796- Naga Menggeliat dan Becak Sarini


Sebagian anak-anak, yang sekarang sekarang jadi bapak-bapak dan ada ada yang kakek, yang pernah tinggal di kawasan Grogol barangkali masih ingat saat mereka masih "kecil bocah" maka kendaraan utama yang antar jemput mereka ke sekolah adalah becak. Begitu banyaknya becak yang satu sama lain mirip dan umumnya "bodongan", maka satu-satunya "alat pengenal" adalah dari muka turun ke nama.

Sebut saja becak SARINI, pilotnya bertubuh tinggi besar, pendiam tapi "roso-roso" - tanjakan sekitar Kolam Renang Grogol yang membuat orang ampun terampun, dilibasnya tanpa turun dari pesawat. Paling jauh-jauh sebelum tanjakan, Sarini menggenjot becak sedikit expres agar sampai di tanjakan, dia tinggal menambahkan power disertai bunyi ngos napas panas diujung hidung pria tinggi 170-an ini.

Maka kondanglah Sarini sebagai becak pilihan ibu rumah tangga, dan anaknya. Tidak ugal-ugalan dalam mengemudi, sopan kepada penumpang, kadang membantu para ibu yang pulang belanja, dari pasar ke becak, dari becak sampai masuk ke dapur. Ia seperti mampu membaca keinginan pelanggan. Begitu melihat calon penumpang, ia segera meloncat dari becaknya, sambil tangannya menepuk jok becak dan melapnya dengan handuk yang semula dikenakan dilehernya. Lalu ia dipanggil sebagai pak Sarini. Padahal jangan salah. Pria rambut cepak ini namanya Rahmat.... Sarini adalah nama anaknya di kampung. Yang kelahirannya mendorong Rahmad berjuang, walaupun dibelain sampai ke Jakarta menjadi tukang becak.

Kadung dipanggil Sarini, anehnya sampai sekarang pak Rahmad juga menoleh kalau ada yang memanggilnya Sarini. Kalau malam ia tidur di becak, sarungan dan selalu tanpa kemeja atau kaos. Udara panas Grogol membuat ia rela berdonor darah dengan sang vampir berbelalai. Lagu nyamuk sini cuma takut Tiga Roda, masih diawang-awang. Lotion anti nyamuk, masih belum ditemukan.

Lalu, merasa mencukupii penghasilannya, ia mengajak teman-temannya di kampung untuk menjadi penambang becak. Sampai satu saat ia menyadari bahwa becak itu peralatan sederhana, ganti rante, tambal ban, ganti klaher (bearing), potongan besi plat pengganti bel. Apalagi modelnya ajeg-monoton-minimalis. Maklum perlengkapan semacam lampu karbid yang biasa dipasang di "per" bawah sudah dibuang.

Lalu mengapa harus bergantung pada Tauke becak?.

Sarini mulai menganyam sarang sendiri. Ia menjadi sudagar (tanpa A) becak. Dan seperti hokie, dari penarik becak menjadi pemilik becak, iapun menjadi pengusaha becak ini berarti tenaga kerja mengalir ke Jakarta pada musim paceklik (kemarau) dan kembali ke kampung pada musim panen.

Saat pagi hari beberapa awak melihat got berisikan ikan cere dan cacing rambut dan gemercik air membuat mereka tergoda. Seperti di kampung mereka berjongkok dan melakukan aksi rantai makanan agar di "donlod" oleh mahluk kecil. Keruan kami blingsatan, selain pemandangan tak sedap dan man! air got itu banyak macetnya daripada mengalir. Sarini lalu memikirkan fasilitas MCK.

Lama berada di Jakarta para arus bawah merasa bahwa arus bawah lain juga perlu disalurkan. Daripada ngecer kesana kemari, enak tidak seberapa, istri kebagian tranmisi penyakit. Mereka membawa staf logistik batin dari kampung sambil titip pesan "bune kalau ke Jakarta, jangan lupa bawa tampah, bakul, sapu, talenan, dingklik bukan untuk mengatasi kangen kampung halaman, melainkan dijual di Jakarta."

Maka di kos-kosan pak Sarini, sering nampak para wanita yang kalau pagi hari sekali berkeliling "ngider" keluar masuk kampung, menjual barang peralatan dapur dan rumah tangga.

LURAH

Kalau musim pilihan lurah tiba. Atau setidaknya Lebaran menjelang. Groups Sarini mencarter beberapa bus untuk pulang kampung, entah merayakan lebaran atau keperluan coblosan Lurah. Memang beberapa kerabatnya goal menjadi pamong desa, namun Sarini tetap kembali ke Grogol. Kembali menyapu halaman di pagi hari. Saya tidak yakin Sarini eh pak Rahmad pernah membaca cerita ayahanda presiden Taiwan yang seminggu sekali turun ke jalan menjadi tukang sapu jalan di Taiwan.

