809-Tol Jati-Asih dan Warten Ketupat Sayur

Ada yang berubah di kawasan Jatiasih-Pondok Gede semenjak bulan September 2006, raungan remaja para penikmat trek-trekan (balapan liar) sepeda motor "bebek" yang biasa unjuk gigi pada sore hari, sudah tidak nampak memenuhi ruas jalan tol Jatiwarna - Jatiasih. Sayapun kehilangan lokasi olah raga pagi yang sangat luas, beraspal, alias jalan tol. Pasalnya, se(MEN)jak ruas tol ini sudah dibuka dengan ongkos dua ribu rupiah, untuk satu trip, maka pejalan kaki harus merelakan memperkuat otot tubuhnya cukup dipinggiran jalan tol. Sebuah fasilitas mewah yang gratis, usai sudah.

Menurut penjaga pintu tol, seminggu menjelang lebaran, ruas tol menuju Cikampek akan dibuka dan seminggu setelah lebaran akan ditutup. Jadi kemungkinan besar anda para pemudik lebaran 2006 akan melalui rumah saya.

Di mulut pintu tol Jatiasih, ada wartend Ke(t)upat Sayur yang sepertinya tak putus dirundung pelanggan dari kelas roda dua sampai roda empat. Umumnya pekerja "komuter" dari Bekasi -Jakarta dilihat dari wajah yang letih, berlemak, jaket tebal, baju yang kusut dan cara makan yang "ngethekut" alias lahap tanpa koma..

Ketika harlogie mendekati digital 23:00-an, pas perut tiba-tiba lapar. Saya langsung parkir di halaman komplek yang cukup besar. Sebuah service komputer memajang spanduk dengan nomor Jalan JatiAsih No50A. TKP antara pintu masuk dengan pintu keluar, utara jalan Raya Jatiasih. Tapi tirai Tenda Ketupat Sayur cabang Kebun Jeruk, menulis singkat Jalan KomsenD (pakai D). Siang hari, tempat ini adalah arena para montir mobil.

Sebuah kuali logam ukuran jumbo nampak sarat dengan kuah dan potongan daging seperti usus, ginjal, hati, babat, yang begitu empuk sehingga kalau kata orang Citayam "kagak ngelawan kalau ditimpali garpu" maksudnya begitu lunak. Tatkala saya menghempaskan tubuh di bangku kayu panjang, sambil meraih sebungkus emping melinjo, kulirik wajan bak sungai dimusim kemarau. Kuah dan daging tampak mulai surut. Lha rak tenan. Dugaan saya betul. penjual mendeklarasikan kebulatan tekad bahwa bahwa Ketupat Sayur tandas. Maklum banyak yang membawa makanan dalam tas kresek hitam, untuk disantap di rumah.

Saya bicara mengenai jurusan Ketupat Sayur.

Sajian lain yang tersedia disini adalah bebek goreng, tahu, tempe, memenuhi etalase kaca sehingga pembeli tinggal main tunjuk apa yang diinginkan. Yang istimewa adalah usus dan ampela bebek, digoreng kering sampai begitu renyah. Masakan ini memang teman baik lauk nasi uduk. apalagi ada sambal colek kacang bertabur gorengan bawang.

Wuih wuih..

Tetapi bagi yang bermasalah dengan Kolesterol, mohon maaf. Lalu bagi yang berlidah kurang "njawani" alias lebih doyan asin-asin, "nyuwun sewu", karena rasa kuah dan irisan hijau keputihan dari labu siam memang resep antik bumbu Batavia featuring Porong-Java.

Mumpung bulan puasa. Kalau waktu berbuka puasa sudah mepet untuk pulang kerumah, maka di jalan Raya Jati Asih no 50A, depan pintu tol Jati Asih, sekali lagi dekat Service Komputer dan penjual barang Cindera Mata. Adalah alternatip yang perlu dilirik.

Mereka memang buka setelah jam 4:30 sore. Dan harus siap antri lantaran peminatnya berjubel.

Pengunjung satu persatu sudah meninggalkan bangku. Ada yang dengan wajah "kuciwa" sebab kehabisan iso-babat kesukaannya. Sayapun harus bergegas pulang.

Dua porsi ketupat sayur, dengan irisan labu siam, bertabur bawang goreng, lalu semangkok sayur santan terdiri dari dua potong hati, dua potong kulit kaki. Masih kurang puas, semur telur dan kentang, sebuah gorengan ati-ampela (bebek), dua bungkus emping, dua gelas es teh dengan aroma kencang "Tong Ji" - menyodorkan rekening duapuluh ribu rupiah plus seribu rupiah. Betul-betul harga super bazaar.

Ada satu rasa penasaran belum terjawab, ada dua "glundungan" - kubis van kol, kira-kira untuk apa ya. Ini memang lakon lain dari de kubis code...

Friday, September 22, 2006

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

Menu Makanan Kantin di Rig Terapung