848 - Mister "406"

Zonder Dial.
Memesan taxi di Australia (saya bicara Perth, Australia Barat) yang sekarang sedang kepanasan, cukup dengan angkat tilpun yang tersedia di Lobi hotel zonder memutar dial, otomatis sistem komputer perusahaan taxi langsung mengenal lokasi geografi sang penilpun. Setelah suara di ujung sana menjawab, sebutkan nama, dan jam booking yang diinginkan. Bila dirasa waktu jemputan dengan keberangkatan pesawat terlalu mepet, pihak operator taxi wajib memberikan saran agar waktu booking dimajukan lebih awal guna mengantisipasi kemungkinan macet dijalan.
Ada semacam skala prioritas tertinggi bagi pemesan taxi yang hendak bepergian ke bandara. Jadi kalau kebetulan dalam satu hotel ada pemesan lebih dari satu taxi dengan jam yang bersamaan. Bisa dipastikan pemesan tujuan ke Airport mendapat kesempatan dijemput terlebih dahulu. Sekalipun pemesan lain sudah menilpun beberapa menit lebih awal.
Cilakanya sampai sekarang, orang Australia masih sering kepleset mengeja nama berbau Indonesia saya sehingga diputuskan untuk berpuas diri dengan panggilan sesuai dengan nomor kamar. Kali ini saya dipanggil Mr Room 406.
Biasanya jarak dari hotel ke Airport tak lebih 20menit dengan cara mengemudi "lansam" - disitu saya biasanya menambah perpus dengan ngobrol soal cuaca, hujan sampai akhirnya menohok ke riwayat hidup sang supir. Kalau mereka jujur dalam pengakuan. Minimal gelar S1 sudah mereka kantongi. Banyak yang pensiunan, lalu berinvestasi dengan membeli sedan untuk di taksikan.
Berbicara dengan pengemudi taxi jauh lebih mudah. Pasalnya mereka umumnya berasal dari Yunani, Somali, Pakistan, India, Portugis, Iran sehingga berbahasa Inggrisnya lebih "ngegroove" di telinga dengan kecepatan semburan beda tipis dengan kemampuan gendang telinga melayu. Sementara orang Australia selalu berbicara lebih mitraliur dengan variasi "slang" yang penuh pernik, cukup membuat mesin penerjemah alami terseok-seok.
Yang menarik, pengemudi hampir seragam dalam memberikan jawaban, misalnya "Saya tidak perlu tidur sambil kelonan dengan jam weker. Tidak kuatir terlambat berangkat kerja.."ujar Mahmud sarjana Listrik dari Iran.

"Dengan menjadi supir taxi, saya bisa pulang sesuka saya tanpa harus sungkan dengan absensi dan kondite saya di perusahaan. Kalau saya butuh uang, saya tinggal memperpanjang jam kerja saya. Tanpa harus berdebat dengan manager soal laik tidaknya ambil lembur. Di samping penghasilan saya jauh tak kalah dengan para pekerja kantoran. Memang tidak pakai dasi. Mungkin alasan mengapa menarik taksi kurang disukai" kata Amjad sarjana Geologi keturunan Pakistan.

Lantas saya lakukan cek silang dengan seorang mudlogger yang lulusan Geologi Sydney dan berpengalaman selama lima tahun menjadi supir taxi. Dia mengaku memang penghasilan perminggunya cukup rupawan. Namun toh pekerjaan tersebut terpaksa ditinggalkannya. Pasalnya kebiasaan makan daging kambing, minum susu full cream, dan mengabaikan sayuran mengakibatkan ada gangguan di pinggang sehingga ia tidak bisa berlama mengemudikan taxi dan memilih menjadi mudlogger.

--
12/25/2006
Mimbar Bb. SAPUTRO
Text Msg: +62811806549

Apa yang menarik dari menonton ulang Sister Act-2 yang di mainkan oleh artis hitam, Whoopie. "Kalau setiap bangun pagi tetap hal yang diingat mula-mula adalah ingin menulis, maka sebenarnya adalah penulis. Sekalipun belum menghasilkan sepotong tulisan..."

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

Menu Makanan Kantin di Rig Terapung