842 - Hari-hari di Kapal Pengeboran Laut (1)
Hari pertama, kapal sudah siap meninggalkan lokasi lama menuju lokasi baru. Maksud sebuah lokasi adalah bilamana kami sudah berhasil melubangi perut bumi sampai ke bagian yang diduga mengandung cairan amat berharga yaitu minyak dan gas. Lho gas juga cairan, sebab saat berada di pelukan ibu alam, gas berujut cairan. Ada lima jam kami berlayar dengan membawa 87 penumpang, diantaranya 10 petugas jasa boga dan 40 karyawan pengeboran. Saya termasuk kelompok operator atau sering disebut pihak ketiga.
Jam 6 pagi kami sudah mulai menebar jangkar nomor6. Mungkin agak berbeda dengan penurunan jangkar yang dilakukan oleh kapah Jatra antara Merak-Bakahuni. Agar bisa melekat didasar laut, jangkar diserah-terimakan kepada kapal tunda. Suaranya bergemuruh, belum lagi kapal seperti digoyang-goyangkan oleh raksasa penunggu laut.
Tiga jam kemudian, jangkar nomor2 di lego, mengikuti jangkar nomor7, nomor 3. Ada delapan jangkar, namun secara efisien dengan keempat jangkar diposisinya selama kapal tidak bergerak, maka pengeboran sudah bisa dimulai sementara sisa jangkar lainnya (4) menyusul kemudian.
Tahap selanjutnya sambil menunggu jangkar terendam lebih dalam (karena berat) dan karena di tegangkan, maka rig mulai ditenggelamkan sebagian. Caranya pihak pemegang komando ballast mulai memompakan air kedalam kapal. Mula-mula kapal ditenggelamkan sekitar 15 meter, lalu setelah semua stabil, ditenggelamkan lagi sampai total 25meter.
Sekarang kapal sudah siap, dan rig mulai menurunkan rangkaian alat pengeboran. Tahap pertama kami mengebor dengan pahat yang berdiameter 30inci atau 0,9meter. Di dasar laut, kami sudah menurunkan robot penyelam yang kami sebut sebagai ROV atau Remote Operating Vehicle. Robot ini memiliki mata yang bersinar terang, dan tangan-tangan mekanis sehingga bisa memutuskan kawat, tali bahkan mencapit ikan yang berseliweran.
Dengan bantuan ROP maka rangkaian alat bor yang kami namakan BHA singkatan dari Bottom Hole Assembly perlahan mulai mendekati dasar samudra. Anda membayangkan apa jadinya orang menurunkan pipa ditengah gelombang, angin tanpa bantuan mata robot. Bisa-bisa mata bor menabrak dasar samudra dan bengkok. Kalau pernah naik sampan yang sedang berlabuh di pinggir sungai, maka rasakan sensasi diombang-ambingkan gelombang. Yang ini mirip namun skala lebih besar.
Agar mata bor tidak melenceng (disebut melenceng kalau keluar dari radius 5 meter), maka ada alat pemamdu berupa corong yang dinamakan TGB atau temporary guide base. Corong harus duduk dalam keadaan relatif tegak. Kalau anda mencoba menembus kedalaman lautan 150meter lebih terang mustahil. Tapi robot bisa membaca "bola" yang memang sengaja dipasang di guide tadi dan mengaturnya manakala kedudukannya miring. Begitu matabor menyentuh lantai lautan, maka dicatat berapa kedalaman dari lantai bor ke dasar laut. Jarak antara lantai bor dengan permukaan laut biasanya antara 25 sampai 30 meter, lalu jarak dari muka laut ke dasar lautan itu yang umumnya bervariasi. Hasil pengukuran kami menunjukkan bahwa dari lantai menara ke dasar laut adalah 150meter.
