Cukur

Para petani ikan Citayam, biasanya menyatakan ukuran seekor ikan kecil sepanjang 10-12 cm dengan ukuran istulah ukuran "silet". Padahal tidak ada hubungan antar gurami dengan silet kecuali memang bentuknya yang pipih sering tampak seperti silet (kalau guraminya kurus luar biasa). Ngobrol disuatu siang dengan teman-teman se kantor lalu ngelantur ke cukur jenggot dan kumis, akhirnya pembicaraan beralih kepada berapa lama rata-rata pisau silet non electric yang disposable (double atau tripple blade) bisa bertahan setelah dipakai paling tidak sehari sekali?. Saya bilang bisa 3-6 bulan, tetapi teman-teman bilang 2 minggu sudah majal. Lho bisa? apa ada kesalahan prosedur.

Saya biasanya pakai pisau silet gagang biru yang double blade disposable (gagang dan pisaunya dibuang kalau sudah majal), sudah lama saya putus dengan silet yang bermata tipis dan bersegi dibalut pakai kertas, sebab selain membutuhkan ruang cukup besar, mata pisaunya memerlukan penanganan khusus. Beda dengan jenis disposable yang biasanya ada helmnya sehingga kepala pisau tetap aman.

Kalau mau gampang, ambil model terbaru sebab belum sempat dipalsu. Kalau modelnya agak lama atau sudah pakai "refill" biasanya sudah tiruan. Kalau sudah kena yang palsu, baru dipakai sekalipun jenggot dan kumis terasa di cabut pakai tang.

Bagi saya, mencukur jenggot dan kumis adalah ritual nya lelaki. Upacara korban "yang modern untuk menyambut datangnya mentari pagi," It's a man's ritual. A kind of modern sacrificial rite to welcome the sunrise."

Tapi beberapa pada tahun 2006, saya mendatangi pak Barbir di jalan Kodau, Pondok Gede. Orang pada heran dengan rambut nyaris hanya tinggal bergantung ditebing kepala, apanya sih yang akan dicukur. Padahal rambut botakpun (walau tidak 100%) kalau tidak ketukang cukur satu bulan saja rambut mulai tumbuh tidak sama panjang, dan jelas nampak makin buruk saja. Lalu barbir bilang, mau di-"kerik, pak!."

Terang saja saya jawab dengan "manstab" - sebab sedari dulu baru dicukur kalau ujung rambut di"kerik" sehingga nampak batas antara rambut dengan kepala seperti slebor becak.

Ah tidak sampai 10 menit, rambut puso saya sudah dibabat tipis. Sambil merem-melek ngantuk, saya lirik tangannya merogoh sebilah silet, lalu dia bergerak dibelakang saya dan "mak sret" ternyata rambutku di kerok dari atas sampai ke hulu peledak. Dan itulah hari dimana saya gundul-pacul. Rupanya mas Barbir punya dua istilah kalau di kerik itu berarti digunduli, kalau di kerok, hanya ditipiskan pinggirannya.







TIPS
Sebaiknya bercukur setelah mandi (shower) dengan air hangat sebab air hangat mampu melunakkan jenggot atau kumis, membuka pori-pori kulit dan sekaligus embersihkannya.

Yang baik adalah dengan mengoleskan Pre-shave Oil untuk melindungi kulit dan melunakkan jenggot. (optional)

Oleskan shaving cream atau shaving soap. Jangan menggunakan foam atau gel yang mengandung benzocaine atau menthol sebab kedua zat tersebut cenderung menutup pori dan bulu jadi kaku. Tukang cukur kuno biasanya menggunakan kuas buntut kuda untuk mengoleskan sabun. Rasanya kalau sedang diolesi buih sabun saya merasa seperti di filem wild west. Sabun antiseptik juga dianjurkan disini.

Bercukur dengan mengikuti arah rambut. Jangan melawan arah rambut. Jangan menggunakan pisau cukur dengan tekanan berlebihan berat sebab hanya menimbulkan sensasi panas dan melukai kulit. Selesai bercukur, gunakan After Shave yang free alkohol. Banyak yang salah kaprah dengan menggunakan cologne. Toh pikirnya sama-sama wangi. Barang ini(cologne) mengandung 90% alkohol, Hiiiy pedih.

