839 - Ketika Senior bukan Susu Kemasan

Anggapan bahwa menjadi pensiunan, atau lansia, berarti hidup hanya dihabiskan dalam karavan, mengunjungi anak dan cucu, sanak saudara sambil menunggu ajal menjemput nampaknya sudah mulai ditinggalkan oleh orang Australia. Lihat saja Tony, 61, seumur-umur pekerjaannya ya berkutat soal keuangan perusahaan. Belakangan ia ambil pensiun. Ternyata hanya 6 bulan, ia uring-uringan tidak betah dirumah. Jadi dewa di rumah memang menyenangkan, tetapi bukan untuk seterusnya, komentar bekas Akuntan ini.

Lantas dicarinya cari pekerjaan kontrakan, bertemu dengan situasi kerja yang berbeda. Semula ia ragu menapak jalur kerja yang berbeda, namun dengan kematangannya, sekali kaki melangkah selanjutnya hanya diperlukan sedikit improvisasi. Perubahan bukan untuk dihindari, tidak ada kata terlalu tua untuk berubah, katanya. Ganjalan yang ditemuinya adalah diskriminasi terhadap "orang tua" - "mereka pikir kalau sudah mencapai level tua, maka seseorang menjadi bebal dan tak bisa dimanfaatkan lagi. Bahkan mereka tidak percaya bahwa manusia "over-experience" - kata lain dari "tak terpakai" - justru bukan orang yang perlu diperhitungkan dalam perebutan jabatan, karena mereka sudah tidak tertarik akan prestis atau kekayaan. Bekerja hanya untuk kesenangan dan kepuasan batin.." tutur Toni.

Atau dengarkan pengakuan John,62, ia memang memutuskan berhenti bekerja karena sakitan. Genap 8 bulan, suasana rumah dirasakannya semua salah. Istrinya tanggap dan mengatakan mengatakan bahwa suaminya belum siap untuk pensiun lantas duduk dirumah, nonton sinetron, baca koran dan mengurus kebun atau peternakan. Anjuran istrinya diikuti, dan kini John kembali bekerja, semangat hidupnya muncul kembali.

Para pensiunan memang melihat sikap generasi yang lebih muda darinya memandang kemampuan seseorang seperti umur susu kemasan. Ada batas kadaluwarsa yang jangan dilewati. Batas tersebut sebutlah, 50 tahun. Dikatakan bahwa senior biasanya gaptek komputer, dan sulit mengikuti model baru.

Hasil riset di Australia menyatakan bahwa satu dari dua pensiunan masih ingin bekerja secara penuh, sisanya ingin bekerja tetapi paruh waktu. Riset juga yang mengatakan para senior ini bekerja bukan semata-mata uang tetapi pengakuan masih dibutuhkan dan sikap mental yang selalu aktip manakala masih bekerja. Statistik pada Mei 2006. Hasilnya membuat pemilik perusahaan bakal mencabuti rambutnya, bagaimana tidak saat ini sampai tahun 2016, maka Australia akan kekurangan tenaga kerja akibat kebijakan usia 50 sudah dianggap susu kadaluwarsa. Maka tahun 2016 akan tersisa 85% senior dengan usia 40keatas, dan 7% adalah pekerja yang berusia 35-an.

Para ahli lalu menyarankan bahwa mulai sekarang justru pemilik perusahaan harus mengikis sikap anti-pati terhadap pelamar over-experienced. Mereka masih punya daya saing kok, seperti pengalaman, kepatuhan, pengetahuan tentang seluk beluk perusahaan, etika kerja keras yang menonjol, dapat diandalkan dan angka bolosnya relatip kecil.

Bukan rahasia umum tenaga kerja pandai dari generasi Y, biasanya cuma betah 2 tahun diperusahaan yang sama, sebelum meloncat keperusahaan lain yang lebih menjanjikan. Kalau ini terjadi terus menerus, maka alamat keuangan perusahaan seperti digerogoti dengan blunder kesibukan merekrut baru yang berarti memulai dari nol lagi.

Sementara bagi para senior, tidak ada salahnya mulai melirik sektor yang memang minus peminat. Lalu rencanakan masa depan secara realistik sambil menyegarkan diri dengan kursus komputer dan sejenis IT lainnya agar tidak dikatakan manusia tahun jebot. Saran lain, interaksi dengan generasi X dan Y agar tidak kikuk berada ditengah mereka. Jangan lupa ikuti kegiatan yang sifatnya jaringan profesional, pertimbangkan kerja paruh waktu, aktip dalam pekerjaan relawan dan terakhir bergabung dengan biro yang menangani perekrutan manula.

"Mature age workers are not a burden to a business, they are an asset"

Mimbar Bambang Saputro

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

Menu Makanan Kantin di Rig Terapung