Menulis Buruk ala Laksana
Ada nasehat pakar menulis yang nyeleneh. Ia, Laksana bilang "Menulislah dengan buruk, alinea melompat-lompat, alur cerita kacau, bahasa amburadul. Istilahnya menulis "sampah".
Ini teori menulis apaan...?
Ada sih "Menulis itu gampang," tulisan sang legendaris Arswendo. Atau "Menulis nggak perlu bakat". Tetapi mahzab menulis itu harus ngawur. baru ini saya dengar.
Lagian ini "kosok-bali" kebalikan dogma di sekolah bahwa setiap kalimat harus lengkap, satu alinea dengan alinea lain harus saling melengkapi? - Contohnya "Ali digigit oleh anjing itu" - tapi jangan lupa saat pelajaran mengarang diumumkan para murid akan berkata "Shhh, Ahhh, Sial...Mengarang lagi, reseh".
Aku kan kepengen jadi Penerbang, atau cita-citaku ingin menjadi DokteLLL. Sementara anak yang suka orat-oret menjadi aneh di mata teman-temannya.
Lebih extrem lagi penulis Buku Sastra terbaik 2005 pilihan majalah Tempo malahan menganjurkan kalau perlu copot tombol yang namanya "backspace" - sebab tombol itu tidak perlu dipakai, malahan kalau perlu jangan pakai komputer. Cari pensil dan kertas. Lalu tulis serampangan...
Eh dia malahan mengutip ucapan diplomat Amerika, "Orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, atau takut melakukan kesalahan, adalah orang yang tidak pernah menghaslkan apa-apa"
Setelah sempat membuat saya "yak ubeng" atas pikirannya, mas Gondrong ini mengambil contoh George Lucas ketika mencari tokoh dalam Star Wars. Ia kepikiran keras bentuk mahluk angkasa luar, apa harus meniru seperti filem lainnya yaitu berlendir, giginya besar-besar, bentuknya mirip reptil? - itu sih tidak kreatip.
Di sebuah tempat penimbunan sampah. Melihat belatung, lalat, gombal sampai akirnya dia melihat sesuatu, sebuah boneka bebek yang gosong. Dan ngocorlah ide bentuk fisik manusia angkasa luar.
****
Benang merah dari team pengajar "Menulis" dari Jakarta School yang 2 jeti sekali kursus, tadi adalah kalau kita menulis, pertama-tama buatlah karangan serampangan. Ngocor saja seperti pancuran air di sawah.
Jangan adu kekuatan antara kreasi dan edit. Misalnya baru nulis kata Pada Suatu Hari lalu buru-buru tekan backspace lantaran merasa Norak Abizz. Apaan tuh? mau dongeng Kancil Nyolong Timun? Hare Geneh?. Atau saat membuka kata "Embun menepi tatkala matahari mengirimkan sinarnya", "Setip Maning Son" emang Bos pengarang Pujangga Baru.
Laksana bilang, "hantam saja" perkara Norak bin Kampung, atau Kuno ibn Kino, kacauwati binti nggak ngaruh" tetap tulis. Itu bagus, itu pertanda ada janin menulis.
Daripada...
Nah ini daripada..yang mana..Apabila
Kepingin nulis yang mutu, sempurna, bernilai, yang sip. Tapi masih berupa kertas putih...Ya boong. Nah kalau "draft" sudah terbentuk, baru ngurusi masalah editing....
Moral story: Daripada membangun Hacienda di lahan Beverly Hills, rencananya. Mending buat pondok tapi di RawaBogo, realisasinya
2/28/2006
Ini teori menulis apaan...?
Ada sih "Menulis itu gampang," tulisan sang legendaris Arswendo. Atau "Menulis nggak perlu bakat". Tetapi mahzab menulis itu harus ngawur. baru ini saya dengar.
Lagian ini "kosok-bali" kebalikan dogma di sekolah bahwa setiap kalimat harus lengkap, satu alinea dengan alinea lain harus saling melengkapi? - Contohnya "Ali digigit oleh anjing itu" - tapi jangan lupa saat pelajaran mengarang diumumkan para murid akan berkata "Shhh, Ahhh, Sial...Mengarang lagi, reseh".
Aku kan kepengen jadi Penerbang, atau cita-citaku ingin menjadi DokteLLL. Sementara anak yang suka orat-oret menjadi aneh di mata teman-temannya.
Lebih extrem lagi penulis Buku Sastra terbaik 2005 pilihan majalah Tempo malahan menganjurkan kalau perlu copot tombol yang namanya "backspace" - sebab tombol itu tidak perlu dipakai, malahan kalau perlu jangan pakai komputer. Cari pensil dan kertas. Lalu tulis serampangan...
Eh dia malahan mengutip ucapan diplomat Amerika, "Orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, atau takut melakukan kesalahan, adalah orang yang tidak pernah menghaslkan apa-apa"
Setelah sempat membuat saya "yak ubeng" atas pikirannya, mas Gondrong ini mengambil contoh George Lucas ketika mencari tokoh dalam Star Wars. Ia kepikiran keras bentuk mahluk angkasa luar, apa harus meniru seperti filem lainnya yaitu berlendir, giginya besar-besar, bentuknya mirip reptil? - itu sih tidak kreatip.
Di sebuah tempat penimbunan sampah. Melihat belatung, lalat, gombal sampai akirnya dia melihat sesuatu, sebuah boneka bebek yang gosong. Dan ngocorlah ide bentuk fisik manusia angkasa luar.
****
Benang merah dari team pengajar "Menulis" dari Jakarta School yang 2 jeti sekali kursus, tadi adalah kalau kita menulis, pertama-tama buatlah karangan serampangan. Ngocor saja seperti pancuran air di sawah.
Jangan adu kekuatan antara kreasi dan edit. Misalnya baru nulis kata Pada Suatu Hari lalu buru-buru tekan backspace lantaran merasa Norak Abizz. Apaan tuh? mau dongeng Kancil Nyolong Timun? Hare Geneh?. Atau saat membuka kata "Embun menepi tatkala matahari mengirimkan sinarnya", "Setip Maning Son" emang Bos pengarang Pujangga Baru.
Laksana bilang, "hantam saja" perkara Norak bin Kampung, atau Kuno ibn Kino, kacauwati binti nggak ngaruh" tetap tulis. Itu bagus, itu pertanda ada janin menulis.
Daripada...
Nah ini daripada..yang mana..Apabila
Kepingin nulis yang mutu, sempurna, bernilai, yang sip. Tapi masih berupa kertas putih...Ya boong. Nah kalau "draft" sudah terbentuk, baru ngurusi masalah editing....
Moral story: Daripada membangun Hacienda di lahan Beverly Hills, rencananya. Mending buat pondok tapi di RawaBogo, realisasinya
2/28/2006
Comments