Bersihkan pisau cukur dengan memasukkannya kedalam air hangat sambil digerak-gerakkan dalam air hangat untuk melepaskan sisa sabun dan bulu. Dengan cara demikian pisau anda bisa tahan 3-6 bulan seperti yang sudah diuji di dapur.

Date: Mon Nov 25, 2002 10:34 am


Komentar:

Pak Mim, Waktu saya baru cari kerja di Jakarta, berbicara dengan seorang teman yang
sudah lebih dulu diterima bekerja, soal cukur kumis dan jenggot dalam konteks persiapan test interview. Kata teman ini, supaya kelihatan rapi, selain pakaian, kumis dan jenggot juga mesti dirapikan. Teman ini memberi saran, jenggot dan kumis sebaiknya dicukur sore atau malam hari sebelumnya, supaya pada saat interview muka (bekas jenggot/kumis) sudah tidak terasa perih/panas, karena perasaan tidak nyaman ini bisa mengganggu konsentrasi. Sarannya masuk akal dan saya ikuti. Mungkin juga saran ini diberikan karena teman ini tahu, silet yang saya pakai bermerek "T" yang jarang dikenal orang.

Salam,
Nengah



Parkera cukur-mencukur saya lantas ingat dulu awal tahun 1985 ... waktu itu saya baru pindah dari Getty Oil International ke American Overseas Inc.Amoseas) ..soalnya Getty Oil di beli Texaco .. lha Texaco disini di wakili sama Caltex dan Amoseas ... Waktu TCM-OCM bos-bos Texaco datang ... terus Exploration Manager Amoseas (waktu itu Noel Hazanow) ndatangin saya dan bilang bahwa jenggot dan kumis saya sebaiknya dicukur licin. Lho kenapa...?

Soalnya bos-bos Texaco gak suka jenggot .. penginnya kita licin-licin klimis gitu. Terus saya bilang bahwa kalau saya cukur klimis maka wajah saya seperti anak kecil.. juga istri saya penginnya saya kumisan dan jenggotan kok ...jadi ya no way-lah mister... Sembari bersungut-sungut beliaunya berlalu ... Tak berapa lama kemudian seorang bule Getty Oil yang juga jenggotan en kumisan lebat(George Roskozky) ndatengin saya dan tanya apakah si Noel nyuruh saya cukur klimis .. Waktu saya bilang iya... dianya tanya lagi apakah saya mau cukur nanti...? Saya bilang bahwa saya gak akan cukur what so ever... gak presentasi juga gak pateken... Si George ngekek dan bilang bahwa kalo gitu dia juga gak akan cukur..! Terkadang aneh-aneh wae
bule kuwi....jan gak mutu temenan...!


Wassalam,
st

Comments

Anonymous said…
Assalamualaikum pak Mimbar Saputro.

Salam kenal, nama saya dana.

Lucu ya bagaimana bisa teknologi bisa menghubungkan kita yang terpisah jarak dan waktu.

Waktu ? Lha iya..karena pak mimbar membuat tulisan mengenai cukur (shaving) ini tahun 2002, sedangkan 4 tahun kemudian, yaitu tahun 2006 ada anak muda yang membalas posting njenengan hehehe.

Pak Mimbar, saya ingin berbagi pengalaman mengenai hobi saya yaitu cukur.

Awalnya, saya ini koleksi senjata tajam

Lha kok bisa ? wah...saya sendiri ndak tahu..Semenjak saya kelas empat SD, hobi saya adalah mengasah pisau, golok dkk. Kalau ada kerabat yang hendak bepergian, titipan saya cuma satu. Senjata tajam..makin unik makin cinta.

Lama kelamaan koleksi saya bertambah banyak, tapi yang ilang lebih banyak lagi karena saya terlalu berbaik hati meminjamkan senjata tajam saya ke teman-teman yang suka. Saking sukanya, banyak yang ndak balik lagi hehehe...

