789- Ketika Soto memiliki "Raja"

Hari sudah menanjak tinggi ketika saya menyusuri jalan sepanjang kali Malang. Perut sudah mulai demo dengan berteriak apalagi jam menunjukkan sekitar angka 3 siang lebih dimana suhu udara dilaporkan di radio sekitar 35 derajat. Saya baru beranjak dari sebuah toko bunga Kembang Alam yang menjual agar-agar untuk tanaman air dalam vas sehingga tidak dijadikan tempat budidaya nyamuk.

Lha kok kebetulan melihat plang nama yang kurang Ladzim, "Raja Soto Khas Yogya." Pertama sejak kapan ada Soto Yogya?. Sepanjang pengetahuan ada soto Sulung, soto Kadipiro, soto Soleh, Soto pak Amat, Soto Sawah tapi soto Yogya? - penasaran jilid dua adalah cara menulis dan kombinasi warna mengambil warna-warna terang seperti kuning gading, hijau pupus dari penganan cepat saji ala Jepang, MacDee, sehingga kendaraan saya belokkan ke Jalan Raya Kincan No.9 Jatibening, Bekasi. Motonya Tempat Nyaman, Parkir Luas, Harga murah dan saya berdoa semoga rasa masakannya tidak "masya'alah bin bermasalah"

Hanya beberapa mobil ada disana maklum sudah bukan waktunya makan siang. Seperti biasa saya mesti menginspeksi toilet, luar biasa rapih, bersih dan menyenangkan. Kalaupun ada gangguan adalah cara menulis kata yang kurang sreg seperti "Hanya Binatang yang tidak tahu Kebersihan.." - Kalau ini pesantren, atau sekolah mungkin kata mengingatkan ini wajar dan baik dipasang. Namun untuk konsumsi publik yang notabene pelanggan harusnya cukup dengan "Jagalah Kebersihan.." - daripada akhirnya menjadi bumerang. Selalu saja kita mengunggulkan ras lebih tinggi dari mahluk manapun hanya saja sering tingkah laku kita berada dibawah mahluk yang dikatakan hina tadi. - Protes belum saya lontarkan kepada Soto Raja yang berkepala (021) 70780101

Hal yang sama saya temui di Bakmi Japos jalan JatiMakmur, tulisan segede gajah "Kalau Pinjam Ballpoint Kembalikan!" - sepertinya ditujukan kepada pengunjung restoran yang mengutil ballpoint murahan di restoran? - sempat saya protes tulisan ini.

Atau disebuah rumah makan ala Sunda di jalan Kodau, saya tidak menemukan tempat cuci tangan kecuali kobokan mungil.Lha ini repot makannya memang afdol pakai tangan, tapi kalau kobokannya mungil begitu. Apa dijamin cukup untuk membilas kotoran ditangan. Ketika pemiliknya bilang masih tunggu pembangunan Toren,pompa air, saran saya (gratis), ambil ember, pasang wastafel, biar pengunjung menciduk air dari ember. Habis perkara.

Suasana soto raja Yogya memang didesin berlangit-langit tinggi sehingga mendapatkan sirkulasi udara yang cukup. Dengan kipas angin yang dipasang di langit-langit, suasananya bersantap tetap terasa nyaman. Lalu tersedia aqua dispenser dengan tulisan "Welcome Drink" ah ternyata tulisannya pakai satu "L" padahal citarasa Indo biasanya "lebih afdhol pakai extra L"

Konon pak Amat, pendiri sekaligus bakul Soto ini semula berjualan pikul keluar kampung pada tahun 1964-an di kawasan Tamansari Yogya. Saat hanya penduduk Yogya masih sepi digambarkan dalam sebuah lukisan penjualnya cuma mendatangi satu rumah. Lukisan ini diberi tulisan "Lukisan ini dijual" - Duapuluh tahun kemudian, sekalipun masih pakai pikulan. Penjualan soto sudah mulai mangkal dengan angkring. Kali ini dalam lukisan lain, seorang pembeli nampak menghampiri sementara dibelakangnya rumah tampak berderet-deret. Yogya 1985.

Dua dekade lagi pada 1985, soto pikulan ini sudah bermetamorfosa dan hijrah ke Jakarta membuka kedai dengan selera gaul. Sayang pramusajinya "sakit gigi" sehingga ketika saya menyoba mengorek informasi lanjut, komunikasi lebih mirip kepada gaya tulisan tertempel di toilet...Kaku..

Sampai lupa soal rasa. lalu dialog saya samarkan ketika Kim Basinger sebagai First Lady dalam Sentinel menanyakan situasi tempat peristirahatannya dipantai dalam sekala (0-9), pengawal pribadinya yang ternyata juga kekasih gelapnya mengatakan angka yang mendekati 9.

Untuk soto Raja-Jatibening, yang menyediakan soto diet (sayuran), ya saya beri 6 dari skala 9. Lalu soto Kwetiau yang memang unik.

Tapi bagi yang kangen empal tipis manis diwurwuri gorengan bawang, bacem tahu yang montok berkulit hitam manis, endog godok berkulit coklat, baceman tempe yang pecah dimulut saking lunaknya. Maka tempat bersih nyaman ini cukup memadai.

Jatibening/Rawabogo
31 Agustus 2006
Mimbar Saputro
http://mimbar2006.blogspot.com

Comments

Anonymous said…
Wah Pak Dhe..cerita soto jadi pengin pulang kampung makan soto pak jenggot yg beralamat di jalan raya pagongan slawi tegal.

Nyari soto yg ada tauconya kok susah yah Pak Dhe di bekasi...heheheh

ps: Matursuwun Pak Dhe dah di jawab, Kalau boleh minta link nagasasranya Pak Dhe, kok ngga nemu yah di gajahsora....suwun

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

774-Tongseng Serambi (masjid) Sunda Kelapa