833- Anakku Keluar dari Perusahaannya

Nah lho kok akhirnya seperti bapaknya juga.Empat tahun anakku bekerja manis-manis di perusahaan Garment Singapore, tiba-tiba seperti disambar ngampar, dia bilang mau keluar dari perusahaannya.

Lalu saya mulai membuat kilas balik. Sebagai senior, anakku kadang memberikan pelatihan berbalut bulu pengawasan melekat di Thailand, Hongkong, Malaysia dan kadang di Indonesia. Waktu dia ke Indonesia di wanti-wanti orang Singapore. Tidak boleh naik Taxi karena tidak aman, sering diperkosa ataupun di rampok. Harus mobil perusahaan. Harus tinggal di Hotel.

Maka melayanglah putriku, ke Jakarta. Tilpun sana sini, yang namanya akomodasi mobil dilakukan kebijaksanaan ala Indonesia yaitu nebeng karyawati kantor yang memang dekat dengan kediaman kami.

Hari Senin, sang karyawati yang akan ditebengi baru nongol jam 9:15 an. Anakku mulai wel-welan - panik sebab di Singapore sampai telat sekian lama selain malu, akan ada penyesuaian gaji alias dipotong sesuai dengan absensi. Sampai di kantor sudah jam 10:00 sementara dia sibuk persiapan training, pesertanya sibuk buka bekal alasannya belum sempat sarapan di kos-kosan.

Walhasil, dicari solusi, ya Avanza Silver punya bapaknya di pakai selama 10 hari dengan supir pocokan -tembakan. Pokoknya sebelum jam 8 harus sampai kantor di bilangan Sawah Besar (anda tahu dong mayoritasnya). Jam lima sore lebihnya banyak baru bersiap pulang.

Kebetulan saya sedang cuti rekuperasi selama sebulan sehingga anak yang jemblem ini kadang kami jemput, makan di luar karena memang dari kecil selera makannya liar (bukan u) biasa.

Setiap pulang kantor dia selalu bekah-bekuh berkeluh kesah. Nampaknya selain penjualan garmen bersaing ketat dengan produk pesaingnya, melatih para SDM di Jakarta tak ubahnya seperti Gus Hiddink melatih Tim Nasional sepakbolakita. Hasilnya tidak akan jauh berbeda kalau dilatih oleh Roni Pattinasarani atau pelatih lokal kita. Yang melatih kasihan, yang dilatih merana, yang mengeluarkan uang kecewa. Pasalnya material yang akan ditempa memang bukan kualitas prima. Dibikin keris meleot, dibikin silet puthul, dibuat golok nggak mempan buat mbacok.

Sepuluh hari berada di Indonesia, sesuai janji bahwa honorariumnya adalah jam-jaman selama berada di kantor 08-17 berarti 8 jam di Jakarta, ia mulai membuat tagihan dan laporan....

Seperti diduga, rekomendasi, dan laporan ditolak, alasan direktur, SDM yang dimilikinya sudah sangat kompeten. Dan lebih seru lagi ketika tiba saatnya menandatangani invoice soal bonus. Sang Direktur mengatakan bahwa menurut laporan yang ia terima anak saya hanya bekerja 1 (mohon baca satu) jam di Jakarta dan itulah yang akan dibayarkan ke Singapore.

Saya ikutan emosi sampai terucap kata dalam hati "nggak heran kalau ada kerusuhan orang-orang tersebut dibakar beserta tokonya, kadang perbuatannya menyakitkan, liciknya melebihi ular (maaf ular hanya pemeo)" - lalu saya lihat stiker burung merpati putih di kendaraan mereka berubah menjadi burung pemakan bangkai. Herannya semua rekan sekantor bisa seperti patung, tiada keberanian membela anak saya. Mereka hanya berbisik dibelakang muka pimpinannya.

"Bandit, preman sekalipun malahan memiliki etika yang dipatuhi namun direktur kamu adalah raja tega...." - kata saya geram.

Sulitnya laporan negatip sekalipun fiktif biasanya lebih banyak beredar, bersiap untuk meninggalkan perusahaan yang dikelola oleh orang macam itu (dan celakanya dipercaya) ketimbang berita mengenai prestasi seseorang.

Lho kok ada perjanjian baru, bahwa sekeluarnya dari perusahaan garmen maka anakku tidak boleh bekerja dengan pesaingnya. Ini apakah artinya anakku dari keahlian bidang Garmen disuruh pindah jual beli pasir Indonesia buat urugan pantai Singapore?

Akhirnya 15 Nopember 2006, resmilah ia mengundurkan diri. Setelah 4 tahun bekerja.

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

Menu Makanan Kantin di Rig Terapung