Singkat cerita, suatu hari saya bingung sendiri karena setelah meminyaki beberapa koleksi saya..kok tiba-tiba saya berpikir...Pisau, golok, tobak, pedang, keris sudah banyak.

Saya bukan pendekar, tapi banyak senjatanya.

Saya ndak suka masuk-keluar hutan, atau naik turun-gunung, atau nyebur-ngapung ke laut, tapi pisau survuval ada 2.

Lha buat apa dong senjata saya ? Hehehe..saya ketawa sendiri..

Beberapa hari kemudian saya potong rambut ke langganan saya sejak saya kelas 2 SD. Pas disana ada bapak-bapak yang hendak di cukur kumisnya (di-shaving)

Wah..saya sudah ratusan kali potong rambut, tapi tepat hari itu saya memperhatikan satu benda yang maha tajam yang belum pernah saya miliki, yaitu pisau cukur.

Pisau yang memang digunakan untuk cukur, alias straight razor.

Yang ada di benak saya sih
1. Kok ya repot-repot sih,..abad ke 21 ini masih rela dicukur di barbershop. Bukannya cukup beli Gillette yang Rp.3500 dan silahkan cukur sepuasnya di rumah ?
2. Bayar lagi...kok mau
3. Memang pisaunya setajam apa sih?

Akhirnya saya perhatiken bagaimana proses shaving tersebut dilakukan oleh sang tukang cukur itu.

Wah...apa yang saya saksikan selama 10-15 menit itu benar-benar menggugah saya.

Proses shaving itu adalah sebuah seni...yang biasa dilakukan oleh kakek-kakek kita..kalau sekarang sih mungkin "the lost art of shaving"

Prosesnya ya..sama persis dengan yang pak Mimbar jabarkan diatas.

pertama-tama si bapak itu direbahkan dahulu.

1. Kemudian seluruh muka dikompres dengan handuk hangat. Tujuannya : untuk membuka pori-pori, membersihkan muka, melemaskan otot muka.

2. Sekarang shaving soap disapukan ke daerah kumis, jenggot dan leher dengan menggunakan shaving brush. Ya ini proses film wild west yang pak Mimbar sebut itu. Cuma, yang disapukan itu sebenarnya bukan buih sabun (foam) karena foam itu sebenarnya cuma buih-buih udara yang lama-kelamaan akan kering sehingga menggaggu proses shaving. Idealnya, yang disapukan adalah krim atau lebih bagus lagi adalah krim pelembab yang lebih efektif lagi membuka pori-pori dan sekaligus melunakkan kumis/jambang/jenggot yang hendak dipotong.
Kalau mau menggunakan shaving cream, saya sarankan menggunakan sabun khusus (shaving soap atau cream) dan jangan menggunakan shaving cream kalengan a la gillette itu, karena ya cream kalengan itu akan didorong keluar dengan menggunakan aerosol yang otomatis menaikkan kadar gas...ya jadinya foam, bukan cream.

Sabun biasa juga kurang baik digunakan karena menimbulkan efek "kering" saat nanti sudah selesai shaving.

Sabun cair ? sama juga..malah cenderung membuat pedih karena ada campuran2x tertentu.
Jadi pakai apa dong ? hehehe...kalau saya sih sudah menemukan sabun yang sangat cocok di Indonesia sudah banyak kok

3. Si tukang cukur mengeluarkan pisau cukurnya dan menajamkannya menggunakan sabuk kulit. Nah ini dia Pak Mimbar...sebagai kolektor senjata tajam (amatiran tentunya...) saya sedikit banyak paham mengenai sudut pisau, tingkat ketajaman, bahan baja dkk. ( mungkin pak mimbar lebih mumpuni dari saya)bagaimanakah kualitas si pisau cukur ini ?
Jawabannya terletak pada hasil cukurnya.