BECAK DILARANG

Masa keemasan becak tak berlangsung lama, Sarini tak menyangka becak dilibas kebijakan Ali Sadikin. Yang ngayawara alasan beberapa stafnya bahwa becak tidak manusiawi, sekalipun menjadi pengangguran dan berbuat kriminal apakah lebih manusiawi?

Anakbuahnya terpaksa kucing-kucingan dengan petugas Pamong Praja, tetapi kenyataannya lebih banyak meneror warga. Apalagi secara demonstratip penguasa waktu itu menjadikan becak untuk rumpon persembunyian ikan agar kenikmatan hidup dari memancingnya bisa ditingkatkan dengan mendapat ikan asal rumpon, diatas jeritan dan keputus asaan ribuan pengendara becak yang kehilangan pekerjaan.

Daripada selalu sembunyi-sembunyi Sarini "cancut taliwanda". Dan tidak lama kemudian, suara dering becak secara bertahap digantikan geram Bajaj. Sarini-pun menjadi sudagar bajaj. Koskosannya mulai diramaikan dengan polusi suara letupan knalpot, jeritan bajaj dan dibarengi ceceran oli yang menghitami tanah dan lantai kediaman mereka. Dari sekedar ganti rante, siram oli bekas, perawatan bajay mulai merambah pengadaan suku-cadang.

Sekarang dia perlu manager. Lantas enteng saja hitungan mumet-njelimet diserahkan kepada istrinya yang bukan sekedar "tukang ulek sambel dan pabrik anak" - Bu Sarini menjadi manajer think-tank. Tak apa pendidikan SD asal bisa menulis dan membaca dan nonton "netron" sambil menunggui warung kecil. Kecuali kalau ada bola, mereka harus merelakan kesenangannya dikalahkan para maskulin berkumis.

Sial pernah melibasnya, sebuah bajaj kesayangannya meledak saat diuji coba di bengkel merangkap rumah tinggal itu. Api menjilat ceceran oli, penampungan premium, kayu, kertas lalu menyambar bangunan bangunan tingkat dua nya. Sarini mengungsi kerumah kami kami karena kejaran api dan kamera TV.

Sementara tetangga lain buru-buru menutup pagarnya rapat-rapat. Pikir mereka ini Jakarta, yang masuk rumah bisa pengungsi bisa perampok, bisa pencuri. Resikonya terlalu besar membiarkan orang asing masuk rumah.

Saat akan diwawancarai asal muasal api, tiba-tiba seorang kerabat membisikkan sesuatu. Oh ia masih telanjang dada. Hari ini kami melihat Sarini pakai Baju Safari, meskipun bawahannya tetap sarung kumuh. Rasain eluh, pakek baju sekarang. Dalam kesedihan, ketegangan, masih ada terselip adegan lucu, lugu dan langka.

Hancurkah bisnis Sarini eh pak Rahmat setelah Dewa Api mengamuk.

Tidak lama setelah kejadian, setelah police line digulung, bangunan permanen sudah muncul lebih megah, lebih moncer. Kabar burung seorang tauke percetakan melihat dari fengsui, ada chi naga kertas memutar sekitar kawasan ini. Ia bertaruh uang membangun komplek Sarini Bangkit Kembali, asal diperbolehkan menyewa tempat itu minimal 5 tahun. Sarini tidak kehilangan uang, Sarini juga tidak kehilangan tempat tinggalnya. Bahkan sebuah harian Warta Grogol berkantor disana.

Kini usia Sarinai menginjak usia 70-an, ia mulai berniat melepaskan bisnis guritanya. Tapi serangan ke-kerajaannya menderu lagi sebab Pemda mulai "men-jothak" bajaj. Sarini-pun tidak perlu demo, diam diam dia mengganti beberapa bajaj dengan kendaraan semacam Angkot. Selama hidup sekedarnya, uang tabung melimpah ruah.

Memasuki akhir tahun 2006, bisnis Sarini yang sedang digedang-gedang adalah Kios Air Minum isi ulang dengan mereka HIDAYAH. Apakah nama ini sehubungan dengan judul netron yang kerap ditonton sang istri? - mudah-mudahan tidak mengikuti episode pak RT Selingkuh.

Tapi kalau anda tanya soal rahasia sukses, Sarini merendah "ah itu kan usaha anak-anak, saya cuma mendoakan belaka..."