Mendapatkan angka 150meter juga tidak semudah orang beli kain di toko tekstil, masih harus ada koreksi terhadap laut pasang/laut surut. Kalau berdasarkan meteran kita menghasilkan angka 154meter, namun laut sedang pasang 2 meter, maka kedalaman laut adalah 152meter. Orang menamakan ini sebagai "tide correction"
Maka tibalah waktu yang ditunggu-tunggu. Mata bor mulai diputar oleh mesin bertenaga tinggi, dasar laut mulai terlihat keruh karena diacak-acak sambil dipompakan lumpur dengan kecepatan debit pompa 500 gallon permenit dan perlahan ditingkatkan menjadi 1000 galon per menit. Diujung matabor ada nozzle kecil sehingga memberikan impak tekanan yang dahsyat dalam merusak batuan disekitarnya.
Waktu bit menajak tadi disebut waktu tajak atau "spud in" - dan lahirlah sebuah sumur atau lubang baru, yang dinamakan XX4.
Lubang baru yang berukuran sesuai dengan ukuran matabor ini nantinya hanya mengebor relatif dangkal. Paling sampai 200meter, lalu pengeboran distop. Rangkaian bor yang termasuk didalamnya BHA dan pipa bor dicabut kepermukaan, diurai dan disandarkan dikaki menara. Ha ketahuan mengapa menara pengeboran selalu tinggi sebab selain untuk menyenderkan pipa bor, juga tempat orang bekerja. Bayangkan kalau anda memegang pipa bor sepanjang 10meter, dengan berat mendekati satu ton. Perlu kerekan bukan.
Lalu kedalam lubang ini dimasukkan pipa baja yang ukurannya lebih kecil. Biasanya standar adalah 30inci atau 0.762m, dengan ketebalan baja sekitar 2inci. Nanti bila baja ini sudah masuk satu demi satu pakai ulir. maka masih ada sisa ruang antara 36inci dengan 26inci yang menyerupai ruang berbentuk cincin sehingga dinamakan annular. Rongga ini tidak boleh dibiarkan terbuka. Lalu orang memompakan cairan semen kedalam rongga cincin tadi. Hanya bedanya kalau di darat orang mengecor dari atas dituangkan ke bawah. Disini dibalik, dari dasar lubang dipompakan ke atas. Begitu semen mulai mengeras, maka satu sisi semen melekat pada dinding lapisan batuan, satu lagi melekat pada selubung baja. Tapi kami dipengeboran menggunakan istilah selubung baja dengan "casing."
Mimbar Bambang Saputro
Jam 6 pagi kami sudah mulai menebar jangkar nomor6. Mungkin agak berbeda dengan penurunan jangkar yang dilakukan oleh kapah Jatra antara Merak-Bakahuni. Agar bisa melekat didasar laut, jangkar diserah-terimakan kepada kapal tunda. Suaranya bergemuruh, belum lagi kapal seperti digoyang-goyangkan oleh raksasa penunggu laut.
Tiga jam kemudian, jangkar nomor2 di lego, mengikuti jangkar nomor7, nomor 3. Ada delapan jangkar, namun secara efisien dengan keempat jangkar diposisinya selama kapal tidak bergerak, maka pengeboran sudah bisa dimulai sementara sisa jangkar lainnya (4) menyusul kemudian.
Tahap selanjutnya sambil menunggu jangkar terendam lebih dalam (karena berat) dan karena di tegangkan, maka rig mulai ditenggelamkan sebagian. Caranya pihak pemegang komando ballast mulai memompakan air kedalam kapal. Mula-mula kapal ditenggelamkan sekitar 15 meter, lalu setelah semua stabil, ditenggelamkan lagi sampai total 25meter.
Sekarang kapal sudah siap, dan rig mulai menurunkan rangkaian alat pengeboran. Tahap pertama kami mengebor dengan pahat yang berdiameter 30inci atau 0,9meter. Di dasar laut, kami sudah menurunkan robot penyelam yang kami sebut sebagai ROV atau Remote Operating Vehicle. Robot ini memiliki mata yang bersinar terang, dan tangan-tangan mekanis sehingga bisa memutuskan kawat, tali bahkan mencapit ikan yang berseliweran.
