tunangannya tewas dalam sebuah kecelakaan tambang pada tahun 1950, sejak itu ia tidak bisa menemukan pria penggantinya dan mentransformasi cintanya dengan merawat orang terlantar perang.

Syd "hydrolik" adalah salah seorang Veteran yang kembali selamat dalam perang dunia II. Oleh-olehnya adalah kedukaan mendalam. Apalagi ia membawa secarik bendera Union Jack yang ditandatangani oleh 150 teman-temannya. Setiap melihat bendera tersebut ia menjadi emosional dan uring-uringan sehingga istrinya mengancam meninggalkannya jika ia masih menyimpan bendera tersebut. Ia dipanggil hidrolik sebab tubuhnya kuat sehingga mampu mengangkat benda berat.

Saat ia meninggal dunia, anaknya menemukan bendera yang disembunyikan disuatu tempat. Sekarang carikan bendera bertanda tangan diserahkan kepada musium militer di Perth. Salah satu tanda tangan yang ditulis spidol hitam (heran hanya warna ini yang tahan cuaca dan waktu) tertulis WX13249 “Bomber” Coombe dari Dalkieth. Norman Bomber termasuk orang yang selamat pulang ke rumah. Anaknya menjadi pemrakarsa meneliti identitas pahlawan yang hilang dalam perang.

Perang, dengan mengatas namakan perjuangan apa saja, sebetulnya hanya membawa kepedihan terutama kepada pelaku dan keluarganya, bukan kepada para provokator ataupun penganjurnya.

Untuk itu Kyle menulis "selama empat tahun lebih kita berusaha melenyapkan nyawa satu sama lain, korban perang ada 27.530.700 nyawa terbuang sia-sia, cacat, hilang, belum lagi jutaan penduduk sipil yang menderita nasib serupa. Ini adalah tindakan gegabah yang hanya mengandalkan kebanggaan Nasional dan ambisi pemimpin dari kedua belah pihak."

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

Menu Makanan Kantin di Rig Terapung