820-Lebaran di Rig Pengeboran Australia Lagi....

Ada yang tanya bagaimana lebaran di Rig Australia. Saya terpaksa bilang "prihatin" - apalagi di rig yang bercokol "sak-thil" satu-satunya mudlogger dari Asia.

Padahal, biasanya pagi-pagi begini (lebaran) saya sudah sibuk di Lampung bersama ayah dan adik-adik ke lapangan (bank) Mandiri, ketemu pensiunan Polisi dan tak lupa anak-anaknya, memandang wajah remaja putri bersiap salat dibalik telekung alias mukena serasa mendapatkan samudra kedamaian. Ternyata memang ada benarnya orang bilang, kecantikan terpancar dari lubuk jiwa.

Lalu saya ngelangut (memandang kosong kedepan). Membalik jam waktu.

Puluhan tahun lalu di Teluk Betung Bandar Lampung, kampung NagaMas, dalam suasana sembahyang Ied versi Pemerintah kerap saya lihat di saf terdepan ada beberapa tempat ompong, padahal jamaah sampai luber ke jalanan. Ternyata ruang itu adalah jatah bagi pejabat yang begitu sibuknya "mengabdi negeri" sampai sembahyang yang cuma setahun sekali membuatnya telat datangnya. Maka bagusnya lebaran adalah cuci gudang dosa, dasar "ember", sempat-sempatnya kami membahas soal Quota yang tak "pener" tetapi lazim di negeri ini.

Di satu tempat di Hotel Purosani Yogya, (dulu), saya pernah ditugaskan menyeponsori suatu pertandingan sport yang paling tidak disukai bekas Menteri Daud Yusuf. Malamnya masih menyeponsori acara ramah tamah makan makan.

Merasa tugas sudah dilaksanakan, saya dekati salah satu panitia yang notabene teman tapi mudlogger, lantas menjadi birokrat di perusahaan minyak. Teman tadi menjadi tidak mesra. "Jangan duduk disitu , itu untuk bos..." - padahal ada beberapa bangku kosong disana. Lalu saya berdiri dan meninggalkannya sambil saya perhatikan bahwa acara ramah tamah sudah berlalu lebih setengah jam, satu jam sampai hampir selesai, sang bos tak kunjung tiba. Bak siang dengan malam ketika dia eh beliau menilpun saya di kantor (dulu) memohon agar membantunya dengan menjadi sponsor even olahraga dan resepsi yang ditanganinya. Maksudnya ingin laporan gitu, namun nampaknya tindakan tadi dianggap menyalahi tata krama kalangan birokrat.

****

Kemudian saat menjadi mudlogger bekerja di perusahaan yang warna dan napasnya berslogan pemilik aseli Negeri Adiluhung Bernorma Ketimuran Kental, bermental pekerja kelas Dunia, saat makan tiba biasanya mudlogger selalu datang lebih awal. Bagaimana tidak kaget ketika sang Chief Steward, sempat berbisik "makannya nanti menunggu bapak anu selesai (dahar, santap)...." - akibatnya kalau sempat ya ditangsel Mie Cepat Saji, atau jajan ke kampung-kampung.

Senior saya bercerita, dalam acara Halal Bihalal Iedhul Fitri seorang merasa dilecehkan karena disilakan duduk dibarisan bukan terdepan. Ia tidak perduli lantaran datang terlambat, barisan depan telah penuh.

Ini semuanya tidak terlepas pendidikan masa kecil kalau mau makan, harus tunggu Ayah datang. Sementara sang anak yang memang boros BBM lantaran untuk pertumbuhan badan dan otak harus menekan lapar. Bisa jadi sang ayah yang ditunggu sebetulnya sudah makan kecil di kantor dan berpura-pura makan di rumah demi menyenangkan sang Istri.

****

Saat pertemuan pagi, atau tengah malam atau mingguan di Rig Australia misalnya, peserta kelas krocuk boleh saja datang duluan dan duduk di kursi yang biasanya untuk pemimpin rapat. Sekalipun bos, kalau datang terlambat konsuensinya harus berdiri, atau nggelesot disebelah mudlogger "die hard". Pernah sekali darah "timur adiluhung" saya bangun. Saya berdiri memberikan tempat kepada sang Company Man. Ini sih rela-rela saja, mengingat saya bukan pembicara. Lho kok Marty, 28tahun, bilang you sit there, I am here (berdiri). Mungkin itu juga asalnya istilah SID (Standing Instruction to Driller). Yaitu rencana kerja yang disosialkan sambil berdiri sesaat sebelum pekerjaan sesungguhnya dimulai.

Begitu saat makan tiba. Seorang petugas Janitor, habis keringatan merapikan kamar mandi kami misalnya, enak saja ambil piring, pisau dan garpu. Enteng saja duduk di depan Company Man, dan makan sambil ngobrol. Tidak ada urusan dengan "jaim" atau tuduhan keladuk-laduk - bersikap terlalu bebas dan berani.

Seperti juga di pemberhentian bis. Kalau sudah waktunya bis nomor 32 yang melewati jalan MillPoint datang jam 15:38, maka anda yang datang saat 15:39 atau lebih sedikit, jangan mencoba berlari didepan supir sambil menebar iba agar dibukakan pintu sebab akan ditolak, dan menunggu bis nomor 32 selanjutnya yang akan datang satu jam lagi. Di Jakarta bus kota, angkot begitu memanjakan penumpang sehingga mereka mau berhenti, mengangkat dan menurunkan penumpang sesuai perintah penumpang.

Meminjam istilah para dietician "kamu adalah yang kamu makan", maka di Australia berlaku istilah kamu adalah bagaimana kamu mengatur waktu. Bangsa mau maju, jangan mau terlambat. Kalau terlambat, konsekuensinya jangan minta dispensasi diprioritaskan.

Nampaknya, kita memang ompong di soal yang satu ini.

Be prepare, or be behind.


Tuesday, 24 October 2006
http://mimbar2006.blogspot.com

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

774-Tongseng Serambi (masjid) Sunda Kelapa