Dengan bantuan ROP maka rangkaian alat bor yang kami namakan BHA singkatan dari Bottom Hole Assembly perlahan mulai mendekati dasar samudra. Anda membayangkan apa jadinya orang menurunkan pipa ditengah gelombang, angin tanpa bantuan mata robot. Bisa-bisa mata bor menabrak dasar samudra dan bengkok. Kalau pernah naik sampan yang sedang berlabuh di pinggir sungai, maka rasakan sensasi diombang-ambingkan gelombang. Yang ini mirip namun skala lebih besar.
Agar mata bor tidak melenceng (disebut melenceng kalau keluar dari radius 5 meter), maka ada alat pemamdu berupa corong yang dinamakan TGB atau temporary guide base. Corong harus duduk dalam keadaan relatif tegak. Kalau anda mencoba menembus kedalaman lautan 150meter lebih terang mustahil. Tapi robot bisa membaca "bola" yang memang sengaja dipasang di guide tadi dan mengaturnya manakala kedudukannya miring. Begitu matabor menyentuh lantai lautan, maka dicatat berapa kedalaman dari lantai bor ke dasar laut. Jarak antara lantai bor dengan permukaan laut biasanya antara 25 sampai 30 meter, lalu jarak dari muka laut ke dasar lautan itu yang umumnya bervariasi. Hasil pengukuran kami menunjukkan bahwa dari lantai menara ke dasar laut adalah 150meter.
Mendapatkan angka 150meter juga tidak semudah orang beli kain di toko tekstil, masih harus ada koreksi terhadap laut pasang/laut surut. Kalau berdasarkan meteran kita menghasilkan angka 154meter, namun laut sedang pasang 2 meter, maka kedalaman laut adalah 152meter. Orang menamakan ini sebagai "tide correction"
Maka tibalah waktu yang ditunggu-tunggu. Mata bor mulai diputar oleh mesin bertenaga tinggi, dasar laut mulai terlihat keruh karena diacak-acak sambil dipompakan lumpur dengan kecepatan debit pompa 500 gallon permenit dan perlahan ditingkatkan menjadi 1000 galon per menit. Diujung matabor ada nozzle kecil sehingga memberikan impak tekanan yang dahsyat dalam merusak batuan disekitarnya.
Waktu bit menajak tadi disebut waktu tajak atau "spud in" - dan lahirlah sebuah sumur atau lubang baru, yang dinamakan XX4.
Lubang baru yang berukuran sesuai dengan ukuran matabor ini nantinya hanya mengebor relatif dangkal. Paling sampai 200meter, lalu pengeboran distop. Rangkaian bor yang termasuk didalamnya BHA dan pipa bor dicabut kepermukaan, diurai dan disandarkan dikaki menara. Ha ketahuan mengapa menara pengeboran selalu tinggi sebab selain untuk menyenderkan pipa bor, juga tempat orang bekerja. Bayangkan kalau anda memegang pipa bor sepanjang 10meter, dengan berat mendekati satu ton. Perlu kerekan bukan.
Lalu kedalam lubang ini dimasukkan pipa baja yang ukurannya lebih kecil. Biasanya standar adalah 30inci atau 0.762m, dengan ketebalan baja sekitar 2inci. Nanti bila baja ini sudah masuk satu demi satu pakai ulir. maka masih ada sisa ruang antara 36inci dengan 26inci yang menyerupai ruang berbentuk cincin sehingga dinamakan annular. Rongga ini tidak boleh dibiarkan terbuka. Lalu orang memompakan cairan semen kedalam rongga cincin tadi. Hanya bedanya kalau di darat orang mengecor dari atas dituangkan ke bawah. Disini dibalik, dari dasar lubang dipompakan ke atas. Begitu semen mulai mengeras, maka satu sisi semen melekat pada dinding lapisan batuan, satu lagi melekat pada selubung baja. Tapi kami dipengeboran menggunakan istilah selubung baja dengan "casing."
Mimbar Bambang Saputro
Comments