Pemandangan tak berubah yang saya lihat berpuluh tahun, Kalau subuh, ada pria tinggi gulungan sarung, ucul-klambi dan menyapu halaman kerajaannya. Sampah kertas rokok, bungkus chiki, Indomi, busi bekas, kaleng oli dikumpulkan ke tempat sampah. Usai dengan pekerjaan utamanya ia mengumpulkan potongan kertas limbah percetakan untuk dijejalkan dirumahnya. Orang memperkirakan ada barang 2-3 ton kertas di gudangnya. Kertas pernah ditawar untuk dilipat jadi rupiah agar mudah dimasukkan bank, selain alasan rawan kebakaran. Sarini geleng kepala. Orang Jawa bilang ia mulai nyusuh yaitu mengumpulkan barang tanpa tujuan lantaran "bawah kesadaran." mulai mengalahkan logika. Tanda-tanda pikun.

Sebelum teori kita beralih "sudzon" bahwa Sarini ada pelihara makluk ghoib, yang mengharuskannya tidak pakai baju selama di rumah. Ada baiknya melihat beberapa contoh.

Percetakan Jaya Abadi, ia percaya kepala naga kertas ada dikawasan ini. Mulai mempertaruhkan modalnya dengan toko kecil lalu berkembang. Kalau anda pernah melihat cetakan berkilat, jangan salah. Bisa jadi sebetulnya mereka yang menggarap. Orang lain yang pakai nama tokonya. Mau istilah ngePond dsb. disini tempatnya. Sukses dengan usaha
percetakan ia melirik rumah milik bekas pejabat DKI yaitu Rio Tambunan. Rumah tersebut dibelinya beserta sebua rumah lagi. Lalu dihancurkan dan di ground zero muncul bangunan bertingkat empat. Maka rumah kami disebelahnya menjadi pygmi.

Semua gara-gara naga kertas.

Yengok Jalan Thamrin saja dilihat ahli fengshui sebagai tempat naga emas. Kepalanya terletak di bundaran Ratu Plaza, pas hidungnya mengeluarkan api, di sana Sukarno meletakkan patung orang "nyunggi gheni" - klop ada unsur api. Ekornya berada di bundaran Indosat/BI. Ini unsur air, ditandai dengan air mancur.

Apalagi ada Bank Indonesia disitu, ada emas Monas disana. hmmm suatu keadaan yang harmonis menurut kaidah Fenhshui. Landskap "kayak beginik" ini bahasa Indo Cina Semarang, cuma ada di Forbidden City Beijing, karena memang ibukota dan tanah tumpah darah Fengshui.

Harusnya Indonesia makmur melebihi Singapore, Malaysia, Hongkong lantaran ada naga emas "sugih blanak" - lalu mengapa teori saja yang muluk. Eh ahli fengshui ngeles. Yang bikin nggrecoki, buntut naga dipanah oleh Ardjuna. Padahal kudanya kuda setan, ada kuda berlari wadagnya tidak jelas, hawa negatif. Orang juga tahu Arjuna keluar jadi pemenang, lantaran Bathara Kresna yang harusnya menjadi wasit dan pengayom kedua pihak yang berseteru justru melakukan perselingkuhan politik dengan bisikan mautnya.

Kocap carito...Naga menjadi tidak stabil, tanah diatasnya tidak stabil, bencana sering terjadi. naga sering menggeliat. Lantaran di Ibukota, maka geliatnya bisa terasa ke Aceh, Yogya. Geliat lain rupiah tak kunjung stabil.

Yang masih bingung bagaimana naga kertas bisa menggibas ekornya di rumah Sarini atau percetakan Jaya Abadi, atau beberapa toko kecil ikan hias yang mampu mengirimkan 3 orang anaknya sekolah ke Australia dengan menjual lohan, cacing beku dsb. Atau maksud Feng Shui Hongkong barangkali naga "uang kertas" - segala bisa jadi duit. Tentu saja anda saya larang percaya. Namun lebih baik berteori Naga Menggeliat ketimbang menuduh orang pelihara "khadam" pesugihan, lalu massa diajak beramai-ramai membakar rumah tertuduh dan seisinya.
--

Comments

Anonymous said…
Salam Kenal pak Mimbar,
Membaca postingan-postingan anda, saya ikut terhanyut. Kata-katanya terangkai dengan sempurna. seperti membaca kumpulan essai dalam satu novel yang dibukukan. banyak memberi inspirasi bagi saya.

kalau sempat, silahkan bapak mampir di Blog saya,

http://pancaradis.questh.com
Salam kenal kenal kembali mas Pancaradis. Lha seperti dikemukakan, menjadi lansia itu katanya harus punya klangenan. Saya klangenanya ballpoint, jadi ya tiap hari mengelus pen, menulis.

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

Menu Makanan Kantin di Rig Terapung