4.Pak tukang cukur memulai proses mencukurnya. Pertama dilakukan di pipi, kemudian dagu, kumis dan leher. Pak tukang cukur pun melakukannya with a such of finesse..
Hasilnya ? si bapak yang dicukur itu tersenyum lega

5. Setelah dicukur, handuk panas kembali digunakan, setelah itu baru diberi after shave.

Saya kagum dan bengong...

Setelah bapak yang tadi selesai..saya buru-buru mengaca, melihat bagaimana jenggot dan kumis saya, sambil berharap keduanya cukup panjang untuk dicukur.

Benar saja, keduanya nampak ndak begitu rapih karena memang saya sih lagi ndak memliharanya.

Saya langsung minta di shave...pengin merasakan "ritual kaum pria" ini.

Soon enough..at 23 years old..i have my first straight razor ritual.

hasilnya ? Liiiiiiiccccciiiiiiiiiin dan haaaaaalusssssss sekali pak Mimbar!

Wah..ndak pernah seumur-umur saya merasakan cukuran yang sedemikian halus dan licin.


Rasa rileksnya juga..wuih..merasakan bagaimana rasanya kulit muka yang habis dishave itu dikompres handuk panas....sederhana sekali, tapi luar biasa...

Namun demikian, memang ada rasa pedih..karena mungkin ini kali pertama kulit saya "kenalan" dengan pisau nan maha-tajam-sekali itu.

Setelah pengalaman itu, saya ngobrol-ngobrol dengan tukang cukur itu, bagaimana teknik menggunakan pisau cukur tsb. Penjelasannya cukup sederhana, cukurlah searah tumbuhnya rambut, boleh dicukur berlawanan arah asalkan percaya sama ketajaman pisau yang kita miliki. Teknik mencukur berlawanan arah ini dilakukan dengan "mencicil" jadi dilakukan dengan ukuran milimeter, sekitar 2-3 milimeter.
Apapun arahnya, jangan lupa menarik kulit/daerah yang dicukur secara berlawanan arah. Kalau ingin mencukur keatas, tarik ke arah bawah. Kalau ingin ke bawah, tarik ke atas.

Iseng2x saya tanya harga pisau tersebut, ya ampun..900ribu saja.

Meskipun demikian, pak tukang cukur memberi nasihat bahwa ndak usah yang bagus-bagus amat. Percuma beli mahal-mahal kalau ndak tahu penggunaan dan perawatannya. Cukup beli model serupa raight razor, namun yang didalamnya isinya adalah "silet yang bermata tipis dan bersegi dibalut pakai kertas"

Segera setelah itu saya belanja dan riset beberapa hal mengenai
shaving..antara lain
1. shaving cup = di Indonesia ndak ada yang jual, gantinya ya cukup gelas kecil yang biasa digunakan untuk membuat espresso.

2. Shaving brush = di Internet disebutkan yang paling baik adalah kuas terbuat dari "badger hair", cuma di indonesia belum ada. Sebagai gantinya cukup gunakan kuas hias punya ibu-ibu..

3. Straight razor = di Indonesia cuma ada 2 kelas. Kelas "made in china" kisaran harga 20-75 ribu atau kelas "made in Germany" kisaran harga 450ribu dan 900 ribu. Yang 900ribu itu kualitas internasional merknya DOVO. mahal sih..tapi dengan perawatan minimal bisa awet sampai anak cucu. Punya si bapak tukang cukur ini aja dia miliki semenjak dia pertama kali jadi tkg cukur, sampai skarang (usianya 40-an)


begitu deh pak mimbar, sekelumit sumbang saran saya mengenai shaving- men-shaving

kurang lebihnya saya mohon maaf, semoga berguna.

ps: saya juga lagi nabung u/ membuat usaha "barbershop"yang ideal..layaknya barbershop di US dimana kaum laki2x bisa bercengkrama sambil mendapatkan kualitas shaving yang premium. Mohon sarannya ya pak

salam hangat
r. yudhi pradana

Popular posts from this blog

Polisi Ubah Pangkat

Daftar Pemain Nagasasra dan Sabukinten

Menu Makanan Kantin di Rig Terapung